Pages

Monday, June 1, 2020

Memperingati Hari Kesaktian Pancasila di Masa Korona

Pagi ini beredar berita di WhatsApp, meminta agar semua pegawai negeri untuk melakukan upacara. Tanggal 1 juni merupakan hari libur di Indonesia. Hari libur ini berkaitan dengan kelahiran Pancasila titik Mengapa disebut kelahiran Pancasila karena pada tanggal tersebut dipandang bahwa Pancasila telah menjadi ideologi bangsa ini. Jadi untuk merayakan diperolehnya ideologi ini maka seluruh bangsa Indonesia harus libur untuk khusus merayakannya. Termasuk para pegawai negeri juga harus libur untuk merayakannya. Tetap khusus untuk para pegawai negeri mereka harus melakukan upacara.

Karena 1 Juni 2020 jatuh pada kondisi wabah Covid-19, maka upacara tidak dapat dilaksanakan seperti biasanya. Pagi hari sekitar jam 7 Ketika saya membuka Whatsapp, muncul undangan untuk melakukan upacara. upacaranya bunyinya kurang lebih untuk para pegawai negeri silakan melakukan upacara di depan Televisi Republik Indonesia dengan memakai baju Korpri, kemudian melaporkan kegiatan tersebut ke kehadiran di TRK.

Kegiatan ini terdengar menarik sekaligus menantang, karena bagaimana mengikuti upacara di depan televisi dengan memakai baju Korpri. Baju Korpri tersebut sebetulnya tidak mempengaruhi apakah seseorang menjadi lebih cinta Pancasila atau tidak. Hanya menjadi konyol saja Ketika Harus memakai baju Korpri di depan televisi dan difoto, kemudian diunggah ke TRK.
Tentu saja tidak semua orang berpikiran seperti saya, mereka tidak memandang bahwa ini adalah hal aneh apalagi konyol. Mereka melakukan hal itu secara serius diantara mereka ada yang memakai baju Korpri kemudian betul-betul difoto, dan mengunggahnya ke absen. Mereka melakukan hal ini karena kepatuhan terhadap perintah dari WhatsApp yang meminta melakukan upacara di depan televisi.

Perubahan dalam peringatan Kesaktian Pancasila amat sangat drastis. Dulu sebelum ada wabah korona Oma semua orang bersiap-siap berupacara di lapangan, setelah itu bergerombol, untuk sekadar ngobrol-ngobrol kesana-kemari, obrolan yang sama sekali tidak penting. Setelah upacara tidak pernah dibahas tentang Pancasila itu sendiri atau bahasan bahasan lain yang terkait dengan kehebatan Pancasila. Obrolan yang keluar adalah obrolan biasa sehari-hari yang menyangkut kehidupan ketakutan kekhawatiran, kekecewaan, dan hal-hal lain yang biasa muncul dalam kehidupan.

Perubahan upacara menjadi di depan televisi dengan ditandai memakai baju Korpri mungkin mengubah orang untuk tidak mengobrol tidak jelas mengenai Pancasila. Tetapi lebih berfokus pada berkontemplasi, Bagaimana Pancasila itu harus dihayati sebagai filsafat hidup, pegangan hidup dan menjadi ideologi sebagai bangsa yang berada di nusantara.

No comments:

Post a Comment