Pages

Friday, January 27, 2017

Full Day School Minggu Ke-3

Sekolah yang baru tahun ini melaksanakan Full Day School (FDS) merasakan dan menemukan banyak hal baru. Hal ini dirasakan oleh warga sekolah dimana saya bekerja.

Bagi siswa FDS artinya uang jajan naik, jam pulang naik, jam disekolah naik, kuantitas pertemuan dengan guru naik, dan hampir semuanya naik. Seperti diuraikan satu persatu di bawah ini.

Uang jajan naik karena masa yang dihabiskan di sekolah seharian penuh artinya mereka perlu isi perut yang cukup.  Untuk anak usia belasan tahun yang on terus, ga ada matinya, non stop bakar kalori,  seolah tidak pernah ada capeknya,   mereka menyeimbangkannya dengan asupan makan minum yang bisa memenuhi semua kebutuhan tersebut.

Mungkin, sebagian besar, untuk mengejar masuk pukul 6.30, tidak sempat makan, karena berangkat dari rumah pukul 6.15. Dan, hanya sedikit siswa yang bersedia membawa bekal dari rumah. Akibatnya, urusan energi, urusan kantin, dan jajan di kantin adalah solusi.
Jajan 3 kali dalam sehari, membutuhkan  jumlah uang yang berbeda dengan yang jajan hanya 2 atau 1 kali saja.
Dengan pulang pukul 4 sore, dan ditambah eskul berakhir pukul 5.30, perlu uang jajan yang kuantitasnya naik dibanding sebelumnya.
Apakah siswa bahagia dengan kondisi ini? Dari obrolan dengan siswa, pulang sore tidak apa-apa selama perut penuh. Yang apa-apa jika ada tugas dari guru secara penuh.

Efek kedua dari FDS adalah pulang lebih sore. Dengan jumlah tatap muka 10 Jam perhari, paling cepat pulang pukul 4 sore. Pukul 4 sore itu belnya. Ditambah siap-siap, ditambah ngerumpi dulu, jadi pulangnya pukul 4.30an dari sekolah. Tambah nunggu angkot, tambah di dalam perjalanan, macet-macet sedikit, pukul 5 atau 6 sore baru sampai di rumah. Namun bagi siswa yang rumahnya lebih dari 25 km dari sekolah, akan sampai rumah menjelang malam.
Bagi siswa yang ikut Bimbel, urusan pulang, beda lagi ceritanya.

Hal ketiga, kuantitas pertemuan dengan guru menjadi lebih intens. Dengan adanya hari sekolah hanya 5 hari, maka papasan dengan guru jadi lebih sering. Sering papasan dengan guru tidak bermakna jadi kenal dengan guru. Hal biasa, tidak negur guru yang tidak ngajar di kelasnya, mungkin karena dianggap tidak ada kebutuhan untuk itu.
Kemudian, karena hari belajar hanya 5 hari, maka sehari jam pelajaran ada 10. Artinya dalam sehari bertemu paling tidak dengan 5 guru yang berbeda. Pertemuan yang banyak, sejatinya membuat siswa lebih cepat dewasa secara akademik, namun tidak sesederhana itu.

Terakhir, bukan tak penting karena disimpan di akhir, adalah naiknya kebutuhan guru akan suplai makanan.
Terdengar sedikit mengada-ada. Tapi itulah adanya.
Dengan istirahat 2 kali, pada pukul 10, guru mencari sekedar ganjal perut sebelum makan siang.
Istirahat pukul 12, makan siang di sekolah. Makan siang sesungguhnya biasa saja. Namun agak sedikit tidak biasa karena mulai pukul 8 guru-guru sudah sibuk pesan makanan via WA. Sehingga nanti pukul 12, makanan terhidang di meja guru. Fungsi meja kerja menjadi meja makan untuk sesaat, demi tersedianya energi sampai pukul 4 sore nanti.

FDS menjadi akun baru bagi sekolah dimana saya bekerja. Semoga upaya pemerintah untuk menyediakan week end untuk keluarga benar-benar terwujud. Tidak menjadi sebaliknya, hari Sabtu pun siswa seharian nongkrong di sekolah, karena menghindari menghabiskan waktu 2 hari setiap week end dengan orangtua. Yang berarti kelamaan.

No comments:

Post a Comment