Saturday, April 10, 2021

SMA Citra Nusantara Sindangbarang

Jumat, 8 April 2021

Perjalanan dilanjutkan. 
Selesai pukul 4 sore, kami menuju SMA Citra Nusantara Sindangbarang.  Perjalanan 3 jam, malam hari, tidak tahu jalan. 
Perjalanan yang sedikit menakutkan. Sepanjang jalan kecil berbatu, ditambah nyasar, tertipu jalan cor 10 meter, sisanya malah jalan kecil. 
Sampai di Sindangbarang mencari penginapan. 
Tiga Putri,  apa tiga ... jadi pilihan.  Tawaran 250K jadi 150K.
Esoknya langsung ke sekolah, tiba di sekolah pukul 8 pagi.
Disambut senyap sekolah, dan jejeran jemuran baju dadakan di tengah lapang. 
Saya tidak terlalu terganggu dengan hanya disambut 2 orang guru, tanpa KS, tanpa gejala siap menerima tamu.
Saya mulai saja menyampaikan bahwa saya bertujuan melakukan monev Ujian sekolah dan menanyakan izin operasional sekolah.  

Saya memasangkan in fokus, yang saya pinjam dari Pa Ade, segera setelah saya meminta agar POS US kembali ditayangkan karena saya tidak sempat membaca cermat POS sebelum diverifikasi dengan alasan si pembawa POS terburu-buru ingin mengerahkannya ke KCD. 
Para guru terlihat sangat tidak siap.
Pa Sopian mengatakan bahwa para guru tidak hadir di sekolah karena sedang persiapan saum. Ada yang ziarah, ada yang papajar. 

Sekitar pukul 9, KS tiba di sekolah. Saya melanjutkan menjelaskan bagaimana bentuk ujian sekolah yang dipilih pada POS menentukan kegiatan pelaksanaan US dan penetapan kelulusan. 
Ruangan jadi berisi 4 orang.

Saya menjelaskan portofolio, penugasan, dan tes tulis. 
Saya bersemangat menjelaskan. Peserta: Neng Pipit sibuk nguap, sangat dekat jarak antar nguapnya. Saya lihat matanya seperti berair, berkali-kali dia menutup mulutnya. Masih pagi, tapi terlihat sangat ngantuk.

Saya tanya kenapa sekolah belum melaksanakan ujian selolah?
Jawanya: nanti tanggal 19 April mulainya,  sekarang anak-anak susah ditemui. 
(Mikir : kenapa susah ditemui, bukankah anaknya mondok)
Tanya: Murid yang mondok berapa orang?
Jawab: 100
Tanya: semua murid SMA?
Jawab: bukan SMK.
T: yang SMA berapa orang? 
J: 50%
T: SMK jurusan apa?
J: otomotif, TKJ
T: ada komputer?
J: Ada, mungkin 20, tapi...rusak
T: yang mondok siapa saja?
J: Ada santri yang ngaji.
Saya mikir lagi, sekolah jurusan TKJ, tapi tidak punya in fokus. Gurunya tidak megang laptop.
T: yang ngajar SMK gurunya sama dengan guru yang ngajar SMA?
Diam, saling pandang.
J:  ada yang ngajar dari smk lain
T: guru apa?
J: guru luar. Artinya dia ngajar dibeberpa sekolah. Guru yayasan kalau ngajarnya di sini saja.

Guru satu lagi: lmas mencoba satu gelombang dengan saya. tapi fail. Saya tanya ngajar apa, dia jawab, bahasa inggris. 
 Ngajar apa? 
Jawabnya tenses. 
T: Tidak ngajar teks?
Kepalanya mendongak, "tenses," ujarnya lagi.
Naratif?
Tenses, jawabnya yakin sekali.
Oh baiklah. 

Jawabannya membuat saya ingin pulang. Saya langsung pamit diri satu jam setelah semuanya terasa semakin kacau..

Saya melihat orang yang mengangkut Kayu.
Tetiba melihat tukang rujak bebek. Berhenti dan beli dua porsi.
Penjual berdagang memakai motor.
Perjalanan melewati jalan banyak pohon besar. 
Jalan berkelok, kecil, sedikit lubang.
Lagi-lagi melihat banyak tumpukan kayu di pinggir jalan.
Berhenti di Citiis. Dari sebrang warung terdapat hutan yang ditanami kopi. 

Ada dua foto lagi. Foto yang diambil di kota Sidangbarang saat keluar dari penginapan.
Hawa pagi Sindangbarang terasa berbeda sekali dengan Nahwa Cantigi. Sindangbarang berada di dekat pantai, jadi hawanya hawa pantai. 

WA dari Pa Rizal untuk agenda Senin, 12 April 2021.


No comments:

Post a Comment