Pages

Wednesday, September 20, 2017

Hari Ke-58 Kok Pake Penjaminan Mutu SIh!

Pada sebuah kegiatan bersama guru-guru dari wilayah Maluku, Papua, Papua Barat, dan Gorontalo saya menemukan beberapa hal menarik untuk direnungkan. Salah satu materi kegiatan adalah penjaminan mutu pendidikan. Bagaimana mutu pendidikan, pengajaran, pendidik, dan segala hal yang memerlukan mutu bisa dijamin? Jawabannya adalah standar (Standar didefinisikan sebagai aturan, biasanya bersifat wajib, memberi batasan spesifikasi, baku). Segala sesuatu yang dilakukan sesuai dengan sandar, maka mutu akan terjamin. Sebagai contoh, pada dunia kedokteran, setiap tindakan dan aktivitas yang dilakukannya, semuanya berdasarkan standar sekaligus taat standar. Jika para dokter melakukan prosedur operasi tidak sesuai standar, maka taruhannya sangat besar.  

Pendidikan dan pengajaran, pun, memiliki standar untuk setiap kegiatan dan aktivitasnya. Dengan demikian diasumsikan bahwa pendidikan dilakuan sesuai dengan mutu yang ditetapkan sehingga hasilnya sesuai dengan proses. Ibarat seorang dokter yang merancang akan memindahkan garis lipatan mata karena dianggap kurang besar sehingga berkesan sipit, maka dia melakukan rencana pemindahan garis mata sesuai standar, dan kemudian melakukan penyayatan pemindahan garis mata berdasarkan prosedur yang telah dirancangnya dan tidak melenceng satu langkahpun. Cara ini memastikan hasilnya sama dengan yang diprediksikan pada rancangan.  Setiap yang dilakukannya berbasis standar, jaminan hasil bermutu telah dijamin.

Penjaminan mutu dalam dunia pengajaran sebagai contoh untuk prosedur mengajar, standar yang ditetapkan dikeluarkan oleh pemerintah melalui peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan (Permendikbud) nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses. Sejatinya para guru menggunakan peraturan menteri nomor 22/2016 tersebut ketika mengajar. Tanpa menggunakan peraturan tersebut maka perencanaan dan pelaksanaan mengajar tidak dilakukan sesuai standar dan mutu proses dan hasil pembelajaran tidak terjamin.

Saya menemukan hal menarik ketika mendampingi para guru dari wilayah timur. Meraka sangat piawai membuat rancangan pembelajaran yang dibuktikan dengan adanya dokumen rencana pembelajaran yang ada pada file di laptopnya.  Namun saya menjadi terkejut karena mereka mengaku bahwa saat merancang pembelajaran, mereka tidak melihat kepada Permendikbud nomor 22/2016.  Mereka merancang pembelajaran dengan mengacu pada penjelasan fasilitator saja. Pembimbingan dan penjelasan dari fasilitator dianggap final dan mengandung kebenaran mutlak, bahwa seperti itulah rencana pembelajaran harus di buat. Mereka TIDAK melihat ulang STANDAR yang ditetapkan pada Permendikbud nomor 22/2016.

Belum selesai dengan terkejut yang pertama, saya harus menerima kejut kedua.  Sebagian dari mereka mengaku bahwa rencana pembelajaran yang mereka buat dengan susah payah tersebut, TIDAK difungsikan sebagai acuan pada saat mengajar. Teringat pada tindakan dokter, alangkah banyaknya kemungkinan ketidakberhasilan yang dokter itu lakukan ketika dia bertindak tanpa mengacu pada rancangan prosedurnya. Guru dan dokter keduanya pekerjaan professional. Ketika guru tidak menggunakan rancangan sebagai acuan, bisa diasumsikan mutu pembelajaran tidak terjamin lagi.
Menanggapi kondisi guru merancang pembelajaran tanpa mengacu pada permendikbud no 22/2016, saya mengajak para guru untuk menyandingkan dokumen yang mereka buat dengan standar yang harus dipenuhi pada setiap bagian, elemen, dan langkah yang harus dipenuhi pada saat mengembangkan rancangan pembelajaran.  Pada saat memperbaiki dokumen rancangan pembelajaran dengan mengacu pada standar, para guru berkomentar oh harus begini atau oh harus begitu ketika merancang pembelajaran, semuanya ada aturannya, dan ternyata lebih mudah mengikuti aturan karena yang dilakukan memiliki nilai kepastian.

Saya harus menerima pengakuan yang membuat saya harus mendapatkan kejut ketiga. Para guru mengaku bahwa mereka tidak membaca permendikbud no 22/2016 walaupun file itu telah ada sejak setahun lalu pada laptopnya. Mereka mengatakan kalau filenya ada, rasanya tenang. Saya khawatir jangan-jangan data yang ribuan giga yang tersebar pada hape, laptop, dan external disk semuanya hanya koleksi, untuk menghilangkan rasa khawatir, untuk menenangkan diri  sendiri bahwa file ini ada, file itu ada, semuanya ada.


Hal kedua yang saya lakukan kepada pada guru yang saya bimbing adalah mengajak mereka membaca dahulu semua file yang disimpan ke laptop atau ke flesdisnya.  Ajakan tersebut dijawab dengan senyuman. Saya dan para pembaca tentulah faham benar makna dibalik senyum tersebut. Semoga saja dimulai dengan senyum tadi, para guru mulai melakukan sesuatu dengan membaca prosedur terlebih dahulu sehingga mengetahui standar yang harus dipernuhi sebelum bentindak. 

No comments:

Post a Comment