Pages

Friday, August 18, 2017

Jumat, 18 Agustus 2017

Pelajaran peminatan Bahasa Inggris untuk kelas 12 berdurasi 4 jam tanpa jeda. Sebagian siswa memandang hal ini sebagai siksaan. Siksa yang pertama adalah waktu yang dianggap terlalu lama untuk hanya sekadar belajar bahasa Inggris. Siksa kedua, belajar setelah pukul 12.45 ke atas, secara alamiah badan meminta istirahat,  ngantuk muncul setiap saat. Siksa ketiga, memilih bahasa Inggris bukan karena minat,  tapi karena anggapan, dibandingkan mengambil peminatan Kimia, Matematika; bahasa Inggris lebih enteng, karena tak ada hitung-hitung dan membuktikan rumus. Siksa keempat, guru yang selalu hadir mengajar dianggap tidak manusiawi karena siswa tidak berkesempatan menikmati jam kosong.

Di sisi lain, saya memandang 4 jam peminatan tanpa jeda sebagai kesempatan. Kesempatan pertama, membimbing dan menemani siswa mendapatkan pengetahuan dan keterampilan baru secara tuntas. Waktu yang panjang, memungkinkan saya untuk mengobservasi perkembangan individu secara lebih mendalam. Kesempatan kedua, 4 jam tanpa jeda artinya saya bisa mengimplementasikan setiap tahapan rencana mengajar sambil mengamati proses dan hasilnya sekaligus. Kesempatan ketiga, saya dapat mencontohkan bahasa Inggris yang hidup yang bisa menjadi model dan dapat menjadi tawaran inspirasi bagi siswa.

Dua cara pandang yang berlawanan ini mengakibatkan muncul hal-hal tidak terduga di dalam kelas. Seorang siswa dari kelompok pembelajar lambat dan kurang antusias belajar, pada jam ketiga, tumbang. Dia mencoba tidur dalam kelas. Dan, berhasil. Saya tidak mengganggu nikmat Tuhan berupa tidur. Sekitar 30 menit dia bangun. Saya dan siswa lain sedang mencoba mendapatkan beberapa kosa kata baru melalui bacaan. Kami tidak terlalu memusatkan perhatian pada si tidur. Saya izinkan dia menikmati kebebasan, jika minggu depan masih begitu, saya akan memberikan perhatian khusus padanya.

Alkisah si tidur bangun, dan rohaninya telah kembali semuanya bersatu dengan raganya. Dia tergagap-gagap mengikuti latihan. Siswa yang lain hanya senyum-senyum kecil sambil berkomentar bahwa dia mah biasa tidur di kelas tanpa alasan.
Pada saat latihan selesai dan hasil latihan dikumpulkan, si tidur ke depan, juga mengumpulkan hasil latihannya. Saya lihat dengan cepat, karyanya tidak maksimal. Dia berkata, "Miss, seharusnya belajarnya ada jeda istirahat, 4 jam terlalu lama. Atau, seperti rencana Miss, belajarnya di luar kelas, pergi kemana, jangan disini terus, panas. Atau Miss, putar film saja. Lumayan, menghibur."

Saya merasa bangga dengan keberanian siswa menyampaikan ide dan keinginannya kepada guru. Yang menjadi keraguan, apakah siswa yang baru bangun tidur, pikirannya jernih dan usulannya benar-benar hasil pemikiran yang dalam, bukan malah igauan orang setengah bangun.

Saya menimpali diktean siswa yang baru bangun tidur dengan menjelaskan kepada seluruh siswa bahwa sekolah tidak mudah mengeluarkan izin bagi guru dan siswa meninggalkan kelas, kecuali program, kegiatan, dan hasilnya jelas serta memungkinkan untuk dilaksanakan. Rencana kecil seperti mengunjungi perpustakaan daerah, menjadi urusan besar karena letak sekolah begitu jauh dari perpustakaan daerah. Perlu kendaraan yang mampu mengangkut 43 orang, perlu waktu yang cukup untuk pergi dan pulangnya. Perlu koordinasi dengan pihak pengelola perpustakaan apakah siap menerima kunjungan.

Saya pun melanjutkan penjelasan bahwa memutar film tanpa ada dalam rencana pembelajaran, tidak bisa dilakukan. Kegiatan belajar di dalam kelas,  semuanya telah direncanakan dan ditanda tangani Kepala Sekolah.  Jika ditemukan di kelas kegiatannya berbeda jauh dengan rencana,  guru nanti dituding tidak profesional.

Terakhir saya tegaskan bahwa belajar 4 jam, atau 2 jam, bahkan nol jam, jika tidak niat,  terasa berat.  Mereka yang jadi juara lomba lari 100 meter, setiap hari berlatih berlari 10 km tanpa jeda. Tanpa mengeluh karena menyakini bahwa harus ada pengorbanan untuk sebuah keberhasilan. Belajar pun, perlu pengorbanan agar berhasil. Belajar tanpa pengorbanan hasilnya hanya bosan, ngantuk, lelah, capek. Hanya berpindah hari, berpindah kelas, tanpa ada pemberdayaan diri sendiri.

Terus, apa bisa dikatakan belajar tanpa jeda dan lelah bagi mereka yang sempat tidur pulas selama 30 menit?

1 comment:

  1. Selesai baca makin semanagat buat belajar tanpa menegeluh :)

    ReplyDelete