Pages

Tuesday, November 3, 2020

Perpisahan Pengawas: Pergi 4 datang 2

Sebagimana umumnya aparatur sipil negara, masa kerja, di mana bekerja, kinerja apa yang harus ditunjukkan semuanya diatur. Demikian pula dengan jabatan fungsional pengawas, memiliki aturan masa kerja yang harus diikuti. Terdapat empat orang pengawas SMA Kabupaten Cianjur yang masa kerjanya sebagai aparatur sipil negara berakhir.  Mereka adalah Bapak H. Apan, H. Wawan, H. Dadang, dan H. Rahmat Urip. Keempat pengawas tersebut purna bakti dengan waktu yang berbeda namun dengan pengabdian dan kecintaan yang sama terhadap tugas pokoknya. 
Purna bakti keempat pengawas SMA tersebut menjadikan kabupaten Cianjur menjadi semakin kurang, secara rasio, untuk pemenuhan kebutuhan pengawas. Beruntung,  telah diangkat dua pengawas SMA yang baru. Komposisi terakhir, secara kuantitas,  pengawas SMA di Kabupaten Cianjur terdapat lima orang dengan sekolah binaan negeri dan swasta sebanyak 97 sekolah.

Dengan tibanya masa purna bakti empat pengawas SMA di Kabupaten Cianjur,  pengawas yang masih aktif mengadakan silaturahmi di rumah makan Sate Sinta. Acara ini dihadiri oleh 10 Kepala sekolah dan empat pengawas purna bakti serta empat pengawas yang masih aktif. 
Pada acara sambutan, Korwas SMA Kabupaten Cianjur, Bapak H. Kusmayadi,  menyampaikan penghargaan yang setingi-tingginga kepada para pengawas purna bakti. Selain itu disampaikan pula ucapan terima kasih yang tak terhingga atas seluruh pengabdiannya selama menjadi pengawas SMA. 
Sambutan yang kedua disampaikan oleh perwakilan MKKS,  Bapak Haruman, Kepala SMAN  2 Cianjur. Dalam sambutannya, Bapak Haruman memaparkan bahwa MKKS berencana akan mengadakan acara serupa tanggal 13 dan 14 November 2020 di Rancabuaya. 
Sambutan terakhir dari perwakilan pengawas purna bakti, Bapak H. Urip, membuka sambutannya dengan mengisahkan bagaimana awal mula menjadi ASN. Beliau mengisahkan bahwa sebagai orang Bandung,  mendapat tugas pertama di SMA Sukanagara.

Alkisah, Pak Urip tiba di terminal Joglo,  ongkos Bandung-Cianjur Rp500, tahun 1983. Dengan percaya diri  beliau berkata kepada tukang delman untuk diantarkan ke SMA Sukanagara.  Tukang delman terheran-heran. Pak Urip juga heran, kenapa tukang delman tidak mau mengantarkannya. Setengah memaksa Pak Urip meminta diantarkan. Setengah marah tukang delman  berkata,  "Hég wé dianteur, ngan gantian kuda abdi. Sabab pas nepi ka Sukanagara, kuda abdi, paéh." Barulah Pa Urip tahu jika Sukanagara tidak dapat ditempuh oleh delman.

Selanjutnya, Pak Urip naik bis. Sepanjang jalan memperhatikan kabel hitam. Dalam benaknya berkata, kalau ada kabel hitam artinya ada listrik. Hatinya tenang, artinya SMA Sukanagara berada di daerah terjangkau listrik (baca: aya di kota sanes di leuweung).
Setibanya di Sukanagara, alangkah terkejutnya Pak Urip. Tak seorangpun tahu ada SMA Sukanagara.  Seseorang mengantarkannya ke SMP Sukanagara.  Setengah bingung Pak Urip mencerna fakta yang harus dihadapinya.  Rupanya, SMA Sukanagara masih menempel di SMP Sukanagara.  
Itu secuil kisah awal karir ASN Pak Urip sampai pada akhirnya menjadi pengawas.
Selamat kembali kepada keluarga para pengawas purna bakti. 

No comments:

Post a Comment