Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) adalah gerakan ‘merdeka belajar’ untuk menciptakan budaya belajar yang kritis, kreatif, mandiri dan menyenangkan di sekolah. Gerakan ini berupaya membangun kesadaran guru-guru, kepala sekolah, dan pemangku kebijakan pendidikan dalam merancang sekolah sebagai tempat yang menyenangkan untuk belajar.
Konsep transformasi melalui penciptaan lingkungan belajar yang menyenangkan menjadi prinsip GSM yaitu
- learning environment (lingkungan belajar yang nyaman),
- pedagogical practice (model pembelajaran yang praktis),
- character development (pembentukan karakter), dan
- school connectednes (Pelibatan semua pihak terkait).
Model pembelajaran yang adaptif di sekolah tidak kalah penting, sebab model pembelajaran dalam pendidikan merupakan pijakan dalam upaya pengembangan perilaku guru dan peserta didik selama kegiatan pembelajaran, selain mengubah perilaku dalam model pembelajaran juga membentuk karakter dan sikap mental profesional yang berorientasi pada global mindset.
Workshop selama 3 hari pada tanggal 19 – 21 Januari 2021 dengan membentuk Tim Pengembangan GSM yang terdiri dari Tim Guru BK (Bimbingan dan Konseling), Wakasek bidang Humas dan wakasek bidang Kesiswaan.
Peserta Kegiatan Workshop ini melibatkan semua tenaga pendidik dan kependidikan .
Tujuan workshop ini adalah untuk menyamakan persepsi semua warga sekolah mengenai pelaksanaan Gerakan Sekolah Menyenangkan(GSM) dalam rangka meningkatkan kualitas peserta didik yang mampu berkembang sesuai dengan potensinya, kualitas lulusan dan kualitas Pendidikan pada umumnya.
Visi & Misi
Menjadikan sekolah-sekolah di Indonesia memiliki lingkungan belajar yang positif, menyenangkan, aman, dan membangkitkan semangat belajar siswa untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan karakter baik anak-anak Indonesia.
Apa itu Gerakan Sekolah Menyenangkan?
Gerakan Sekolah Menyenangkan merupakan gerakan akar rumput yang mempromosikan dan membangun kesadaran guru, kepala sekolah, orang tua, dan pemangku kebijakan pendidikan untuk membangun ekosistem sekolah sebagai tempat yang menyenangkan untuk belajar ilmu pengetahuan dan keterampilan hidup agar anak-anak menjadi pembelajar yang adaptif, mandiri, tangkas, dan cepat menghadapi perubahan dunia yang sangat cepat dan tak menentu.
Untuk informasi lebih lanjut bisa langsung ditanyakan via DM IG @gsm_indonesia
guru penyimpang GSM
Pedagogical Practices dalam pola pengajarannya
“Dalam mengimplementasikan Pedagogical practices di Pembelajaran Tatap Muka (PTM), saya tidak lagi hanya mentransfer knowledge saja tetapi melakukan flip learning dengan menjadikan siswa sebagai subjek dalam pembelajaran atau tidak lagi menjadi objek dalam pembelajaran. Artinya, siswa diajak berkomitmen serta membuat kesepakatan bersama dalam mengerjakan tugas berbasis project dengan kolaboratif antar mata pelajaran”.
metode pembelajaran yang lebih bervariasi dan tidak seragam
membentuk kegiatan Mentor Sebaya Menyenangkan
melibatkan keterkaitan langsung peserta didik untuk menjadi mentor bagi teman – teman lainnya dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Tugas yang diberikan oleh guru berupa sebuah project yang disesuaikan dengan jurusan masing – masing peserta didik. Project tersebut kemudian akan dikerjakan secara individu oleh siswa – siswinya. Mentor Sebaya Menyenangkan dibentuk dengan dua istilah didalamnya, yaitu mentor dan mentee.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menciptakan hubungan peserta didik yang sudah lebih mahir (mentor) dalam membantu teman – teman lainnya yang belum mahir (sebagai mentee). Peserta didik yang menjadi mentor kemudian akan memberikan motivasi, dukungan serta membagikan pengetahuan mereka terhadap para mentee. Manfaat yang didapat oleh mentees juga didapatkan oleh para mentor. Pak S memaparkan bahwa manfaat yang didapatkan oleh para mentor adalah pemahaman pelajaran yang lebih baik, melatih kemampuan kepemimpinan, meningkatkan kepercayaan diri, lebih memahami diri sendiri, dan dapat memperluas network.
Salah satu Project yang diberikan oleh pak Sujinarto berupa project mendesain layout isi majalah yang bertemakan “Idolaku”. Project ini juga sekaligus menjadi challenge HUT Kemerdekaan RI ke-76
“Untuk mengerjakan setiap project, kita mengadakan kesepakatan awal tanpa ada tekanan mulai dari potensi atau fasilitas yang dimiliki di rumah, program atau aplikasi apa yang akan digunakan dalam mengerjakan project. Bahkan, kesepakatan waktu berapa lama yang akan digunakan dalam menyelesaikan project”
tidak hanya mengasah keterampilan teknis para peserta didik. Namun, mengasah juga Social Emotional Learning siswa – siswinya dalam membantu pengembangan karakternya. Beliau juga menggandeng beberapa mata pelajaran untuk melanjutkan pembelajaran berbasis project tersebut. Mata pelajaran tersebut adalah Pendidikan Agama Islam, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia serta beberapa mata pelajaran lainnya. Sistem penilaian project tersebut dilakukan bersama antara siswa – siswi dan keterlibatan orang tua melalui portofolio yang dikumpulkan.
langkah – langkah yang beliau lakukan dalam mengimplementasikan program Mentor Sebaya Menyenangkan. Langkah pertama yang beliau lakukan adalah membentuk tim mentor yang kemudian dilanjutkan dengan memberi challenge terhadap para mentor untuk menjelaskan cara mengerjakan project yang diberikan kepada mentees yaitu teman – temannya.
untuk menarik lebih banyak perhatian dengan tujuan untuk menciptakan besarnya antusias peserta didik. Pak Sujinarto membuat Flyer pelaksanaan mentoring dari program ini. Flyer tersebut kemudian dibagikan ke grup WhatsApp kelas masing – masing sehari sebelumnya. Setelahnya, pelaksanaan kegiatan mentoring ini dilakukan dengan membagi beberapa kelompok mentoring dengan mentor didalamnya.
Dalam pelaksanaanya, para mentor membagikan pengetahuannya mengenai kiat – kiat serta tips dalam mengerjakan project masing – masing. Melalui program ini, para mentee menjadi lebih terbuka dan berani untuk menanyakan banyak hal yang masih belum mereka pahami. Mereka dapat lebih luas untuk berinteraksi dengan para mentornya karena merasa sebagai teman sebaya.
Setelah menyelesaikan program mentoring, para mentor dan mentees diminta untuk merefleksikan kegiatan yang sudah mereka jalani. Sesuai dengan tujuan program ini, para mentees merasa terbantu dalam mengerjakan project yang akan mereka selesaikan. Secara keseluruhan, mentees mengatakan bahwa penjelasan yang diberikan mudah dipahami. Selain itu, para mentor juga menanggapi bahwa dirinya senang dapat saling berbagi ilmu kepada teman – temannya.
Skema pembelajaran kolaboratif yang diimplementasikan oleh Pak Sujinarto terhadap para murid – muridnya telah memberikan dampak nyata yang positif bagi para peserta didiknya. Hal tersebut dapat tercapai juga karena peranannya yang tidak ragu untuk melangkah maju. Pak Sujinarto mengatakan bahwa “Jangan katakan TIDAK BISA, katakanlah BISA dan COBALAH”. Melalui kutipan yang ia berikan, pak Sujinarto tidak pernah berhenti untuk mengajak siswa – siswi hingga teman – temannya supaya tidak takut bergerak dan melakukan inovasi untuk pendidikan Indonesia yang lebih baik kedepannya.
berinovasi melalui project atau asesmen.
pengajaran dengan metode Home Based Learning yang berbasis project kepada peserta didik
dua minggu beliau hanya melakukan kegiatan belajar – mengajar dengan satu project
dalam satu project sudah merangkul beberapa kompetensi dasar atau mata pelajaran
Kegiatan kolaborasi yang dilakukan pak Diyarko menggandeng para guru yang mengampu mata pelajaran dasar – dasar seni rupa dan mata pelajaran dasar – dasar kreativitas. Keduanya menjadi rekan kolaborasi tetap selama satu tahun. Selain itu, pak Diyarko juga berkolaborasi dengan guru Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Jawa sebagai rekan kolaborasi tentatif.
Beliau juga melibatkan para orang tua dan para pelaku usaha sebagai komponen kolaborasi challenge ini. Dalam rangkaian kegiatan yang dibuatnya, pak Diyarko memaparkan bahwa peran orang tua melalui kegiatan ini adalah mendukung serta memotivasi anak – anaknya untuk belajar. Selain itu, pak Diyarko juga memaparkan bahwa challenge kolaborasi ini dibuat sebagai bentuk pengembangan kompetensi hard skill serta pengembangan social emotional peserta didik.
Kolaborasi ini diawali dengan membuat materi pembelajaran yang dilengkapi dengan berbagai challenge yang akan ia berikan kepada para muridnya. Berbagai challenge tersebut akan diunggah melalui portal Animax. Portal tersebut dapat diakses oleh siapapun, termasuk siswa, guru, masyarakat, orang tua, hingga pelaku usaha yang mempunyai tautan atau link tersebut. Kemudian, peserta didik diberikan panduan melalui grup WhatsApp untuk mencoba menyelesaikan tantangan yang diberikan. Grup tersebut berisi para guru yang tergabung dalam kolaborasi ini serta para peserta didik.
Hasil kreativitas peserta didik yang telah menyelesaikan challenge akan diunggah oleh mereka melalui kanal Instagram. Setelah itu, siswa – siswi menyalin tautan unggahan Instagramnya dan dikirim ke grup WhatsApp. Melalui grup tersebut, guru – guru memberikan apresiasi terhadap hasil kiriman karya peserta didik. Para guru juga memberikan saran membangun bagi para muridnya. Apabila karya tersebut telah disepakati bersama sebagai karya yang siap untuk diunggah ke portal Animax. Maka, setelahnya siswa – siswi diberi arahan untuk mengunggah karyanya melalui portal yang telah disediakan.
Challenge pertama diberikan untuk mengasah hard skill peserta didik dengan tema menggambar suatu karakter dari buah. Kemudian, dilanjut dengan mengilustrasikan gambaran perasaan dari lagu “ibu” karya Iwan Fals untuk mengasah social emotional peserta didik. Challenge kolaborasi ini ditanggapi positif oleh para peserta didik. Hal ini dibuktikan dengan survei mandiri yang dilakukan oleh pak Diyarko terhadap siswa – siswi nya. Banyak dari siswa – siswi yang merasa tertantang untuk bisa membuat karya terbaik versinya, serta merasa kegiatan ini menyenangkan.
“Saat iseng saya melakukan refleksi pembelajaran, ada peserta didik yang curhat kalau selama ini dia gak bisa mengikuti pembelajaran dengan baik. Dia gak bisa memahami materi yang dipelajari (pada saat itu ia menyampaikan materi pembelajaran Sains)”
mencari solusi dari hambatan yang dialami oleh peserta didiknya. Beliau mencoba menyesuaikan proses pembelajaran sesuai dengan kondisi peserta didik yang telah beliau dapat melalui keluhan murid kepadanya. Ilmu Sains yang bu Yuliana ajarkan memang membutuhkan kreativitas dan praktik langsung untuk mendapatkan pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan. Maka dari itu, beliau merancang pembelajaran yang mengasah keterampilan proses berpikir Sains.
membentuk kegiatan Eksperimen Sederhana Sains (EKSIS) sebagai sarana pembelajaran Sains yang lebih menyenangkan
para murid diajak untuk melakukan eksperimen sederhana dari rumah masing – masing menggunakan alat dan bahan yang ada di sekitar mereka. Salah satu kegiatan EKSIS yang bu Yuliana lakukan bersama dengan siswa – siswinya adalah mengenai indikator alami asam basa.
Pelaksanaan praktik EKSIS 3M ini berbasis Home Science Process Skill (HSPS) yaitu aktivitas pengembangan keterampilan proses sains yang dapat dilakukan di rumah masing – masing peserta didik. Proses pelaksanaan EKSIS 3M melalui Google Classroom yang diinisiasi oleh bu Yuliana mengikuti alur sebagai berikut:
- Mengamati (observasi) dan Mengelompokkan (Klasifikasi)
Pada tahap ini, peserta didik mengamati tayangan Asam, Basa, dan Garam pada video yang diberikan oleh bu Yuliana. Kemudian, peserta didik mengamati hal yang ada di sekitar mereka dan mengelompokkannya kedalam jenis Asam, Basa, dan Garam. Setelah itu, peserta didik mengerjakan dan menyerahkan tugas melalui Google Classroom dan mendapat feedback serta apresiasi yang membangun.
- Mengukur
Setelah proses mengamati, peserta didik diajak untuk melakukan eksperimen sederhana mengenai indikator alami Asam, Basa, dan Garam. Kegiatan ini diawali dengan merancang eksperimen dengan mengidentifikasi objek sekitar apa saja yang dapat peserta didik manfaatkan untuk eksperimen sederhana ini. Pada tahap ini, peserta didik mendokumentasikannya dalam bentuk video dan diunggah melalui Youtube.
- Berkomunikasi, Menyimpulkan dan Memprediksi.
Pada tahap terakhir ini, peserta didik membuat laporan dari eksperimen sederhana yang sudah mereka lakukan beserta kesimpulannya. Secara keseluruhan, guru akan memberikan penilaian serta apresiasi terhadap peserta didik.
Menurut bu Yuliana, cara ini sangat efektif dalam meningkatkan semangat dan pemahaman siswa dalam belajar. Dikarenakan, para siswa memberikan komentar positif yang mereka tuangkan dalam bentuk video refleksi kegiatan. Mereka mengatakan bahwa senang dengan metode pembelajaran yang dibuat oleh bu Yuliana. Hal tersebut mengurangi rasa kejenuhan terhadap pembelajaran daring yang monoton. Sesuai dengan namanya, ilmu Sains tetap dapat “EKSIS” untuk dipelajari dan dipraktekkan walaupun hanya dilakukan dari rumah saja.
berempati terhadap anak didik, tidak hanya berfokus pada penyelesaian kurikulum tapi juga memberi pemahaman dan pengalaman belajar untuk berlatih berpikir dan merasakan terlibat langsung dalam menentukan tujuan belajarnya. Mengajak anak didik ikut serta dalam proses belajar dari awal sampai akhir berupa evaluasi yang tidak hanya sekedar mengukur pengetahuan saja. Tetapi evaluasi yang mengukur cara berpikir dan kemampuan berpikir anak didik.
Berubah... kata pertama dari semboyan GSM, sebuah kata yang memantik aku saat melihat sistem pendidikan dan menajdi kegelisahan, tidak hanya menyalahkan, tidak hanya menggerutu, tetapi diri ini harus mengawali dengan berubah, meski melakukan perubahan itu adalah hal-hal kecil, tetapi itu lebih bermakna ketimbang hanya selalu menyalahkan keadaan. Aku tak menyangka perubahan-perubahan kecil bisa berdampak begitu besar bagi peserta didik, bagi lingkungan dan bagi pemaknaan profesiku.
Berbagi…dari pengalaman yang telah aku lakukan, dan dengan prinsip diri ini harus bisa memberi manfaat seluas-luasnya, dibukakanlah pintu-pintu untuk saya berbagi dengan rekan-rekan sejawat lainya, mulai dari Sekolah Dasar, SMP, SMA, dan tentunya SMK yang menjadi rumah besar ku untuk berbagi. Pintu berbagi semakin terbuka lewar manakala GSM memfasilitasi guru-guru untuk berbagi, baik secara daring maupun luring, kesempatan itu dibuka lebar oleh GSM, sampai membawa diri ini berbagi dengan Kepala Sekolah peserta workshop GSM di Jogja, di Papua, dan beebrapa SMK di Jawa. Tidak menjadikan diri ini berhenti untu selalu menambah pengalaman belajar, sebagai pendidik sebagai pengajar yang mau mengajar, maka tidak boleh berhenti belajar jika akan mengajar. Belajar mandiri, belajar sepanjang hayat, belajar bersama komunitas, tumbuh bersama demi pendidikan yang lebih memanusiakan dan memerdekan adalah keniscayaan untuk melakukan KOLABORASI dalam misi suci mencerdaskan kehidupan bangsa.
Adapun, berikut adalah poin-poin yang kami sepakati bersama sebagai langkah awal menciptakan lingkungan belajar yang nyaman:
- Memastikan taman kelas nyaman dan sehat
2. Mengatur tata letak tempat duduk yang nyaman : berkelompok, di kursi, di tikar atau taman sekolah
3. Membuat kesepakatan kelas: misalnya menyimak ketika ada yang berbicara, bicara pelan dan sopan, berjalan pelan di kelas, menghormati teman, menjaga kebersihan kelas, bertanggungjawab, menggunakan empat kata sakti : maaf, terimakasih, tolong, dan permisi.
5. Memastikan kelengkapan sarana dan prasarana kelas
6. Mengadakan pojok baca
7. Membuat zona emosi
8. Membangun rasa kekeluargaan: salam, sapa, dan saling menghargai. Wali kelas perlu mengenali kondisi keluarga anak, dan memahami emosi anak serta penyebabnya.
9. Jika ada konflik di kelas, pembelajaran dihentikan sementara dan guru berkesempatan mengajak siswa berefleksi untuk membangun karakter anak.
10. Kompetensi siswa lebih ditekankan pada skill, bukan pada kemampuan menghafal. Tugas guru meliputi mentoring dan monitoring.
memberikan piagam bintang kebaikan
nonton webinar