Saturday, September 9, 2017

Hari Ke-51 Good Bye Linear

Di luar kelas, kita menggunakan berbagai disiplin ilmu, berbagai cara, berbagai pengalaman untuk dapat terus bertahan dan hidup. Namun, pendidikan mengajarkan kepada peserta didik sistem ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri-sendiri. Setiap disiplin ilmu diberi nama sendiri-sendiri. Untuk sekolah menengah, lahirlah belasan nama mata pelajaran. Para siswa melihat, sekolah adalah mata pelajaran. Guru adalah guru mata pelajaran.

Mata pelajaran sesungguhnya tidak berdiri sendiri-sendiri seperti namanya. Berbeda dengan pabrik. Pabrik ban, hanya memproduksi ban. Pabrik semen, hanya membuat semen. Sekolah bukan pabrik, walaupun terdiri dari bermacam-macam pelajaran di dalamnya. Sekolah tidak memproduksi luaran pendidikan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang tunggal. Ketika sekolah dianggap memproduksi siswa seperti pabrikan, atau hanya menguasai pengetahuan saja, maka mereka tidak siap untuk bisa bertahan di luar sekolah.  Sistem pembelajaran ala pabrik mengakibatkan peserta didik tidak mampu bermasyarakat.
Sekolah adalah tempat belajar. Belajar adalah hidup. Dalam hidup, tidak ada yang linier.

Saat ini, kita berada pada masa yang sangat kritis namun sangat menantang sepanjang sejarah. Masa itu disebut Era Informasi. Cepatnya kemajuan teknologi mengakibatkan kehidupan manusia serba mudah. Perubahan ini pun mempengaruhi pendidikan, –Generasi Z- yang hidupnya dibesarkan oleh teknologi layar sentuh. Infomasi bertebaran dimana-mana hanya dengan satu sentuhan dan satu sekaan layar. Siswa masa kini mengetahui lebih banyak hal ketimbang generasi sebelumnya, jadi mereka belajar dengan cara yang sangat berbeda dengan yang kita lakukan dahulu.

Terdapat tiga kunci bagaimana agar guru bisa bertahan pada pendidikan era informasi sehingga mampu memenuhi kebutuhan Generasi Z (Gen Z), bersamaan dengan menyambut akan masuk tengah semester ganjil tahun 2017.

1.     Manfaatkan teknologi dan belajarlah untuk menguasainya.
Lahirnya pembelajaran online (daring) dan jejaring social mengakibatkan para siswa dapat terus menerus terkoneksi, berkomunikasi, dan berkolaborasi dengan gurunya dan teman-temanya sehinnga jangkauan (extend) pembelajaran menembus dinding sekolah, waktu jam belajar sekolah, dan tempat belajar. Waktu dan tempat belajar menjadi variable dalam belajar yang sifatnya konstan.  Penggunaan teknologi mengakibatkan siswa lebih mampu menyesuaiakn belajarnya sesuai dengan waktu, tempat dan keadaan yang diinginkannya. Dengan cara ini hasilnya akan lebih baik, manfaatkan itu.

2.     Ubah cara penyajian pembelajaran karena kemampuan konsentrasi siswa memendek. Gen Z, berdasarkan penelitian, memiliki banyak pilihan dalam satu waktu yang bersamaan. Misalnya, ketika membuka gawai, dalam lima menit mereka dapat berpindah dari media sosial, ke game, ke situs, ke surat elektronik, atau ke tempat selancar virtual lainnya.  Pun, Gen Z bersentuhan dengan gambar dan pesan digital dalam jumlah ratusan per hari, untuk membuat belajar nyambung dengan mereka, menggabungkan multimedia ke dalam pembelajaran dan memberdayakan siswa untuk mengintegrasikan multimedia untuk menunjukkan hasil belajar. Jika kita mengadopsi penggunaan teknologi ke dalam pembelajaran, maka hasilnya alami bagi Gen Z.

3.     Fokuskan pada keterampilan global melalui materi yang kita ajarkan.
Kabarnya, Gen Z, berganti karir 10-14 kali sebelum sampai ke masa pensiunnya. Jika ini benar, maka akan sulit bagi guru untuk mengajarkan semua hal agar mereka siap mengarungi kehidupan. Kita harus memperhitungkan bagaimana agar siswa menguasai empat keterampilan global, yakni komunikasi, kolaborasi, kreativitas, dan berpikir kritis melalui pelajaran.  Kita pun harus mengitegrasikan teknologi agar siswa kita mampu menyelesaikan masalah local, regional, nasional dan global. Cara ini membantu peserta didik untuk siap bersaing dan berkerja.

Mata pelajaran yang tersaji di kelas setiap hari diharapkan memberikan bekal yang lengkap dan paripurna untuk siswa bisa menjadi anggota masyarakat internasional yang menguasai berbagai ilmu pengetahuan melalui berbagai mata pelajaran. Ketiga kunci di atas mengarahkan kepada lahirnya luaran sekolah yang literat, yakni individu yang mampu mencapai tujuannya dengan menggunakan kemammpuan dan potensinya. Hal ini dapat terjadi karena selama pembelajaran mereka dibimbing untuk menguasai kecakapan mengidentifikasi, menghitung, memahami, menginterpretasi, mengkreasi dan mengkomunikasikan. Ketika mereka tidak lagi di bawah bimbingan guru, mereka dapat berbaur, berpartisipasi dengan masyarakat sosial dan berkontribusi sesuai kemampuannya.


Kita berjuang untuk mengejar ketertinggalan karena perubahan yang terjadi di dunia industry di luar kelas, kita harus memperhitungkan pembelajaran irregular dan nonlinier untuk memberdayakan siswa kita.

No comments:

Post a Comment