Pages

Friday, August 10, 2018

Kenapa tidak berhasil, kenapa sampah masih dimana-mana?

Deklarasi Realistic (reduce all plastic) dalam arti mengurangi penggunaan botol plastik telah berjalan selama dua minggu. Para guru membawa Tumblr dan mengisi air minum dari dispenser. Namun ketika melihat ke luar kelas, masih bertumpuk botol-botol plastik bekas air minum tumpah ruah berserak di luar tong sampah. Program Realistic seolah tidak menunjukkan efek sama sekali.

Pertanyaan besar muncul, mengapa tindakan yang dimotori para guru tidak memberikan pengaruh yang signifikan bagi perubahan kondisi sampah botol plastik sekolah? Sambil menyimak kekhawatiran dari Bu Ratih yang menjadi penanggung jawab kegiatan, saya mencoba menganalisis mengapa hal yang dipandang mengganggu itu muncul.

Jumlah guru hampir seratus, beberapa siswa melalui himbauan wali kelas telah pula ada yang mulai membawa tumblr. Seharusnya, tong sampah tidak terlalu tumpah ruah dengan sampah botol plastik.

Setelah beberapa saat, saya mengajukan asumsi. Kemungkinan tidak adanya perubahan dalam kuantitas sampah yang diproduksi selama proses pembelajaran karena ada yang luput. Salah satu yang langsung dapat ditunjuk adalah 'sosialisasi'. Pengurangan botol plastik air minum telah dilakukan oleh para guru dan beberapa siswa belum didukung oleh kondisi penentu keberhasilan lainnya. Ketika siswa atau guru membeli air minum ke kantin, tetap masih membeli air minum lengkap dengan botolnya. Air dari botol dipindahkan ke tumblr.

Pihak kesiswaan pada saat rembuk pengurangan botol plastik mengajukan kekhawatiran bahwa pengurangan penggunaan botol ini akan merugikan dua pihak. Pertama, pihak kantin  yang biasa menjual air minum botolan. Kedua, pihak penjaga sekolah yang biasa mengurusi sampah botol yang bisa mendapatkan sedikit uang jajan dari menjual sampah botol. Kekhawatiran ini akhirnya mengakibatkan jumlah botol yang beredar di dalam sekolah tidak berkurang, sekalipun tumblr ada pada hampir setiap meja guru dan siswa.

Mengantisipasi berlanjutnya kondisi yang tidak diharapkan masih berlangsung, saya mengajukan tawaran. Pertama, bicarakan dengan Kepala Sekolah untuk memahamkan para penjual air minum botolan di kantin untuk beralih ke menjual air saja. Jika selama ini ada kerjasama dengan perusahaan kemasan air minum Al Mashsoem, bagaimana jika minta dikirim air galon. Para siswa juga guru membeli air yang dimasukkan ke tumblrnya. Tidak lagi membeli air botolan. Kedua, secara perlahan mengajak agar penjual air minum mengurangi jumlah botol air minum yang dijual. Jika biasanya menjual 10 botol misalnya, kurangi menjadi 8. Terus jumlah botol yang berisi air, dikurangi secara perlahan agar para pembeli juga secara perlahan beralih ke membawa tumblr dan membeli hanya air.

Ketiga, lakukan deklarasi secara gebyar, dalam upacara kalau perlu. Secara resmi lakukan kegiatan yang menguatkan siswa bahwa di sekolah ini pengurangan botol air minum secara perlahan diimplementasikan dengan konsekuensi jika membeli air harus membawa tumblr sendiri. Dalam seminggu atau dua minggu ke depan masih bisa membeli air botolan, namun mulai minggu ketiga atau keempat, sudah tidak ada lagi air botolan di kantin. Kantin hanya menjual air saja, botolnya bawa sendiri.

Keempat, rencana mengelola sampah oleh kelas segera dimulai. Teknisnya, setiap awal pelajaran, pihak kebersihan kelas membawa kantong plastik tempat pembuangan sampah (dipisah organik dan non organik). Pada akhir jam pelajaran kedua kantong plastik tersebut dikilo, dan diserahkan kepada pihak sekolah. Setiap minggu dipantau kelas mana yang sampah botolnya makin hari makin berkurang. Namun untuk program ini, menurut KS belum bisa dilaksanakan karena belum ada tempat penyimpanan sampah sementara yang disediakan sekolah.

Ketidakberhasilan suatu program bukan berarti kegagalan dari program tersebut. Banyak hal yang mempengaruhinya. Pengurangan penggunaan botol plastik tidak akan serta merta berhasil hanya dengan membawa tumblr dan air dari rumah. Perlu tindakan lanjutan lainnya yang harus diupayakan bersama sehingga program ini bisa menunjukkan hasil.

Semoga pelaksna program berhasil meyakinkan semua pihak untuk terus melanjutkan program baik ini. Harus diakui bahwa perlu waktu dan pembiasaan yang baru agar program ini terlihat hasilnya.



No comments:

Post a Comment