Pages

Thursday, April 20, 2023

Kita tidak berlebaran bersamaan

Dengan penuh semangat, saya mengajak anak-anak untuk berangkat ke City Mall. Dalam pikiran saya sudah tertulis daftar yang akan dibeli mulai dari kebutuhan dapur seperti minyak goreng, garam, gula, dan sebagai pelengkap membeli mie ala-ala Korea yang sekarang begitu banyak merebak, membanjiri rak-rak jajaran mie. Selain itu, saya akan juga membeli sabun mandi, sabun cuci, dan anak saya ingin membeli sabun mandi dengan merk tersendiri,. Untuk hal sabun, sebelum membeli kami telah surfing terlebih dahulu di tempat belajar online dan mencari-cari sabun mana yang sedang ada diskon. Kami selalu berharap mendapatkan harga yang terjangkau, untuk barang yang kualitasnya tinggi. dalam pikiran kami saat ini barang mahal merupakan barang yang berkualitas tinggi. Khusus untuk saya sendiri, saya sedang memikirkan merk shampo apa yang cocok untuk saya pakai, selama ini saya memakai shampo tresem yang saya pandang sangat cocok untuk rambut saya. Tetapi kecocokan itu bukan berarti sesuatu yang dapat saya miliki untuk selamanya. Saat ini beredar informasi di tiktok, juga di YouTube, serta di WhatsApp yang mengatakan bahwa Tresemme merupakan salah satu shampo yang harus ditarik karena mengandung zat yang memicu sel untuk kanker nama zatnya karsinogen Kalau tidak salah. Untuk hal sabun, di kota kecil kami, sekitar 6 bulan yang lalu, telah muncul toko ala kota metropolitan yaitu ada Body Shop, ada Guardian, dan toko-toko yang menjual barang-barang yang sebelumnya hanya bisa dijangkau oleh orang-orang yang memiliki kemampuan daya beli di atas rata-rata. Sebelum saya lanjutkan ke cerita saya mengenai perjalanan saya ke City Mall, Saya ingin membahas terlebih dahulu mengenai toko yang menjual barang-barang mewah tersebut. Ya, bagi keluarga kami, membeli sabun mandi dengan ukuran 180 ml harganya Rp150.000, itu sangat mahal!
Walaupun Sebetulnya kata Mahal itu relatif. Saya bisa mengatakan itu relatif karena suatu saat saya sedang mencoba membeli sabun mahal titik yang pada saat itu sedang ada diskon sehingga harganya hanya menjadi Rp100.000 saja. Sambil menimang-nimang, sebelum memutuskan Apakah saya jadi membeli sabun itu atau tidak, tiba-tiba datanglah pasangan muda.  mereka berdua memilih sabun, sama sabun mandi seperti saya. Dalam satu sisi langsung saya menunjuk diri saya sebagai orang yang dekat dengan orang-orang yang berduit. cirinya saya membeli barang yang juga harganya mahal walaupun dipaksakan (^0^). kemudian istri dari pasangan muda tersebut, dia mengambil lipstik, mengambil barang-barang dengan seolah tanpa dilihat dulu harganya berapa. kemudian dengan enteng dia serahkan ke kasir. Saya pura-pura tidak memperhatikan tetapi ya, tetap bisa memperhatikan karena pengunjung ke toko Body Shop tersebut hanya dalam hitungan jari. Kemudian si perempuan tersebut mengeluarkan setumpuk uang berwarna merah untuk ditukarkan dengan barang yang dia beli. Jadi dalam hal ini, barang yang mahal itu, bagi si perempuan tersebut ... murah. Buktinya dia membelinya dengan tanpa seperti saya. Yaitu dipegang diperhatikan, (= bukan untuk melihat komposisi, atau hal apa saja yang dikandung dalam barang tersebut),  melainkan berapa harga yang harus saya bayar, kemudian saya pikirkan kalau membeli yang ini, apakah saya mampu membeli yang lainnya, sehingga kehidupan rumah tangga saya, tidak kacau balau gara-gara membeli sabun mandi.

Hari ini, dalam hitungan saya, merupakan hari yang terakhir sebelum Lebaran besok hari Jumat tanggal 21 April Tahun 2022. Jadi kami, saya-dua anak saya, berangkat ke City Mall dalam keadaan perut kosong karena memang sedang berpuasa, kemudian berbelanja ke City Mall tujuannya untuk merintang rintang hari, sehingga tidak terasa terlalu berat berpuasa di hari yang terakhir. Semula, dalam pikiran saya lebih baik berbelanja ke toko Jogja, Oh iya, toko Jogja sekarang sudah ada di kota kecil kami, toko Jogja sekitar 2 tahun lalu hadir di kota kecil kami. Dan selalu menjadi buruan belanja sebelum lebaran, alasannya di toko Jogja disediakan buah-buahan segar, dan banyak pilihannya, dengan harganya ya, selangit! Saat ini misalnya harga jeruk sampai Rp36.000 Harga apel Rp60.000. tetapi untuk berangkat ke Jogja, Maksudnya ke toko Jogja, kami batalkan, karena kami tidak siap melewati arus lalu lintas yang begitu padat, berdesak-desakan, walaupun hari masih pagi, saat kami berangkat sekitar pukul 10 pagi. Kami memilih Berbelanja Di Toko yang tidak terlalu ramai, kemudian inginnya one stop shopping. Yaitu di satu tempat kita bisa menemukan seluruh yang kita butuhkan, tanpa harus berangkat ke toko lain yang berbeda. Alasannya selain karena traffic-nya yang begitu padat, saat ini harga bensin amat sangat mahal. Sehingga saya sebagai pengatur pengeluaran rumah tangga, harus betul-betul menghitung kebutuhan pengeluaran untuk bensin dan kebutuhan pengeluaran untuk yang lain-lainnya.

Setiba di City Mall, kami tidak berparkir di tempat parkiran City Mall. Pertama Parkirannya masuk ke basement yang menjadi masalah bukan karena basementnya.  namun, tempat parkirnya kecil sekali sehingga sulit untuk bergerak, apalagi berparkir bagi orang yang baru belajar mengendarai mobil. Resiko mobilnya tergores atau tersenggol oleh mobil lain, lebih besar. Oleh karenanya, kami memilih parkir di tempat terbuka di depan gedung Hypermart. 
Walaupun Parkirnya di Hypermart, kami berangkat ke City Mall terlebih dahulu. kami memilih membeli sabun-sabun di City Mall, yaitu di toko merknya Guardian. Seperti ibu-ibu pada umumnya, saya memilih-milih barang. tetapi, anak saya mengatakan bahwa ada sabun mandi yang harganya Rp100.000, jika membeli 2, harganya menjadi Rp120.000.
Saya menimbang-nimbang Apa perlu membeli dua botol sabun gara-gara ada diskon. Diskon 50% eh bukan bukan 50%. Anak saya menyodorkan pertimbangan katanya lebih baik beli saja saat ini, karena diskon besar ini hanya ada satu kali pada saat lebaran saja. Akhirnya saya pun mengiyakan. tidak apa-apa memiliki dua botol sabun besar dengan harga setengahnya, ketimbang bulan depan harus balik lagi dengan harga yang dua kali yang saya peroleh saat ini. Sambil berbelanja saya menengok ke sana ke sini, ternyata pada saat kami datang tidak begitu banyak pengunjung. saya menyebutnya tidak banyak, karena pada saat saya parkir, tidak banyak mobil yang parkir di tempat parkiran terbuka Hypermart rupanya saya salah, karena ketika saya masuk ke dalam City Mall, di dalam sudah banyak sekali orang yang sedang berbelanja. 
Saya mengambil barang yang seperti yang sudah saya rencanakan, anak saya pun mengambil barang seperti yang sudah dia rencanakan, sehingga kami mendapatkan sabun sesuai dengan kebutuhan yang sudah kami buatkan daftar sejak dari rumah. kami tidak membeli barang-barang yang tidak kami rencanakan, mengingat kemampuan kami untuk membeli barang-barang Tanpa Rencana, untuk hari ini, tidak dapat dilakukan.
Rasanya, kami tidak lama berada di toko Guardian. kami tidak mengelilingi toko, tapi hanya langsung menuju ke tempat-tempat yang menyimpan barang-barang yang kami butuhkan. Yang lucu, Saya tertarik untuk membeli tas belanja yang ada di toko Guardian. tapi di situ tertulis "tidak dijual". Atas nama penasaran, saya menanyakan ke penjaga tokonya, dia mengatakan yang dijual yang berwarna pink. Bukan tas belanja yang berwarna hitam yang saya inginkan.
Sambil belanja, saya meminta anak saya untuk menjumlahkan yang harus saya bayar,  setiap kali kami mengambil barang.  maksudnya supaya tidak terjadi over budget. Kalau terjadi over budget itu akan menjadi masalah besar bagi keluarga kami saat ini.
Pada saat inflasi seperti sekarang ini, di mana mendapatkan uang sangat sulit tetapi ketika uang itu digunakan sesuai dengan fungsinya, nilainya begitu rendah. ini saya rasakan sekali, ketika kasir meminta Saya membayar 270.000 untuk benda-benda yang kami ambil. Tentu saja saya tidak terkejut karena sudah sejak awal anak saya menghitung berapa yang harus kami bayar sehingga tidak terjadi kesenjangan yang terlalu jauh antara yang kami bayangkan harus dibayar dengan uang yang kami miliki.
Belanja pun dilanjutkan titik kami keluar dari gedung City Mall, kemudian menuju ke gedung Hypermart. Saat melewati City Mall menuju ke Hypermart Saya melihat orang yang menggunakan boneka lucu, seperti wajahnya kartun dalam film anak-anak. mereka itu memakai kostum berbentuk boneka, untuk tujuan mengemis. Saya membayangkan betapa panasnya orang yang ada di dalam boneka tersebut. tetapi mungkin tidak dipermasalahkan oleh orang tersebut, dibandingkan dengan keuntungan yang dia peroleh nanti, atau dibandingkan dengan kemampuan dia nanti membeli beras untuk sekeluarga. Saya sangat tahu bahwa orang itu berharap sekali diberi uang kecil atau uang receh dari setiap orang yang lewat di depannya. Tetapi saya tidak melakukan itu, karena di kota kecil kami ada peraturan tidak boleh memberi kepada pengemis.
Setibanya di Hypermart saya langsung mencari barang-barang yang kami butuhkan. Ternyata ada perubahan susunan penyimpanan rak-rak barang yang sudah biasa saya kenal, menjadi susunan baru yang saya sendiri pun harus mencari-cari terlebih dahulu.  saya dan anak saya akhirnya jadi berkeliling untuk memastikan bahwa barang-barang yang akan kami butuhkan, berada di sana tetapi tempatnya tidak kami ketahui.

Di dalam Hypermart saya lihat jumlah pengunjung lebih banyak dibandingkan dengan pengunjung di City Mall. Mungkin karena di Hypermart menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari sehingga orang-orang lebih memilih berbelanja di City Mall sebelum hari lebaran. bagian yang paling penuh dengan antrian, di bagian menjual daging sapi. Seorang lelaki berumur sekitar 45-an memegang golok besar dan dia mencacah-cacah daging sapi, untuk dia kantongi sesuai dengan pesanan ibu-ibu di depannya yang ngantri. Dia mengatakan bahwa harga dagingnya 149.000 per kilo. Ada ibu-ibu yang membeli 2 kilo, 3 kilo, 4 kilo daging ayam, dan daging-daging lain yang memang tersedia di situ, mungkin untuk menyambut lebaran.
Saya sendiri pun tidak membeli daging apapun, tidak membeli daging ayam, tidak membeli daging sapi, tidak membeli daging kambing. Untuk berbuka puasa di hari terakhir lebaran, rencana Saya cukup dengan memakan ketan bakar, dengan rebus jagung mentimun dan sedikit masakan tomyam ala saya, sekadar untuk menyegarkan. jadi tidak perlu memakai daging-daging karena rasanya sudah enek sebelum memakannya. 
Mungkin saya agak lama di dalam Hypermart karena mencari-cari barang-barang yang berada di tempat yang tidak saya kenal. Saya hanya membeli roti, susu, membeli pepaya, semangka. Oh ya, saya juga membeli minyak goreng siapa tahu nanti ada sesuatu yang saya bisa goreng. 
Sambil berbelanja, saya meminta anak saya untuk menjumlah setiap harga barang yang kami ambil maksudnya untuk menghitung supaya tidak terjadi kesalahan pada pihak saya sendiri, yaitu mengambil barang dengan kemampuan membayar yang rendah titik sehingga mempermalukan diri sendiri. Kata anak saya Mama hati-hati, belanjanya terlalu mahal sekitar Rp400.000 yang harus Mama bayarkan. Saya sendiri pun bingung, tidak banyak yang saya ambil, tetapi yang harus saya bayar begitu tinggi. tetapi itulah kondisi keuangan di negara Indonesia tercinta ini, saat ini nilai rupiah begitu rendah sehingga sekilo telur pun harganya sampai Rp30.000, sekilo daging ayam harganya Rp42.000, minyak goreng harganya Rp46.000.
Saat saya keluar dari dalam Hypermart, terdengar suara laut speaker yang sampai ke telinga saya. Saya tertegun sejenak. Agak aneh rasanya mendengar suara adzan sebelum waktunya tiba. Karena saya yakin saya tidak terlalu lama berada di dalam Hypermart. Tidak mungkin saat ini sudah dzuhur. Kemudian saya tanya anak saya apakah mereka mendengar suara adzan titik anak saya mengatakan itu bukan suara adzan, melainkan suara takbir. Saya sendiri heran, kenapa sudah takbir? Bukankah belum ada pengumuman dari pemerintah bahwa hari ini hari lebaran? Anak saya mengatakan pada zaman Merdeka ini, setiap orang bebas mengekspresikan kemerdekaannya. Salah satunya adalah bebas berlebaran kapan saja. Buktinya di sepanjang jalan, terdapat orang-orang yang merokok dan kita tidak bisa mengatakan bahwa mereka itu tidak berpuasa. mungkin itu adalah cara menunjukkan kemerdekaan mereka, Yakni dengan melaksanakan apa yang mereka yakini. Bahwa misalnya hari ini hari lebaran, sehingga mereka bebas merokok. Yang kedua bahwa mereka itu orang yang merdeka, bisa merokok kapan saja di mana saja, termasuk di tempat publik.
Kemudian kami menghentikan langkah kami titik kami memastikan Apakah benar yang kami dengar itu suara takbir ataukah adzan titik akhirnya kami sepakat bahwa itu adalah suara takbir. Kemudian anak saya berkata Lebaran kali ini seperti mencuri-curi waktu. Kita beranggapan bahwa lebaran itu besok, ternyata setelah kita sampai di sini, orang-orang sudah berlebaran. Saya kemudian mengatakan ya mungkin pada saat ini orang boleh mengekspresikan lebarannya sesuai dengan apa yang mereka ikuti titik mereka boleh mengikuti peraturan negara, boleh juga mengikuti peraturan ulama yang memimpinnya. Sehingga terjadi perbedaan masa berlebaran.
Untuk tahun ini, kami tidak berlebaran pada hari yang sama.

No comments:

Post a Comment