Monday, April 12, 2021

SMA Nahwa Cantigi

Perjalanan dimulai subuh hari. Menuju Bandung, Ciwidey. Melewati jalan tol.
Petunjuk arah ke Ciwidey
Rasanya seperti menuju ke sebuah tempat tak berujung. 
Jalan naik turun.
Ternyata melewati Situ Patenggang. Hanya arahnya saja. Melingkari bagian satu sisi situ sepertinya. 
Kemudian jalan melewati jurang. Sisi kiri jurang yang dalam.  Jalan kecil, hanya bisa untuk satu mobil.
Masuk hutan kayu 
melewati jalan tanpa kayu. 
Habis jalan ini, kecamatan. Jalan makin rusak. Keriting.
Kemudian tiba pada sebuah jembatan, jembatan yang terbuat dari kayu. Kata salah seorang guru disana, jembatan tersebut dibuat pada zaman Belanda.  bisa dibayangkan betapa tuanya besi yang dipakai sebagai penyangga jembatan tersebut. 1 keanehan, jembatan itu masih bisa digunakan. walaupun atasnya telah diganti dengan kayu agar mobil bisa lewat, jembatan itu terlihat masih kokoh.
Selanjutnya saya melewati jalan yang makin kesana makin rusak. Batu-batu yang besar, jalan yang menikung. tidak bisa 2 mobil berpapasan karena jalannya sangat kecil. Sebagian jalan sudah dicor, itu sekitar 10 atau 20 meter, kemudian Jalan Kembali jelek. Jarak yang hanya sekitar 7 km ditempuh hampir dalam waktu setengah jam.
 pohon-pohon Mira tumbuh dengan sangat subur titik menurut penjelasan Pak Badri Oma kepala sekolah SMAN wah wah cantik, 90% dari penduduk di daerah desa Suka Mulia ini adalah para pengambil Aren titik produksi tertinggi dari daerah ini adalah gula aren.
Guru Yosef mengatakan bahwa dia jadi pengepul gula aren untuk diisikan ke Alfamart.
Saya melihat pohon-pohon berbunga kuning. Sangat kontras diantara hijaunya tanaman kop8,  cabe, dan sayuran lainnya. 
Pemandangan yang sangat indah.
Pinggir jalan sangat hijau
Keindahan puncak gunung dengan udara sejuk.
Awan begitu dekat.
Rumah terbuat dari kayu masih dominan dilengkapi dengan penangkap siaran televisi.
Ada rumah  tembok. Kalau ada rumah tembok yang wah itu biasanya berkaitan dengan hasil usaha kerja di Saudi. Dalam pikiran saya malah rumahnya pasti bagus karena hasil laba menjual cengek yang harganya mencapai 100 ribu perkilo. 
Orang-orang di sini menanam sayuran termasuk cabai.
Motor menjadi alat tranportasi utama.
Motor dapat melewati jalan yang begitu buruk sambil membawa hasil panen. 
Saya berada di belokan menuju sekolah. Di samping kanan saya Bapak kepala sekolah,  Badri Kamal, dan bapak sekretaris desa, Yosef.
Hijau di mana-mana
Setelah perut dikocok sepanjang perjalanan menuju sekolah, menginjakkan kaki di puncak bukit menjadi penawar lelah yang tak kan terlupakan.
Datang langsung difoto depan plang sekolah saking senangnya bisa sampai di sekolah ini.
Para guru yang menjadi pahlawan pendidikan yang tidak pernah meminta apresiasi atas kerja luar biasanya. 
Salah satu dari guru menjadi calon guru penggerak, Risnawati.
Inilah sekolahnya
Ngobrol dengan para guru yang menyambit selamat datang dengan sangat ramah.
Ruang KS dan ruang guru yang sejuk dengan warna cat hijau yang menyegarkan.
Acara dilanjutkan dengan monev ujian sekolah. 
Saya menjelaskan portofolio yang ditetapkan dipakai pada POS US.
Para guru antusias belajar.
Sekolah menyediakan in fokus.  Sangat mengejutkan. Pada sekolah lain yang saya kunjungi, tidak memilikinya.
Saya merasa kedatangan saya terbayar dengan aktifnya para guru  belajar.
Andai waktu tak bergerak, saya bersedia membimbing para guru sesuai dengan yang dimintanya.
Saya harus pulang sesemangat apapun saua dan para guru untuk bersama-sama menggunakan waktu untuk saling mencerdaskan.
Saya lihat ada pohon Takokak.
Saya kekbali melewati jembatan kayu.
Senja memerah menjadi saksi kebahagiaan saya bersua dengan para pengabdi p3ndidikan di sma nahwa Cantigi. 

No comments:

Post a Comment