Menjadi guru pamong terdengar sangat biasa. Tapi, menjadi guru
pamong tanpa pernah ada pelatihan, pembimbingan dan acuan indikator peran guru
pamong, itu sangat luar biasa. Pada tulisan ini, saya sebut guru pamong sebagai
Mentor, meminjam istilah bahasa Inggris. Dan mahasiswa yang melakukan praktik pengalaman
mengajar disebut Mentee.
Mentor memiliki peran yang sangat penting bagi maju
mundurnya pendidikan negeri ini. Pada tangan mentorlah bagaimana mentee di
kemudian hari melakukan perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran
yang efektif di kelasnya. Melihat begitu besarnya peran mentor bagi pendidikan
di masa datang, tentulah tidak mudah menjadi mentor. Menurut Lili Orland (2010)
pada bukunya Learning to
Mentor-as-Praxis: Foundations for a Curriculum in Teacher Education
mengatakan bahwa menjadi mentor merupakan bagian integral guru dalam pengajaran.
Namun, walaupun mentor menjadi bagian integral, tidak serta merta semua guru
(seharusnya) menjadi mentor. Anderson dan Shannon (1988) mendefinisikan ‘mentor’
setara dengan kata ‘ahli’ yang terefleksikan pada kemampuannya untuk
membimbing, mencontohkan, mengajar efektif, melindungi dan membuat mentee
melakukan yang terbaik. Seiring berkembangnya
zaman, mentor diartikan sebagai ‘guru berpengalaman’ sedangkan mentee diartikan
sebagai ‘guru pemula’ (Evans, 2000).
Sekalipun artinya dihaluskan dari ‘ahli’ menjadi ‘guru
berpengalaman’ tetap saja di dalamnya mengandung arti yang berat yang
menunjukkan kemampuan dan kinerja hebat di dalamnya. Pada saat disandingkan ‘guru
berpengalaman dengan guru pemula’, terlihat betapa jauhnya jarak kompetensi
yang terimplisitkan didalamnya. Bagi saya pribadi, menjadi mentor tentulah
merupakan tantangan yang harus dicermati dengan sangat saksama.
Tantangan pertama terkait dengan kompetensi. Pertanyaanya, indikator
apa yang harus ditunjukkan sehingga saya bisa menjadi mentor efektif yang
membantu mentee menjadi guru efektif di kemudian hari. Tantangan kedua terkait
dengan kinerja. Pertanyaannya, indikator kinerja apa yang harus ditunjukkan
sehingga kelak para mentee tidak meniru atau mengadopsi malpraktek
pembelajaran. Tantangan ketiga terkait dengan waktu. Apakah dengan waktu yang
disediakan mentee mampu ‘menangkap’ aspek pedagogis, profesioanal, sosial, dan
kepribadian seorang guru dengan hanya melihat mentor. Tantangan keempat terkait
dengan hubungan personal dengan mentee. Sejauh mana seorang mentor dapat ‘melibatkan’
dirinya sehingga mentee menjadi pribadi seperti yang diharapkan sebagai seorang
guru.
Saya sendiri seorang guru yang memiliki sertifikat pendidik.
Mengacu pada status ‘guru tersertifikasi’ pada satu sisi menunjukkan secara
kompeten memiliki kemampuan sebagai ahli. Alasannya, sertifikat pendidik adalah
pengakuan secara professional bagi seorang pendidik. Di sisi lain, apakah sertifikat
pendidik mewakili kompetensi yang menjadi bidang keahliannya?
Menjadi mentor tentulah bukan hal yang sederhana. Bukan sekadar
ajak mentee ke kelas, suruh memperhatikan mentor mengajar, setelah itu gantian,
mentee mengajar, mentor mengobservasi. Jika
hanya itu yang dilakukan, saya merasa, perlahan-lahan saya menyesatkan mentee. Bagi
saya, mentee adalah orang dewasa yang harus diperlakukan mentor sebagai orang
dewasa. Salah satu ciri orang dewasa diantaranya memiliki banyak informasi. Saya
sangat dhalim jika beranggapan bahwa mentee tidak tahu apa-apa mengenai dunia
mengajar. Masih terkait dengan mentee sebagai orang dewasa, maka merencanakan
dan melaksanakan pembelajaran pasti bisa dilakukan mentee. Masalahnya bagaimana
mentor mentransfer pengetahuan dan pengalaman mengajarnya sehingga kelak kedua
tugas pokok guru tersebut bisa dilakukan
mentee sesuai standar.
Sampai saat tulisan ini dibuat, saya masih diliputi
banyak pertanyaan seputar peran mentor kepada mentee, yakni:
-
Bagaimana agar mentor tidak mengubah mentee
menjadi dirinya?
-
Bagaiman mentor bekerja sama secara efektif
dengan mentee sebagai orang dewasa?
-
Bagaimana mengatur mentee?
-
Bagaimana menggunakan waktu setelah mengajar?
-
Bagaimana mengumpulkan data mengenai kemampuan
pedagogis mentee?
-
Bagiamana memberikan penghargaan dan melakukan
penguatan?
-
Bagaimana menghilangkan dinding pembatas berkomunikasi?
-
Bagiamana memberikan kefleksibelan pada mentee
yang kebeabasannya dibatasi?
-
Bagaiamana memberikan kesempatan pada mentee
untuk beranjak dari guru pemula?
-
Bagaiaman mempertahankan kesuksesan merencanakan
dan mengajar yang diperoleh mentee?
-
Is it too much to ask?
No comments:
Post a Comment