HARI INI, saya memiliki 24 jam yang benar-benar milik saya
sendiri. Tidak ada tugas di luar jam kerja, tidak ada sisa laporan yang harus
diselesaikan, tidak ada hutang tulisan yang ditunggu deadline, tidak ada janji,
tidak ada agenda yang harus dipenuhi, tidak ada tanggung jawab sebagai Ibu,
sebagai istri, tidak ada apa-apa. Bebas.
Bangun tidur dihantui mimpi. Dalam mimpi teman yang lama tak
besua, meninggal karena kanker. Karena hari ini milik saya, pagi-pagi, bukannya
ke dapur, tapi menelepon. Menanyakan kabar, menanyakan hal-hal basi, ternyata
teman lama yang dimimpikan meninggal, sehat walafiat. Hanya katanya dia agak
stress akhir-akhir ini, selalu lupa hari, tiba-tiba sudah Sabtu lagi. Dia mengatakan
tidak siap meninggal, masih banyak urusan, keluarga, pekerjaan, semua belum
beres. Katanya sih sempet kepikiran bagaimana kalau masa hidupnya dicabut. Dia ngeri
sendiri, bilang belum siap berjumpa ajal.
Ngobrol dengan teman lama, ya lama, dan … lupa waktu, 2 jam
bertelepon dan harus diakhiri karena saya kebelet pingin ke belakang.
Meninggalkan toilet, pikiran saya sudah memberitahu, hari
ini, tidak ada pekerjaan, semua off, silakan buang waktu sesuka hati, jadi
orang malas juga … boleh. Maka jadilah saya orang malas.
Kemalasan dimulai dengan membuka bonus 1013MB VideoMax dari HOOQ
yang artinya memiliki kesempatan
menonton film tanpa ambil kuota paling tidak selama 2 jam secara streaming atau
download. Saya ingin melihat bagaimana Angels and Demon tulisan Dan Brown
dimainkan Tom Hank. Tapi saya takut, bagaimana jika filmya tidak serame
bukunya, atau saya malah kecewa karena film bukanlah secara 100% memindahkan isi
buku ke layar. Niat menggunakan bonus. Batal. Mending pakai masker saja. Sudah
hampir seratus hari produk masker dibeli, namun belum juga dipakai. Selalu saja
ada bayangan menakutkan kalau memakai masker. Bayangan tersederhana adalah pas
selesai bermasker, tiba-tiba ada tamu yang datang tanpa janji. Ditolak dengan
alasan saya sedang menghindarkan diri dari dakwaan masker yang dibeli tapi
tidak dipakai, pasti tidak enak ke si tamunya. Tidak ditolak, tidak mungkin
saya buru-buru basuh wajah, ternyata tamunya hanya mau nagih iuran RT saja,
misalnya. Padahal harga maskernya, lebih besar dari iuran tagihan ke-RT-an.
Niat bermasker, dibatalkan, abort, unwelcomed guests may
come anytime. Dan saya benar, sekitar lima menit dari pembatalan memakai masker
terdengar suara ragu Assalamu’alaikum. Saya buka pintu (sambil bilang Alhamdulillah
belum bermasker), saya lihat seorang anak perempuan tanggung yang memanggil
saya ‘Tante” menanyakan keberadaan anak saya. Saya tanya sudah janjian atau
belum, dia jawab, belum. Saya jelaskan bahwa anak saya sedang ke Kecamatan,
mencari internet gratis, katanya buat mengerjakan pe-er. Si anak tanggung
menutup pertamuan dengan mengatakan akan menyusul anak saya ke kecamatan. Saya duduk
sambal memikirkan panggilan ‘Tante’ dari teman anak saya. Kota kecil ini telah berubah besar sekali. Saya
tidak mengira, untuk kampung sekecil ini ada kata “Tante” muncul dari mulut
anak-anak. Saya membayangkan kata ‘Ibu’ sebagai pilihan panggilan untuk
nenek-nenek (muda wkwkwkk) akan dipilih anak-anak kepada saya. Dan saya salah. Agak
canggung rasanya dipanggil ‘Tante’. Tapi sudahlah Tante.
Saya berniat membuat nasi goreng ketika terdengar pintu diketuk
orang. Masak, batal, abort. Saya buka pintu (sambil bilang alhamdulilah berlum
bermasker), ternyata ada Kakak yang mampir untuk say hi dan memberikan
oleh-oleh favorit, pisang. Ngobrol ngalor kidul tidak jelas, asal sunyi
pinggiran makam pecah, akhirnya Kakak berangkat lagi, saya duduk lagi, mikir. Ini
libur, terus?
Hape, cek hape saja. Mungkin ada yang menarik. Saya buka
Flipboard. Ada apa di belahan dunia lain hari ini. Ada berita 20 foto terbaik
dengan latar bencana alam. Ada artikel “Adulting Would Have Been So Much Easier
If these Vital Life Lessons Were Taught in School”. Artikel ini menyoroti bahwa
sekolah tidak membantu hidup di luar sekolah menjadi lebih mudah karena hanya
berfokus pada tampilan kinerja akademis siswa saja (setting India). Si penulis
menyarankan agar sekolah mengajarkan bagaimana caranya membuka rekening bank
dan mengirim uang secara online, atau mengambil uang yang dibayar dengan Pay
Pal. Kedua, sekolah harus mengajarkan etika bertamu (pada saat travelling) dan
etika penggunaan barang-barang publik. Sekolah juga harus mengajarkan bagaimana
cara bertahan hidup dan cara mengelola keuangan. Selain itu, sekolah harus
mengajarkan bagaimana cara menghadapi kegagalan hidup dan bagaimana cara
menjalani kegagalan dengan cara positif. Masih banyak yang harus diajarkan di
sekolah yang menurut penulis agar para siswa menjalani kehidupannya kelak
dengan lebih mudah.
Saya merasa bacaan ini menjadi tugas tambahan yang harus
disisipkan pada saat mengajar nanti. Ternyata, masih banyak yang kurang dalam
pengajaran yang saya berikan. Pikiran saya memikirkan mengajar, hey.. ini
libur. Stop thinking about teaching. Saya
pindah ke fitur musik, sudah lama tidak mendengarkan Kacapi Suling Cianjuran,
saya menyimak Bubuka. Pagi-pagi, belum makan, rasanya kurang pas mendengarkan
Cianjuran.
Mengisi libur yang tak berjadwal, bisa memilih kegiatan
apapun, come on, ayolah, sedikit kreatif, 24 jam itu waktu yang cukup untuk
merasakan malas (bebas jadwal). Ganti, jangan Cianjuran, cari yang membuat
tertawa, semangat, terinspirasi. Saya menyetel Wayang. Seisi rumah penuh dengan
suara Dalang Asep Sunandar Sunarya menyajikan Sumur Sijalantunda. Kisah yang
mengangkat peristiwa Jenderal yang dibuang ke sumur Lubang Buaya. Penggalan peristiwa
G30S/PKI versi wayang, sama mengerikannya, namun tidak semengerikan (visually)
ketika dulu saya menonton filmnya. Wayang sangat menarik perhatian saya,
kehebatan dalang bercerita tunggal namun bersuara berbeda-beda sesuai karakter.
Saya mendengarkan wayang dengan saksama, tapi jadi kurang konsentrasi karena
lapar. Tidak ada makanan. Hanya ada Mie instan. Baiklah, ini hari malas, hari
libur, tidak ada acara masak, bikin mie instan saja. Selesai.
Sendirian, menikmati Mie Instan, tanpa ada daging ayam,
hiasan bawang goreng, tomat, atau yang lainnya seperti yang tertera pada
bungkus Mienya. Rasanya? Pahit air liur sejak pagi belum terlewati apapun,
berubah rasa (terlalu) gurih sehingga saya menambahkan air jeruk nipis
kedalamnya agar sedikit ringan kegurihannya. Inilah rasa makanan pada saat
libur. Nikmati saja Tante.
Ternyata menikmati Mie Instan diiringi Wayang, juga tidak
cocok. Rebus Ubi atau rebus singkong mungkin pas. Saya matikan Wayang dan
memindahkan mangkuk kotor, ke tumpukan piring kotor lainnya yang telah
menggunung. Ini libur, tidak ada acara mencuci piring. Saya menjadi orang
malas. Saya lihat, baju kotor menunggu dicuci. Saya lihat, lantai belum
dibersihkan, pekerjaan domestik. NO. Ini libur, tidak ada pekerjaan domestik. Baju
kotor, biarkan saja, kalau perlu baju, pakai baju bersih saja, kan masih ada.
No comments:
Post a Comment