Pages

Sunday, October 7, 2018

Aku berasal dari Cianjur (Selatan)

Siti Badriah dilahirkan di....
Tempat yang ...

Aku dilahirkan di Cianjur Selatan pada rezim Suharto sedang gencar2nya melaksanakan Repelita. Bimas adalah salah satu programnya. Akibatnya aku dipanggil lmas untuk mengenang masa itu. Tapi nama itu tidak tercatat pada ijazah. Aku tidak menyebutkan akta kelahiran.  Pada masa itu, catatan angka kelahiran anak biasanya ditulis pada lemari, pintu, atau jendela.  Kalau terjadi perceraian, salah satu dari anggota keluarga pindah, maka tanggal lahir yang diabadikan di pintu, jendela atau lemari akan ada kemungkinan hilang. Bisa karena penghuni yang baru menghilangkan dengan alasan tidak mau  ada jejak penghuni lama, atau karena tulisan itu dipandang tidak penting.

Ngomong2 soal kelahiran, pada saat aku kecil,  terdengar sangat biasa jika menghubungkan kelahiran dengan kejadian alam. Misalnya Uwa lahir pada masa gunung Bubut longsor. Atau seseorang mengaku telah lahir pada saat gempa bumi terjadi.  Kejadian alam yang besar, seperti gunung meletus,  gempa  bumi,  atau kejadian luar biasa lain, bisa dijadikan acuan tahun kelahiran, diantaranya  Bupati datang ke kecamatan meresmikan Balai Sembada, Pa Kuwu membuka jalan ke daerah Leuweung Datar.
Kejadian luar biasa  pada jaman aku kecil,  tidak banyak, oleh  karenanya bisa dipakai acuan.
Kini, kejadian begitu banyak setiap hari, bahkan setiap detik, tak terhitung.  Saat mengatakan aku lahir setelah gempa bumi terjadi, acuan ini menjadi kabur karena begitu banyak kejadian gempa bumi.

Pada tahun 1960an dan 1970an akta kelahiran masih barang mewah. Mungkin hanya orang2 kota yang  memilikinya. Untuk orang kampung sepertiku, bahkan tak berKTPpun aman. Satu desa kita saling kenal, bahkan untuk beberapa orang tertentu,  bisa saja satu kecamatan mengenalnya. Aku lahir sebagai bagian dari generasi .... yang mengalami perubahan zaman yang sangat cepat.

Pengalaman mengandalkan ijazah sebagai satu2nya dokumen resmi yang memuat nama, itulah salah satunya.
Akta kelahiran kukenal setelah melanjutkan sekolah ke sekolah kepandaian keputrian pertama. Tentulah ada pernyataan,  sekolah keputrian itu macam apa? Sesuai namanya, sekolah yang dikhususkan untuk para perempuan. Sekolah yang memberikan pengalaman mencuci, menyeterika, memasak, menyapu,  sedikit berdagang, sebagai wujud dari kurikulumnya. Lulusannya siap menjadi istri yang bisa sedikit memasak, menyulam, dan merapikan rumah.

Cianjur dibagi menjadi 27 kecamatan. Pada saat aku lahir, jumlah kecamatan tidak sebanyak itu. Wilayah tempatku lahir bernama kecaman Kadupandak Desa Sukasari. Tahun 1990 Desa Sukasari dipecah menjadi 2 Desa: Sukasari dan Wargaasih. Wargaasihlah tempat tinggalku menghabiskan masa kanak2.

Kehidupan kampung pada tahun 1970an awal, menyuguhkan halimun di pagi hari, matahari berkalang di siang hari, dan lembayung emas di senja  hari. Tak ada motor, tak ada televisi, tak ada listrik.  Untuk hiburan, beberapa rumah memiliki radio berbatu beterai yang mengudarakan dongeng berbahasa Sunda dari stasiun radio Sukabumi setiap jam.4 sore.
Aku masih ingat dengan baik bagaimana ibu, ayah juga tetangga menghentikan semu aktivitas untuk menyimak dongeng.  Kemampuan pendongeng yang berganti2 suara untuk pwmeraq

No comments:

Post a Comment