Rizal adalah siswa SMA. Dia menjadi spesial, bukan karena dia lelaki berbadan tinggi. Namun, karena dia menghabiskan hampir seluruh waktunya di sekolah. Pagi sampai sore dia belajar di kelas. Bubar sekolah, dia pindah ke mesjid. Dan dia berada di sana sampai esok menjelang.
Rizal menjalani kehidupan yang unik semasa SMAnya karena orangtuanya yang nun jauh di kampung tidak mampu mengimbangi kecepatan berpikir Rizal secara ekonomi. Rizal sendiri tidak keberatan tidur beralas karpet dan makan seadanya. Sebagian besar, dia tidak membutuhkan banyak makan karena dia berpuasa.
Alkisah, para siswa dan guru SMA yang satu sekolah dengan Rizal, setiap hari menyisihkan uang untuk menolong sesama. Tercatat ada 295 penyumbang tetap. Mereka secara rutin menghitung berapa uang yang telah disimpan untuk menyelamatkan hidup sesamanya. Bahkan, mereka telah membuat teken kontrak, akan memberikan sekian rupiah untuk menyokong nafas bertahan di badan saudaranya yang kelak tertolong dengan uang yang dikumpulkan setiap hari.
Secara rutin uang itu dijemput. Sebuah upacara besar dibuat untuk mengukuhkan bahwa berbagi itu indah. Bahwa berkomitmen membantu orang lain itu mulia.
Hari ini, jemputan untuk uang itu tiba. Upacara dengan kibaran merah putih di bawah surya pagi terasa sangat khidmat. Kumandang lagu nasional Dari Sabang sampai Merauke menggetarkan kalbu kesatubangsaan.
Semua mata memandang pada bendera. Semua seolah sepakat bahwa bendera adalah penanda bangsa dan kesetiaan pada tanah air. Sejumlah uang yang ditandatangani sendiri untuk diserahkan dan disumbangkan berada dibelakang bendera.
Seorang pria berwajah kearab-araban memegang bendera. Bendera Palestina!
Bendera merah putih ditukar dengan bendera Palestina. Usai pertukaran, bertukar pula posisi uang dari belakang merah putih ke tangan pria kearab-araban. Apa yang ada dalam benak peserta upacara ketika bendera penanda kesatubangsaan ditukar dengan bendera bangsa lain? Apakah itu maknanya semua yang hadir berganti tanah air dan bertukar bangsa?
Rizal berada di antara peserta upacara yang menyaksikan pertukaran bendera dan penyerahan uang untuk Palestina. Dia ikut bangga karena sekolah ini telah menyelamatkan bangsa Palestina dengan cara yang tidak diketahuinya. Sementara dia sendiri, dalam diam, harus memikirkan bagaimana cita-citanya bisa tercapai. Komitmen dan kepedulian tercurah untuk saudaranya yang berada di Palestina. Dirinya, orang Indonesia tulen, tidak terlihat. Hari ini Rizal belajar bahwa gajah di pelupuk mata tidak kelihatan sedangkan kuman di seberang lautan nyata terlihat.
No comments:
Post a Comment