●Nara sumber: Prof. Udin●
Sistem pendidikan nasional Indonesia dibangun atas empat filosofi: Esensialisme (terkait iman takwa, ahlak mulia), Perenialisme (iman takwa cakap, watak), Reconstruksionisme (cakap, kreatit, demokraris, bertanggung jawab), dan Progresivisme (kemampuan, cakap, kreatif, mandiri, iman, takwa)
Dari keempat filosofi tadi dituangkan pada Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, yang menyebutkan fungsi: Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan tujuan: untuk berkembangnya potend peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Tujuan nasional tadi diterjemahkan kedalam kompetensi agar pendidikan menghasilkan pribadi yang utuh. Ditandai dengan menguasai kompetensi inti 1 dan 2 (sikap), kompetensi inti 3 (pengetahuan) dan kompetensi 4 (keterampilan).
Muatan tujuan pendidikan nasional dikemas dalam disain Kurikulum 2013 dengan entitas pendidikan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan. Tujuan pendidikan nasional dicapai melalui pembelajaran yang dinilai keberhasilannya. Untuk mendukung pembelajaran terjadi diperlukan budaya, kepemimpinan, dan menagement pendidikan.
Kerangka Akademik pedagogik
Belajar diartikan sebagai proses membangun pengetahuan melalui transformasi pengalaman (Kolb: 1986)
Pengetahuan harus dibangun melalui pengalaman. Guru TK sangat piawai membangun pengetahuan, misalnya pada saat menggambar, para siswa menggambar dengan bebas tanpa plot dan semuanya disebut bagus.
Dyers dkk (2011) menyebutkan bahwa
○ 2/3 dari kemampuan kreativitas seseorang diperoleh melalui pendidika, 1/3 sisanya berasal dari genetik.
○ Kebalikannya berlaku untuk kemampuan intelligent yaitu 1/3 dari pendidikan, 2/3 dari genetik.
○ Kemampuan kreativitas diperoleh melalui: mengamati, menanya, menalar, dan mencoba.
Pembelajaran hari ini adalah pembelajaran abad 21. Kita sedang ada di tahun ke 17 dari abad 21. Jadi pembelajaran abad 21 bukan pembelajaran dalam mimpi, kita sedang melakukannya.
Untuk pembelajaran abad 21 harus membantu siswa memiliki tiga hal: 1) life and career skills, 2) digital literacy, dan 3) learning and innovative skills.
Pembelajaran efektif dimulai dengan sikap dan persepsi yang positif tentang belajar (Marzano: 1985). Tugas guru membangkitkan sikap dan persepsi positif siswa. Kedua, siswa dibawa untuk mampu menggunakan pengetahuan dengan bermakna. Selanjutnya, siswa dilatih untuk memperluas dan memperdalam pengetahuan. Di akhir para siswa secara otomatis menggunakan productive habit of mind.
Biggs dkk (2004) mengingatkan bahwa ' .. untuk mencapai tujuan pendidikan maka harus dibangun hubungan antara pembelajaran, proses belajar, dan penilaian'
Tujuan pendidikan tercapai jika siswa mengalami pembelajaran otentik, proses pembelajaran otentik, dan penilaian otentik.
No comments:
Post a Comment