Pages

Thursday, March 25, 2021

Pendampinngan: diferensiasi ala SMA Woodvile

Pendampingan Pa Supriyadi dan Pa Mad Rohim.

Kedua cgp ini masih bingung dengan penerapan berdiferensiasi untuk siswa SD. Bahkan Pa  Rohim sedikit pesimis bahwa pembelajaran berdiferensiasi dapat dilaksanakan.
Kondisi ini dapat dipahami karena sebelumnya tidak ada contoh yang langsung dilihat sehingga mudah untuk mengambil pembanding diikuti dengan kesimpulan, kemudian dipikirkan adaptasinya di kelasnya seperti apa.
Hal lain adalah bahwa ada anggapan bahwa dalam kesepakatan kelas tidak boleh ada hukuman dan juga tidak ada reward alasannya kalau hukuman akan berakibat negatif sedangkan reward akan menjadikan murid menjadi manja.
Pada lembaran instrumen untuk mengecek keterlaksanaan kesepakatan kelas ada pertanyaan Apakah cgv menerapkan hukuman dan reward S berdasarkan jawaban dari cgp Tentu saya harus menuliskan tidak ada hukuman titik karena mereka sangat khawatir kalau hukuman itu nanti akan membawa masalah yakni ketika menjawab tidak ada dianggap benar Sedangkan menjawab ada dianggap jawabannya salah.

Saya menawarkan ada penggunaan pernyataan sanksi misalnya jika melanggar kesepakatan nomor 1 sampai dengan nomor 8, maka akan diberikan time out. Sebaliknya jika melaksanakan nomor 1 sampai dengan nomor 8 maka akan mendapatkan bintang. Setiap bintang skornya 5. Di akhir semester barangsiapa yang memperoleh bintang sebanyak 30 saat tas akan mendapatkan reward buku bacaan yang sesuai untuk anak-anak.

Time out kemudian saya jelaskan maksudnya Seperti apa. time out adalah waktu yang diberikan kepada murid untuk bisa merenungkan apa apa kesalahan atau tindakan yang tidak sesuai yang dilakukannya.
Pada awal penerapan time out para murid diberitahu terlebih dahulu titik di Jelaskan apa itu maksud time out dan bagaimana cara melaksanakan time out aktif time out ditujukan untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk mengenali hal-hal yang seharusnya dia perbaiki. time out dibuat di sebuah tempat. misalnya sebuah kursi yang khusus untuk time out saja. Ketika murid melakukan sebuah hal yang melanggar kesepakatan, guru langsung berkata bahwa siswa tersebut harus duduk di time out selama misalnya 2 menit.
Selama berada di kursi time out, siswa tidak boleh melakukan apapun selain dari merenungkan Apa kesalahannya. Setelah waktunya selesai misalnya 2 menit, maka siswa tersebut didekati oleh gurunya dan ditanya. Pertanyaannya misalnya Apakah ada yang ingin kamu sampaikan setelah kamu merenung selama 2 menit.

Berdiferensiasi telah menjadi kebiasaan di negara Australia.
Saya menceritakan bahwa diferensiasi sesuai dengan kebutuhan murid telah dilaksanakan di negara Australia, pada waktu itu tahun 2014. Saya menemukan tiga yang bisa saya sampaikan sebagai contoh.

Yang pertama, seorang Siswa memiliki kemampuan intelektual yang rendah titik tetapi pada saat yang sama dia harus mengikuti pelajaran vokasi yaitu membuat roti. A terdapat 3 level dalam kemampuan membuat roti titik untuk siswa pembelajar yang lambat tadi dia hanya diwajibkan menguasai hanya sampai dengan level satu titik Tetapi walaupun hanya sampai dengan level 1, Dia memiliki bukti bahwa dia terampil di level 1 titik dibuktikan dengan sertifikat. Jika siswa tersebut ingin mencari pekerjaan untuk membuat roti level 1, maka setiap perusahaan wajib menerimanya. Alih-alih mempermasalahkan kemampuan intelegensi nya.

Yang kedua ada kasus seorang murid yang tidak dapat menjawab pertanyaan dalam bentuk tertulis. Oleh gurunya siswa tersebut diperbolehkan menjawab dalam bentuk yang lain. Dia menjawab dalam bentuk video. Pada kasus membuat laporan ilmiah tentang mengamati pengaruh matahari terhadap tanaman titik bagi murid yang biasa dia membuat laporan secara tertulis. Tetapi bagi siswa yang tidak bisa tersebut maka dia membuat laporannya dalam bentuk video tetapi dengan struktur dan langkah-langkah yang ditetapkan sesuai dengan laporan tertulis. Dengan kata lain walaupun produknya berbeda tetapi rubrik yang digunakannya sama titik pembeda nya adalah moda dalam penyampaiannya saja. Yang ketiga ada seorang murid yang tidak bisa menjawab pertanyaan jika soalnya itu diberikan secara tertulis. Guru memberikan kesempatan kepada murid tersebut untuk bisa menjawab pertanyaan seperti teman-teman lainnya dengan cara soalnya dibacakan. Baru murid tersebut menjawab.

Pesan buku Sukmana, cek bukuna, bikeun mun tos aya.
Tidak disangka, Bu Hepi, guru SMANSA meninggal tadi pagi. Rasanya kemarin maiah nyata jelas meminta izin mau pulang bersama anaknya yang masih SMA. 
Good bye

Sabtu, bentrok atuh sama pelatihan PISA.
Sabtu teh pan Lokakarya 4.

Cek, ning ikutan AKM, ini juga Sabtu

No comments:

Post a Comment