Pages

Saturday, December 8, 2018

Aku pernah menyaksikan sidang promovendus

Siti Badriah banyak mengahadiri banyak tempat. Bisa hadir karena diundang, bisa pula hadir karena keinginannya sendiri.  Tapi aku yakin, Siti Badriah tidak keluar masuk kampus pasca sarjana dan sesekali menyelinap ke ruang sidang promosi doktor. Bukan untuk mendapatkan snack box gratisan yang biasa disiapkan promovendus untuk tamu yang hadir. Tapi untuk merasakan perubahan kekhawatiran menjadi kegwmbiraan yang drastis terjadi dalam 90 menit.

Aku bisa menceritakan bagaimana sidang promosi doktor berlangusng. Cerita ini penting untuk pembeda bahwa aku jelas bukan Siti Badriah.

Sidang promosi doktor dimulai dengan mendengar kata Pedel. Pedel itu seorang yang berbaju hitam seperti seorang hakim bertopi toga. Tangan kanannya membawa tongkat yang di atasnya memiliki bandul bulat. Yang diketukkan pada lantai untuk menandai sidang dimulai. Ketukkan itu tidak keras tapi anehnya terdengar sampai ke ulu hati. Suara ketukan itu membuat seolah dunia melesak ke bawah ujung ketukannya dan berhenti bergerak.

MC terdengar mengumumkan bahwa sidang akan dimulai. Dia mempersilakan Pedel menjemput promovendus. Saat promovendus dijemput,  di belakang meja sidang telah berjajar 5 penguji. Mereka berbaju hitam dan bertoga. Wajah mereka terlihat serius, hampir tanpa senyum. Mereka duduk tegak, kaku seperti boneka-boneka kayu yang dibajui unik. Bagiku itu pemandangan yang membuat pikiran melanglang buana ke dunia yang isinya huruf-huruf, teori-teori, rumus-rumus, kata-kata aneh. Dunia yang sama sekali baru. Yang ruangannya penuh sesak dengan informasi yang semuanya baru. Aku bahkan mendengar kata novelty artinya kebaruan. Selalu, dalam sidang itu ada kebaruan.

Pedel menuntun promovendus ke sebuah kursi yang pada mejanya sebuah laptop telah terbuka menyalurkan huruf-huruf pada power point ke berbagai arah. Promovendus dengan jas, penuh ragu, percaya diri yang dipaksakan berjalan di samping kiri Pedel dan berdiri di depan penguji. Suasana sangat hening. Sidang yang mencekam. Tapi diam-diam dalam hati setiap yang hadir mendoakan semoga lulus. Keluarga termasuk jajaran yang hadir, yang doanya tiada putus sejak promovendus masuk ruangan sidang. Hening yang senyap penuh doa. Aku berada pada jajaran paling depan hendak menangkap semua momen yang khas hanya ada pada sidang promosi doktor.

Senyap terhapus suara ketua sidang yang mengucapkan salam pembuka sidang. Sesuai pesanan di awal agar tidak berisik, salam tersebut dijawab dengan kencang, tapi hanya dalam hati. Terlalu tegang dan tidak berani merusak kesunyian dengan suara orang biasa untuk menjawab salam. Ketua sidang tidak menunggu salamnya dijawab atau tidak (berbeda dengan ustadz dalam pengajian,  salamnya bisa sampai 3 kali untuk memastikan semua jamaah menyumbangkan jawaban salam). Dia memulai dengan mengucapkan selamat kepada promovendus yang berhasil duduk di kursi promosi doktor. Sedikit berkelakar, ketua sidang mengatakan bahwa tidak semua mahasiswa S3 tahu jalan menuju kursi itu. Banyak yang tidak sampai ke kursi itu, mungkin karena tidak tahu jalannya. Semua hadirin, tidak ada yang berani tertawa menyambut sodoran humor ketua sidang. Lagi-lagi, orang biasa terlalu takut merusak sidang dengan tawa yang bisa saja salah waktu.

Mengatasnamakan ketua tim sidang,  kemudian ketua sidang mengajukan pertanggungjawaban secara akademik disertasi yang dibuat promovendus. Dia menyebutkan judul disertasi dan semua yang ada di dalam ruangan mengarahkan pandangannya pada layar bercahaya di depan mereka yang bertuliskan judul disertasi.  Setiap hurufnya dieja khawatir tidak hafal judul disertasi yang sedang disidangkan. Seolah turut khawatir jika nanti ada yang menanyakan tidak ingat judul disertasi yang disidangkan apa.

Ketua sidang menjelaskan alaaan

Sidang terasa menarik ketika penanya dan penjawab keduanya bersambut.
Terlepas dari apakah antara pertanyaan dengan jawaban teraba koneksinya atau tidak. Selama yang menjawab memberikan paparan selama itu pula prosesi sidang dipandang berjalan lancar.
endekatan kualitatif,  desain studi kasus, validasi apa yang digunakan sehingga meyakinkan bahwa penelitian ini benar-benar dilakukan.

Sidang berhenti
Pedel mengantar istirahat
Sidang dilanjutkan
Pedel mengantar promovendus ke meja
Pengumuman

Pengucapan selamat

Wejangan
Membuat hati terasa kosong, ini adalah mulai, perlu belajar lebih lanjut, pengetahuan yang ditulis itu pengetahuan yang akan datang.
Doktor harus dibedakan dalam wawasan,  performance dari masyarakat umumnya

No comments:

Post a Comment