Pages

Sunday, January 29, 2017

Bagaimana Badriah Membuat Blog

Badriah bisa memiliki sebuah blog dengan alamat badriahblog.blogspot.co.id tentu ada sejarahnya.
Berikut disajikan video yang menjelaskan bagaimana sebuah sejarah itu lahir.


In case videonya tidak dapat dibuka, video dapat dibuka dari alamat ini https://youtu.be/X09bR7WbFEs
Blog ini sangat berguna bagi Badriah. Selain membuatnya bisa 'terpaksa' menulis setiap hari, dia juga terpaksa memperlajari cara mengisi blog dengan audio, gambar, serta hal-hal lain yang sebelumbya tidak dia kenal.
Semua ini tidak akant terjadi tanpa bantuan Seamolec.
Terimakasih Seamolec.



Kompleksitas menjadi perempuan cantik

Perempuan dengan segala keindahan dan kecantikannya menawan banyak lawan jenisnya sampai kadang tiba dititik ekstrim seperti melakukan pembunuhan demi pengakuan atas kepemilikan terhadapnya.

Menjadi perempuan cantik secara fisik merupakan impian para perempuan itu sendiri dan menjadi kebanggaan tersendiri untuk para pria jika mampu merebut hatinya kemudian bersanding dengannya.

Demikian pula dengan para perempuan cantik di Indonesia yang pada tahun 1942-1945 berada pada masa cantik-cantiknya, yaitu mereka dengan usia sekitar 13-17 tahun. Mereka menjadi kebanggaan keluarga, idaman para pria, dan harapan ayah bundanya.

Para remaja perempuan  pada masa Perang Dunia ll (1943-1945) tidak jauh berbeda dengan gadis remaja masa kini. Mereka bersekolah, bercita-cita tinggi, ingin membahagiakan keluarga, membela negara, berguna bagi nusa dan bangsa. Apalagi mereka yang berasal dari keluarga ningrat dan pejabat (Pangreh Praja) seperti gunchoo (wedana), sonchoo (camat), kuchoo (kepala desa), dan kumichoo (kepala rukun tetangga), anak gadisnya bersekolah. Mereka ingin menjadi orang terpelajar.

Harapan ini ditangkap Dai Nippon sebagai peluang. Mereka membisikan bahwa para perempuan Indonesia harus disekolahkan ke Jepang dan Singapur untuk kebesaran dan kemenangan Perang Asia Timur Raya. Bisikan ini, tidak viral, tidak menggunakan mass media, cukup dengan lewat berita dari mulut ke mulut. Rupanya Dai Nippon telah paham dari hebatnya dan efektinya teknik propaganda word of mouth.

Para gadis pada saat itu tentu saja sangat antusias mendengar tawaran "disekolahkan" ke Jepang dan Shonanto (Singapur). Apalagi yang menawarkannya adalah orang tuanya sendiri, misalnya. Tak heran, anak-anak gadis banyak yang tertarik untuk mengikuti program ini. Namun, program ini diperuntukkan bagi gadis rupawan saja dan berumur belasan.

Kecantikan gadis usia belasan pada tahun 1943-1945 bagi ratusan (jumlahnya tidak diketahui sampai sekarang) remaja perempuan Indonesia menjadi petaka dengan kengerian yang tak terperikan. Mereka ditipu, dijadikan pemuas nafsu yang dipaksa menyerah kepada murka birahi tanpa kasih. Mereka yang berasal dari keluarga terhormat direbut kehormatannya. Sampai pada akhirnya mereka menganggap dirinyapun tak pantas lagi untuk kembali ke pangkuan keluarga, terlalu malu atas kemalangan tragis atas telah hilangnya harga diri mereka. Mereka yang berniat berbakti kepada negara, kesucian niatnya disalahgunakan oleh kejahatan perang.

Gadis rupawan dengan nasib malang terjadi di negara ini, tidak saja pada masa perang. Pada masa kini, setelah perang berakhir, masih saja berlangsung.
Tersiar kabar bahwa beberapa gadis (lagi-lagi jumlahnya tidak jelas), bagaimana mereka yang dari pedesaan diangkut ke kota untuk dieksploitasi dan diperjualbelikan dengan dalih akan diberi pekerjaan. 

Kejahatan terhadap perempuan sepertinya masih akan terjadi. Setiap masa dengan catatan kelamnya masing-masing. Termasuk didalamnya torehan kisah-kisah gadis cantik yang nasibnya tidak secantik kondisi fisiknya.

Saturday, January 28, 2017

Waspadai Perubahan Sosial-Etis menjadi Ekonomi-Egois

Seorang pria mendekati pekerja sebuah swalayan dan berkata,"Isi pulsa ke nomor ini, 2 kali, 500 ribu ".
Si pegawai segera melaksanakan permintaan pelanggan dengan segera.
Kemudian si pria berkata lagi, " tambah 500 ribu lagi".
Terdengar bunyi di hape si pria mengkonfirmasikan bahwa pulsa telah masuk.

Setelah selesai pengisian pulsa seharga 1 juta, si pelayan menagih uangnya. Pria itu berkata ,"aduh maaf, saya tidak bawa uangnya, nanti saya balik lagi ke sini ya".

Di Indonesia, saling percaya menjadi modal dalam sendi kehidupan sehari-hari. Misalnya, di sebuah rumah makan, pembeli langsung mengambil makanan, dan dibayar kemudian setelah selesai makan. Si penjual percaya bahwa pembeli tidak akan berbohong apalagi tidak mengakui makanan yang telah masuk ke perutnya.
Mengandalkan modal saling percaya, telah terjadi dan menjadikan bangsa ini terkenal memiliki nilai-nilai kepercayaan (trust) yang tinggi antar anggota komunitasnya.

Bergesernya nilai sosial-etis menjadi nilai ekonomi-egois  merugikan banyak pihak.
Tatanan nilai yang telah terbentuk  selain menjadi rusak juga melahirkan tata nilai baru yang sifatnya menanamkan bahwa tidak ada lagi kejujuran dan kebaikan di bumi ini. Efek panjangnya, terjadi pengajaran tidak tertulis bahwa menyelamatkan diri sendiri adalah prioritas karena selain diri sendiri, semuanya penipu.
Jika hal ini terjadi, setiap orang saling curiga dan berburuk sangka. Yang mengerikan, ketika seseorang benar-benar berbuat tulus disangka sebaliknya.

Menjaga keterpercayaan dari orang lain dan dari diri sendiri amatlah penting. Mengkhianatinya adalah meruntuhkan tatanan nilai yang selama ini murni menjadikan setiap individu bisa hidup berdampingan dengan baik.

Friday, January 27, 2017

Full Day School Minggu Ke-3

Sekolah yang baru tahun ini melaksanakan Full Day School (FDS) merasakan dan menemukan banyak hal baru. Hal ini dirasakan oleh warga sekolah dimana saya bekerja.

Bagi siswa FDS artinya uang jajan naik, jam pulang naik, jam disekolah naik, kuantitas pertemuan dengan guru naik, dan hampir semuanya naik. Seperti diuraikan satu persatu di bawah ini.

Uang jajan naik karena masa yang dihabiskan di sekolah seharian penuh artinya mereka perlu isi perut yang cukup.  Untuk anak usia belasan tahun yang on terus, ga ada matinya, non stop bakar kalori,  seolah tidak pernah ada capeknya,   mereka menyeimbangkannya dengan asupan makan minum yang bisa memenuhi semua kebutuhan tersebut.

Mungkin, sebagian besar, untuk mengejar masuk pukul 6.30, tidak sempat makan, karena berangkat dari rumah pukul 6.15. Dan, hanya sedikit siswa yang bersedia membawa bekal dari rumah. Akibatnya, urusan energi, urusan kantin, dan jajan di kantin adalah solusi.
Jajan 3 kali dalam sehari, membutuhkan  jumlah uang yang berbeda dengan yang jajan hanya 2 atau 1 kali saja.
Dengan pulang pukul 4 sore, dan ditambah eskul berakhir pukul 5.30, perlu uang jajan yang kuantitasnya naik dibanding sebelumnya.
Apakah siswa bahagia dengan kondisi ini? Dari obrolan dengan siswa, pulang sore tidak apa-apa selama perut penuh. Yang apa-apa jika ada tugas dari guru secara penuh.

Efek kedua dari FDS adalah pulang lebih sore. Dengan jumlah tatap muka 10 Jam perhari, paling cepat pulang pukul 4 sore. Pukul 4 sore itu belnya. Ditambah siap-siap, ditambah ngerumpi dulu, jadi pulangnya pukul 4.30an dari sekolah. Tambah nunggu angkot, tambah di dalam perjalanan, macet-macet sedikit, pukul 5 atau 6 sore baru sampai di rumah. Namun bagi siswa yang rumahnya lebih dari 25 km dari sekolah, akan sampai rumah menjelang malam.
Bagi siswa yang ikut Bimbel, urusan pulang, beda lagi ceritanya.

Hal ketiga, kuantitas pertemuan dengan guru menjadi lebih intens. Dengan adanya hari sekolah hanya 5 hari, maka papasan dengan guru jadi lebih sering. Sering papasan dengan guru tidak bermakna jadi kenal dengan guru. Hal biasa, tidak negur guru yang tidak ngajar di kelasnya, mungkin karena dianggap tidak ada kebutuhan untuk itu.
Kemudian, karena hari belajar hanya 5 hari, maka sehari jam pelajaran ada 10. Artinya dalam sehari bertemu paling tidak dengan 5 guru yang berbeda. Pertemuan yang banyak, sejatinya membuat siswa lebih cepat dewasa secara akademik, namun tidak sesederhana itu.

Terakhir, bukan tak penting karena disimpan di akhir, adalah naiknya kebutuhan guru akan suplai makanan.
Terdengar sedikit mengada-ada. Tapi itulah adanya.
Dengan istirahat 2 kali, pada pukul 10, guru mencari sekedar ganjal perut sebelum makan siang.
Istirahat pukul 12, makan siang di sekolah. Makan siang sesungguhnya biasa saja. Namun agak sedikit tidak biasa karena mulai pukul 8 guru-guru sudah sibuk pesan makanan via WA. Sehingga nanti pukul 12, makanan terhidang di meja guru. Fungsi meja kerja menjadi meja makan untuk sesaat, demi tersedianya energi sampai pukul 4 sore nanti.

FDS menjadi akun baru bagi sekolah dimana saya bekerja. Semoga upaya pemerintah untuk menyediakan week end untuk keluarga benar-benar terwujud. Tidak menjadi sebaliknya, hari Sabtu pun siswa seharian nongkrong di sekolah, karena menghindari menghabiskan waktu 2 hari setiap week end dengan orangtua. Yang berarti kelamaan.

Thursday, January 26, 2017

Biography of Famous People (Anne Frank)

Pelajaran kita hari ini adalah Biografi orang terkenal, yaitu Anne Frank.
Secara singkat, inilah penjelasan mengenai Anne Frank.
Anne Frank

Annelies Marie Frank (12 June 1929 – February or March 1945) was a German-born diarist and writer. One of the most discussed Jewish victims of  the Holocaust, she gained fame posthumously following the publication of her diary, The Diary of a Young Girl (originally Het Achterhuis; English: The Secret Annex), which documents her life in hiding from 1942 to 1944, during the German occupation of the Netherlands in World War II. It is one of the world's most widely known books and has been the basis for several plays and films.

Sebelum mengenal lebih jauh Anne Frank, coba simak kisah hidup Anne Frank.
Klik audio di bawah ini untuk menyimak.


Sambil menyimak lengkapi teks rumpang yang disediakan pada file pdf di bawah ini. 



Perhatikan power point di bawah ini.
Gunakan penjelasan dari Power Point untuk membuat Time Line of Anne Frank.

Pendekatan pengajaran kodrati

Hampir setiap hari kita disuguhi informasi kurang menyenangkan tentang pendidikan di negeri ini. TV memberitakan tawuran antar pelajar yang secara brutal saling bertukar lempar batu. Siswa SD membunuh temannya karena hal kecil yang sama sekali tak masuk akal untuk jadi alasan merenggut nyawa seseorang. Baru-baru ini diberitakan seorang lbu kehilangan anaknya untuk selamanya karena nyawanya dengan tanpa manusiawi disingkirkan temannya sendiri pada saat kegiatan kampus yang dikelola kakak tingkat.

Kengerian, kekejaman, dan tindakan biadab merusak sakralnya pendidikan. Pendidikan yang masih menjadi tumpuan perubahan hidup, berubah menjadi tempat yang menghancurkan hidup.

Anak seorang petani disekolahkan dengan hampir menjual sawah yang menjadi satu-satunya sumber biaya pendidikannya. Anak pedagang, disekolahkan dengan menghabiskan hampir sampai ke modal pokoknya.
Pendidikan tidak melahirkan anak petani, anak pedagang yang terdidik. Tamat sekolah, anak petani, malu jadi anak petani dan tidak mau bertani. Demikian pula dengan anak pedagang.
Pendidikan seolah membuat kepribadian baru yang tidak sesuai harapan, biaya, dan waktu yang telah dikorbankannya.
Pendidikan menaikkan gengsi dalam meningkatkan rasa malu untuk menjadi warga negara pekerja keras seperti yang dilakukan orang tua dan pendahulunya.

Kembali ke kodrat
Diasumsikan terjadinya produk pendidikan yang tidak sesuai harapan karena kurikulum. Namun asumsi ini ditolak. Kurikulum telah direncanakan dan dibuat sedemikian rupa sehingga menyentuh sisi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara seimbang.

Dugaan lain muncul, guru kurang mumpuni untuk menghasilkan warga negara yang santun namun terdidik. Dugaan ini dimentahkan dengan fakta guru di Indonesia telah tersertifikasi dan paling tidak lulusan S1.

Hasil penelitian mengatakan bahwa proses pendidikan harus dilakukan secara otentik sehingga melahirkan pengalaman belajar otentik.
Saat ini ditenggarai, pendidikan mencoba melakukan penilaian secara otentik namun tidak dibarengi dengan pemberian pengalaman belajar yang otentik.

Belajar seolah sebuah pekerjaan yang ditandai dengan adanya hasil, yaitu nilai. Pemikiran ini terlalu menyederhanakan belajar. Akibat dari cara pandang ini, maka proses belajar tidak mengikuti alamiahnya manusia belajar. Sebagai contoh, dalam belajar bahasa.

Manusia bisa menguasai bahasa dengan mendengar, meniru, mencoba mengucapkan berulang-ulang, ketika salah orang tua/siapapun yang ada pada saat mendampingi membetulkannnya, mencoba membuat kombinasi kalimat dengan menggabungkan kosa kata, barulah bisa berbicara.

Hal ini tidak terjadi di dalam kelas sebagai komunitas baru tempat diperolehnya bahasa asing misalnya. Tidak sedikit pelajaran berbahasa untuk membuat siswa mampu berkomunikasi dalam bahasa tersebut, berubah menjadi pelajaran tentang bahasa. Akibatnya para siswa menghafal rumus kalimat.
Cara ini, tidak otentik. Hasilnya, tidak otentik. Sejatinya mampu berkomunikasi dalam bahasa asing, menjadi menguasai tata bahasa asing.

Belajar apapun sebaiknya mengikuti fitrahnya dan kodratnya. Jika pendidikan berharap lulusannya menjadi warga negara yang baik, misalnya bertutur sopan. Mulailah dengan menjadikan lingkungan sekolah sebagai miniatur tempat orang-orang bertutur baik. Siswa dengan mudah membandingkan berbahasa dirinya dengan orang lain. Dengan kesadaran sendiri dia memperbaiki kesalahan berbahasanya.

Ketika pendidikan berharap lulusannya mampu menulis. Tunjukkan bagaimana proses menulis, bukan teori cara menulis.

Mengikuti kodrat bagaimana belajar dalam kehidupan yang sesungguhnya, dan ketika cara ini diterapkan pada proses pemerolehan pengalaman belajar akan membantu siswa benar-benar belajar.

Secara kodrati dalam belajar mengalami kesulitan dan beberapa hambatan. Hal ini harus tetap jadi bagian dari proses belajar. Salah benar jika belajar dianggap selesai dengan diperolehnya angka nilai.

Wednesday, January 25, 2017

Menaikkan gengsi Bahasa Sunda

Fakta
Tidak sedikit para orangtua (notabene orang Cianjur) yang menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama dan bahasa lbu. Alasan yang mendasarinya karena mereka tidak menguasai undak usuk (aturan penggunaan bahasa berdasarkan level, tenor), bahasa Sunda sulit, khawatir tidak memahami bahasa Indonesia ketika masuk sekolah formal, dan bergengsi jika anaknya bisa berbahasa Indonesia.

Posisi bahasa Sunda di Cianjur, sebagai bahasa daerah, bahasa lbu untuk penduduk asli Cianjur, kini tergeser oleh bahasa persatuan dan bahasa pergaulan internasional.
Padahal contoh membuktikan bahwa penggunaan bahasa daerah tidak mbuat sebuah daerah menjadi berskala lokal. Sebagai contoh nyata adalah Jepang.

Jepang menggunakan bahasa Jepang sebagai bahasa lbu, bahasa di rumah, di pergaulan, dan di sekolah. Namun tidak demikian dengan kasus Cianjur. Sebagian keluarga masih menggunakan bahasa Sunda di rumah, menggunakan bahasa Indonesia di pergaulan dan sekolah, beranjak ke bahasa Inggris dan asing lainnya untuk komunikasi global.

Solusi
Bahasa Sunda dapat berjaya seperti halnya bahasa Jepang. Mewujudkan kejayaan bahasa Sunda perlu upaya dan dukungan.
Pertama, jadikan bahasa Sunda sebagai bahasa pengantar di sekolah. Cara ini menjadikan bahasa Sunda sebagai bahasa pengantar ilmu pengetahuan. Dan menjadikan bahasa Sunda sebagai bahasa yang digunakan untuk mencatat dan mengkomunikasikan pengetahuan. Sampai SD kelas 6, gunakan bahasa Sunda sebagai bahasa pengantar pendidikan.
Pemerintah harus mengawal keterlaksanaan hal ini dengan menggunakan otonomi daerahnya.

Kedua, gunakan bahasa Sunda dalam bahasa pergaulan dan pertemuan formal yang dilakukan oleh para pejabat. Bupati dan Gubernur yang menggunakan bahasa Sunda menjadi model pengguna bahasa Sunda. Bupati pidato dalam bahasa Sunda, Gubernur pidato dalam bahasa Sunda. Bukan untuk mengundang decak kekaguman, namun untuk menjadi role model yang harus ditiru seluruh warga.

Ketiga, buka kursus dan pelatihan bahasa Sunda. Ajarkan kembali dan contohkan lentong, rengkuh, pasemon. Lentong adalah intonasi yang khas dalam bahasa Sunda. Misalnya untuk greeting dengan rumus tidak lebih dari 3 kata, misalnya Bade angkat kamana? Lentong jatuh pada suku kata ke-2 dari akhir dengan cara dipanjangkan. Rengkuh adalah posisi tubuh pada saat berbicara dan pasemon ada mimik atau wajah pada waktu berkomunikasi.

Bahasa Sunda harus menjadi bahasa penghela ilmu pengetahuan, pergaulan, dan kegiatan formal sehingga nilai kebahasaanya naik. Agar hal ini terwujud perlu dukungan pemerintah daerah.

CAPTIONS

The element of a publication that is often read first is the the photo captions.
To know more about caption open this video.



Now, let's make captions
Use the following check list
Questions
Yes
No
Is there a caption title?


Does the caption use complete sentence?


Does the caption answer the 5WH-questions?


Does the caption have more than 2 sentences?


Is the caption written in the present tense?


Is the photo credit included in the caption?



Tuesday, January 24, 2017

Surat Kepada Tuhan

Future tense adalah bentuk kalimat yang menyampaikan rencana ke depan atau berspekulasi kegiatan yang akan dilakukan di masa datang.
Berikut contoh kalimat yang menggunakan future tense.
- We will be taking off in a few minutes.
- At 9 a.m. on Saturday, I'll be sitting in Dr. Holland seminar.
- He says he will meet me at the bus stop.

Mengaitkan sebuah pola kalimat dengan kehidupan siswa akan membuat pembelajaran menjadi sarat makna. Kalimat yang mengadung harapan di masa datang dicoba dalam time line untuk merencanakan masa depan. Para siswa diajak merencanakan kegiatan mereka di masa datang dengan berbasis waktu, misalnya hari,minggu, bulan, atau tahun. Siswa harus percaya diri whatever will be, will be.

Time Line 
Time Line sesuai namanya berisi rangkaian yang menunjukkan waktu. Sebagai contoh terlihat seperti Time Line Pada Halaman 1 dan 2 yang dibuat oleh siswa Peminatan kelas 10 di bawah ini. 
Time Line Siswa Halaman 1 
Time Line Halaman 2 
Surat untuk Tuhan
Setelah para siswa membuat time line, mintalah mereka untuk menyampaikan keinginan dan harapannya kepada Tuhan. Surat kepada Tuhan berisi harapan dan doa agar rencana yang dibuat pada time line dapat menjadi nyata. Selain itu memberikan bekal rasa percaya diri kepada siswa bahwa yang mereka rencanakan semuanya akan terjadi.
Pada pembuatan surat kepada Tuhan, penggunaan kalimat dengan jenis future tense tetap digunakan, namun tidak terlalu dipaksakan.

Contoh surat untuk Tuhan seperti terlihat di bawah ini.

Surat untuk Tuhan #1

Pada surat untuk Tuhan #1, siswa menuliskan harapan dan keinginannya pada Tuhan. Dia kerkeinginan menjadi pemain sepak bola profesional dan menandatangi kontrak pada usia 19 atau 20 tahun. Siswa ini bercita-cita yang mulia, yakni ingin membawa nama bangsa ke tingkat internasional.

Surat untuk Tuhan #2

Pada surat untuk Tuhan #2, siswa menunjukkan kedewasaan bahwa semua keinginannya di masa datang tidak akan terwujud jika dia tidak berupaya untuk mengupayakannya. Siswa ini menunjukkan optimisme bahwa dimasa datang hobinya dapat membuat dirinya orang yang berbeda, yakni menjadi penulis buku. 

Surat untuk Tuhan # 3

Pada surat untuk Tuhan #3, siswa menyampaikan hal yang senada dengan surat untuk Tuhan #2, yakni harus ada usaha agar semua keinginannya berhasil dimasa datang. Siswa juga menunjukkan ketidakegoisan, bahwa semua yang diinginkannya bukan untuk dirinya, namun untuk orang lain dan ingin berguna untuk orang lain.

Mengetahui rencana siswa di masa datang membantu guru memperkirakan seperti apa masa depan nanti. Jika generasi muda menyampaikan impian-impian dengan ada usaha di dalamnya, dan semua usaha tujuannya untuk kebaikan dirinya dan orang lain, maka ada sedikit jaminan bahwa negara ini akan lebih baik di masa datang. 

Monday, January 23, 2017

Lexical Density in the reading text

Pada sebuah seminar dua orang mahasiswa S2 universitas negeri dari Bandung menyampaikan lexical density pada buku bahasa lnggris SMA.
Mereka memulai sajian dengan mengatakan bahasa 'bahasa digunakan untuk berkomunikasi. Bahasa Inggris berperan sebagai bahasa internasional  diajarkan di sekolah menengah atas'.

Mereka melanjutkan bahwa kehadirannya di seminar untuk menyampaikan hasil kajian lexical density bahasa Inggris yang digunakan pada buku di SMA, peneliti menggunakan 3 buku dari penerbit yang berbeda.

Mereka menemukan bahwa buku yang terpadat  leksikonnya adalah dari Kemendikbud dengan persentasi kepadatan 62,98%, buku dari Erlangga 53,25%, dan dari Yrama Widya 55,9%. Teks Deskriptif dari Kemendikbud kepadatan leksikonnya 76,69%, Biografi dari Erlangga 71,5%, dan Ekspsisi Yrama Widya 71,76%.

Pertanyaan yang muncul: apakah ini implikasinya bagi guru?
#justwondering

Sunday, January 22, 2017

Using Narrative to Harness Visual Literacy



    This video describes how  I used narrative to allow student to visualize what they understood from the text by using picture. This activity caused students to be themselves. They used their social, emotional, and values to represent every sentence they read in the text. 

Saturday, January 21, 2017

Penggunaan Chapter Report

Visual, auditory, read-write, kinestetic adalah jenis2 gaya belajar siswa. Guru secara terencana harus memanfaatkan gaya belajar untuk membantu siswa menjadi warga akademik. Kegiatan yang nyaris tidak membutuhkan dukungan alat yang merepotkan adalah read-wrte. Yakni mengajak siswa membaca, kemudian menuliskan apa yang dibaca.

Chapter report (CR) termasuk kedalam read-write. Kegiatan CR dilakukan  dengan cara meminta siswa membaca satu bab dari satu buku referensi yang ditentukan.  Untuk mengecek pemahaman terhadap isi bab yang dibaca, siswa diminta membuat kesimpulan atau rangkuman dari teks yang dipelajari.
Cara yang digunakan pada saat merangkum misalnya dengan menggunakan dua kolom. Kolom pertama untuk istilah, kolom kedua untuk penjelasan. Maksudnya, jika ada istilah atau definisi ditulis pada kolom kesatu. Dan penjelasannya dibuat pada kolom kedua.

Cara CR ternyata handal untuk membantu siswa memahami teks secara lebih dalam. Hal ini terjadi karena teks diberikan pada beberapa minggu sebelum teks tersebut dijadikan bahan diskusi dan analisis. Jika siswa menemukan kesulitan memahami teks atau membutuhkan penjelasan tambahan agar teks lebih dipahami, maka mereka harus membaca referensi lain yang terkait dengan teks tersebut.

CR membantu siswa belajar mandiri. Melalui mencatat, mencari definisi, menemukan makna istilah, mereka bebas menuliskan temuan pada kolom. Jika ingin paham lebih banyak, mereka dapat membuka lain yang sejenis sehingga pemahaman utuh diperoleh.
Cara ini tentu saja meningkatkan kemampuan membaca.

Namun ada hal yang harus diperhatikan. CR memiliki kelemahan. Yaitu siswa tidak membaca semua teks karena berfokus pada kata kata kunci dan mencari penjelasannya.
Kedua, bagi siswa yang malas membaca, ketika harus melengkapi pemahaman dengan membaca buku dari buku lain yang berhubungan dengan tema, ini  dianggap  memberatkan.
Ketiga, ada kemungkinan siswa menyontek hasil CR temannya karena enggan membaca.
Dan, Kesulitan yang dihadapi pendidik adalah memeriksa keaslian tulisan, dalam arti menentukan mana yang menulis CR asli, mana yang menyontek dari CR temannya.

Terlepas dari kekurangan CR yang ditulis di atas, Cr sangat baik untuk melatih memahami teks.

Penggunaan Film Pendek untuk mengajar menyimak

Mendengar bahasa Inggris dalam percakapan nyata atau otentik, tidak mudah ditemukan dalam konteks kota kecil seperti Cianjur.

Penggunaan film pendek sangat membantu siswa yang tidak mudah menemukan suasana otentik berbahasa Inggris yang sedang dipelajari.

Dengan menggunakan film pendek, para siswa berkesempatan untuk melihat sekaligus mendengar teks dalam konteks. Film juga menjadi bagian keseharian siswa masa kini, ketika digunakan untuk belajar, siswa menemukan kedekatan keseharian mereka dalam belajar.

Saat ini film pendek banyak tersedia di internet. Menggunakan film pendek  animasi dengan durasi 3 menit untuk mengenalkan ungkapan, lebih diterima siswa, daripada durasi yang sama tapi pelakunya aktor/aktris (orang).

Berdasarkan wawancara, para siswa  mengakui bahwa mereka menyukai penggunaan film pendek terutama untuk pelajaran menyimak ketimbang hanya menggunakan rekaman suara.

Alternatif prosedur yang dapat dilakukan:
1. Siapkan beberapa pertanyaan yang nantinya membantu memahami isi film pendek.
2. Perkenalkan ungkapan yang akan dipelajari dan nanti muncul pada film.
3. Tonton film pendek.
4. Beri pertanyaan yang terkait dengan isi film
5. Menandai ungkapan yang digunakan pada film dengan cara menceklis pada daftar ungkapan yang disiapkan.
6. Mencoba menggunakan ungkapan
7. Membuat simpulan tentang isi film.

Manfaat dari penggunaan film pendek diantaranya:1) para siswa antusias mempelajari materi ajar dengan cara menonton film, 2) kemampuan menyimak meningkat, 3) sikap selama pembelajaran sangat baik.
(Terinspirasi dari Umi pada Konferensi Bahasa, UNSUR 2017)

Masalahnya: Membaca

Kebiasaan membaca bangsa Indonesia berada posisi ke 96 dari 100 negara (human development index, 2010). Padahal, di Indonesia sekolah dimana -mana, perpustakaan dimana-mana.

Kenapa literasi bangsa Indonesia tertinggal begitu jauh dari negara saudaranya seperti Malaysia, Singapur?

Salah satu faktor penyebabnya adalah budaya "berbicara dan menyimak' mendapat tempat lebih luas dari membaca.
Faktor kedua, diasumsikan manajemen perpustakaan kurang menarik pembaca dan (kurang dukungan finansial)
Ketiga, belum ikhlas menggunakan uang untuk membeli buku (dibandingkan memveli pulsa).
Terakhir, membludaknya hal-hal menggoda dari internet dan media elektronik lainnya.

Literasi
Literasi dimaknai sebagai kemampuan membaca dan menulis.
Tak heran di Indonesia, berbondong-bondong orang tua mengirimkan anaknya ke sekolah agar mereka segera literat (bisa baca tulis).
Cara ini pada akhirnya tidak berhasil membuat anak-anak menjadi literat.
Sebagai solusi, pengenalan literasi sebaiknya dimulai dari.rumah.
Bisa dimulai dengan literat bahasa lisan yang sesuai sesuai konteks diajarkan dalam.keluarga.
Kemudian, pengenalan ragam bahasa tulis dengan mengenalkan buku dan membangum.kecintaan pada buku.
Langkah selanjutnya,  izinkan anak-anak 'menyentuh' buku dan isinya diceritakan orang tua.
Cara diatas memberikan manfaat bagi anak-anak dalam bentuk kekayaan kosa kata, struktur kalimat yang berterima, dan pengetahuan tentang naratif.

Tidak ada kata terlambat untuk mulai menjadi literat. Menyediakan waktu beberapa menit setiap hari untuk membaca, menuliskan apa yang dibaca dapat menjadi aksi literasi personal, dan mengimplementasikan hal2 baik dari yang dibaca dapat menjadi literasi secara sikap.

Friday, January 20, 2017

Menanam cabai sendiri, kenapa tidak?

Mahalnya harga cabai menjadi penanda masuk tahun 2017. Masyarakat mengeluhkan melangitnya harga cabai sehingga muncul seloroh 'pedasnya harga cabai'

Masyarakat Indonesia sebagian besar sangat membutuhkan cabai dalam kesehariannya. Cabai menjadi teman tetap pada makan. Tak ada sambal, tidak makan, demikian kata pecinta sambal cabai. Tidak pedas, tidak semangat makan, demikian kata yang lainnya. Hampir setiap jajajan, juga dilengkapi cabai. Tahu goreng, lontong, bakso misalnya terasa lebih nikmat jika dimakan dengan cabai.

Ketika harga cabai meroket, maka tak heran kondisi ini menimbulkan guncangan. Namun, seolah tidak ada yang dapat dilakukan agar bisa selamat dari kelangkaan cabai. Saran termudah yang ditawarkan sambil guyon adalah tanam saja cabai sendiri.

Sebetulnya saran tersebut mengarahkan kepada kondisi pengelolaan menamam cabai sebagai bisnis. Bukan sekedar menanam cabai, kemudian biarkan tumbuh, terus petik dan jadikan bahan sambal.

Selama ini, cabai ditanam dengan cara tradisional. Dalam arti, beli bibit, tanam bibit, biarkan tumbuh, semprot jika ada hama, dan panen. Cara ini tentu saja tidak akan pernah membuat penanam cabai makmur dan tidak akan pernah pula memenuhi kebutuhan konsumrn akan cabai.

Petani cabai harus berpikir sebagai agropreneur. Dia harus berperan sebagai Pebisnis cabai yang menerapkan tata tanam dan tata kelola hasil cabai berdasarkan penelitian.
Saat ini, menanam cabai tanpa pernah dipelajari pada suhu berapa tanaman cabai bisa sangat produktif. Jika diketahui suhunya, petani cabai harus mengupayakan suhu yang sesuai dengan kebutuhan cabai tumbuh dan berbuah optimal.

Pada saat panen. Petani tidak pernah memikirkan bagaimana penyimpanan hasil panenan dalam waktu lama. Sebagai contoh, masyarakat Indonesia dapat mengkonsumsi apel New Zealand yang entah berapa lama apel itu berpindah dari petani sampai ke tangan konsumen Indonesia.
Kenapa cara ini tidak diimitasi untuk cabai?

Menanam cabai sendiri bisa jadi alternatif jawaban bagi kebutuhan cabai. Pengelolaan dengan intervensi hasil penelitian bisa membantu hasil cabai tanaman sendiri ini bernilai bisnis.

Wednesday, January 18, 2017

Ada apa dengan mereka?

Dengan menggunakan lagu The Show Must Go On dari Queen sebagai pemicu ide. Para siswa diminta untuk membuat Tips bagaimana menjadi orang baik.
The show must go on berisi untaian lirik kengerian dan kepedihan menjalani kefanaan. Lagu ini menggambarkan bahwa seseorang dapat melalukan kekejian , kejahatan, bahkan mengambil nyawa orang lain untuk memenuhi tujuannya.
Sangat gamblang lagu ini mendeskripsikan figur mindless crime (orang jahat).
Pada saat makna lirik disampaikan, para siswa terlihat sangat antusias.  Mereka tak henti berkomentar, dan mengiyakan sisi buruk manusia ketika ada maunya. Bahkan ada yang mengakui bahwa pernah mengalami posisi jadi pihak yang dirugikan.
Pemerolehan pemahaman tentang makna lagu menjadi semakin lengkap ketika lagunya diperdengarkan dan para siswa menghubungkan antara lirik, musik, dan makna lagu yang diusung. 
Namun kemudian, ketika hal di atas selesai dan mereka diminta memikirkan "tips jadi orang baik" (dalam arti tidak melakukan hal-hal negatif seperti yang diuraikan pada lirik lagu) sebagian besar peserta didik mendadak menjadi sepi ide.  Mereka rerata menuliskan bahwa menjadi orang baik adalah dengan "jangan berbohong, rajin sekolah, jangan galak, hormat pada orang tua". Mereka seolah miskin nilai (value) tentang kebaikan dan kebajikan sehingga tidak dapat menuliskan bagaimana kiat menjadi orang baik.
Sangat menakutkan jika generasi muda tidak mampu menyebutkan indikator-indikator orang baik. Jangan-jangan mereka salah tangkap dan salah tafsir nilai, misalnya bagaimana menjadi seseorang, tanpa mempedulikan bagaimana caranya (gaya hidup menghalalkan segala cara).
Para siswa mengatakan bahwa lebih mudah menyebutkan bagaimana menjadi orang jahat. Temuan ini memicu pertanyaan seperti apakah orang-orang yang ada di sekeliling siswa dan seperti apa orang-orang yang mengisi kehidupan mereka.
Semoga ketidakmampuan menyebutkan bagaimana kiat menjadi orang baik disebabkan oleh miskin kosa kata, bukan karena miskin teladan