Namun, apa yang kini terjadi? Saya merasa terhempas, jatuh pada posisi mental terindah.
Ucapan Opraj tidak menenangkan lagi. Yang ada hanyalah kecewa karena merasa tidak seberuntung dirinya.
Untuk dapat dikenali, dirinya hampir tidak perlu ada usaha. Cukup berwajah cantik dan senyum manis. Kedua hal yang disebutkan barusan, tak satu pun saya miliki.
Benarlah apa yang dikatakan Oprah. Saya habis energi untuk memikirkan keberuntungan orang lain. Bagi saya, itu menurut pandangan saya, perlu membuat PPT, perlu membuat buku pedoman, perlu bolak balik ke kantor tanpa ada ampun, tanpa ada pengganti lelah. Yang lebih perih, perlu dikecam disebut orang yang tidak patuh padanya.
Menjadi istri pejabat memang menyenangkan. Diakui, diketahui, dihormati, dinaikkan derajatnya secara otomatis.
Lain dengan istri penganggur lapuk. Tidak diketahui, tidak dihormati, tidak dibaui.
Sungguh mengecewakan bagi diriku yang sudah kerja kelewat keras tapi tidak mendapatkan marwah yang sesuai dan berkeadilan.
Semoga saya bisa seperti Oprah yang bisa berkata, "pelajaran apa yang dapat saya petik dari kejadian ini".
No comments:
Post a Comment