Pages

Wednesday, September 23, 2020

Refleksi hari ke-2 PGP

 Pada hari kedua, PGP dikenalkan pada Modul 1 berisi tiga hal besar yaitu:

  1. Calon pendamping mengartikulasikan perannya sebagai katalis dalam terciptanya praktik-praktik baik di kalangan guru penggerak yang didampingi.
  2. Calon pendamping mendeskripsikan bagaimana misi/ tujuan pribadinya dapat tercapai dengan mengikuti program ini.
  3. Dalam paparan rencana tindak lanjutnya, calon pendamping menggunakan konsep piramida terbalik untuk melakukan perubahan pendidikan di daerahnya.
Ketiga hal tersebut diselesaikan satu persatu mulai pukul 8 pagi dan berkahir pukul 9 malam dengan cara membaca dan mengisi questionare yang disediakan di LMS. Selain mengerjakan di LMS, ada beberapa bagian yang dikerjakan secara terbimbing (sinkronus) tatap maya bersama instruktur.

Secara rinci aktivitas dan inti konten Modul 1 kurang lebih seperti di bawah ini.

  1. PGP mengartikulasikan perannya sebagai 'teman perjalanan' bagi Guru Pendamping (GP) dengan MERRDEKA. Konsep Merrdeka adalah aktifitas menginisiasi praktik baik dengan Mulai dari diri, Eksplorasi, Ruang kolaborasi, Refleksi terbimbing, Demonstrasi kontekstual, Elaborasi pemahaman, Koneksi antar materi dan Aksi nyata. 
  2. Instruktur tidak mengajari atau mengarahkan harus begini dan begitu, mereka berperan sebagai coach yang membuka kesempatan kepada para calon PGP untuk dapat menemukan sendiri bagaimana dirinya sebagai individu dapat berkontribusi pada  transformasi pendidikan Indonesia. (Kadang jadi bingung sendiri, apa yang kita ajukan, kita katakan, kita simpulkan itu benar atau tidak. Instruktur tidak menyimpulkan apakah kita sudah benar atau belum)
  3. Piramida terbalik adalah gagasan untuk perubahan pendidikan Indonesia yang dilakukan secara bottom up. Sebelumnya perubahan pendidikan dilaksanakan secara top down: pemerintah membuat kebijakan, sekolah mengikuti kebijakan, guru melaksanakan kebijakan. 
Piramida terbalik menawarkan solusi perubahan pendidikan dengan dimulai dari individu (guru) yang memiliki pratik baik. Guru tersebut menyebarkan praktik baiknya kepada guru-guru lain. Jika praktik  baik tersebut dilaksanakan oleh banyak guru maka akan diadopsi oleh sekolah/lembaga. Jika lembaga/sekolah sudah banyak yang melakukannya, maka akan dijadikan kebijakan oleh pemerintah. 

Transformasi pendidikan di Indonesia perlu lebih dari sekadar kebijakan yang sifatnya top down. Yang dbutuhkan adalah konsistensi membuat perubahan kecil yang kemudian menyebarluas dan dipraktikan oleh lebih banyak orang yang kemudian dilegitimasi oleh pemerintah. Peran kita sangat penting sebagai pelaku praktik baik di tingkat mikro. Semakin banyak praktik baik yang  terjadi di tingkat akar rumput,  wajah pendidikan akan berubah dari waktu ke waktu. 

semangat perubahannya adalah: Tidak perlu berbicara, cukuplah dengna bertindak. Tidak perlu meminta cukup denan menunjukkan, tidak perlu berjanji cukuplah dengan buktikan. 


No comments:

Post a Comment