Guru pemula diarahkan untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan mengacu pada IPTP.
Teknik yang digunakan adalah setiap IPTP dibuatkan stimulus kegiatan yang diikuti asesmen formatif.
Saya mencoba mengerahkan dengan pendekatan yang berbeda. umumnya para guru ketika menyusun administrasi pembelajaran dimulai dengan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran terlebih dahulu. Seolah-olah penyusunan RPP itu adalah menjadi pintu dan Muara sekaligus dalam penyusunan administrasi pembelajaran.
Penyusunan seperti ini sebetulnya tidak salah, selama prosedurnya dipenuhi. yaitu prosedur pertamanya adalah menyusun silabus terlebih dahulu. di mana rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan turunan dari silabus yang telah disusun minimal memuat tujuan, tujuan rincinya, langkah-langkah pembelajarannya, penilaian dan bahan-bahan pembelajaran serta sumber ajar. Tetapi yang terjadi adalah rata-rata para guru langsung menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran tanpa menyusun silabusnya terlebih dahulu. sehingga Jika melihat pada manajemen pembelajaran berbasis proses Hal itu pun tidak terpenuhi. tetapi orientasinya adalah membuat administrasi pembelajaran yaitu RPP. kemudian RPP nya itu tidak digunakan, hanya sebagai pelengkap administratif yang harus dipenuhi dan disimpan di ruang Kepala Sekolah.
Perubahan yang Saya tawarkan adalah dengan berpikir hasil apa yang kita inginkan Melalui pembelajaran. jadi yang harus diperhitungkan pertama kali adalah hasilnya ingin seperti apa. Atau outcome based education.
Karena yang menjadi tujuan dan jaminan dari proses pembelajaran adalah hasilnya maka tentukan dulu hasilnya mau seperti apa. misalnya Melalui pembelajaran peserta didik dapat menganalisis fondasi fondasi umum tentang sejarah. Maka itulah yang akan dikejar. oleh karenanya pada proses ini saya meminta kepada para guru untuk membuat indikator tujuan pencapaian pembelajaran terlebih dahulu. Kemudian setelah itu mereka baru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran berdasarkan tujuan pembelajaran dan indikator pencapaiannya yang secara rinci telah ditulis dengan jelas.
Pada kegiatan pendahuluan saya ajak mereka untuk melihat 5 langkah wajib dalam kegiatan pendahuluan.
Lima langkah yang wajib ada pada kegiatan pendahuluan itu adalah yang pertama menyiapkan kondisi fisik psikis para peserta didik. Saya menyarankan agar para guru tidak menulis "guru menyiapkan kondisi fisik psikis peserta didik" karena itu bukan aktivitas, tetapi merupakan konsep. dalam rencana pelaksanaan pembelajaran itu harus merupakan aktivitas, seolah-olah seperti resep. Dimana seseorang membacanya, dia tidak harus menginterpretasikan apa yang harus dilakukan. tetapi langsung merupakan langkah atau perintah yang langsung bisa dilaksanakan, dan perintahnya itu jelas.
Sebagai penerjemahan dari konsep tersebut maka saya mengajak para guru untuk menuliskan hal yang realistis yang bisa dilaksanakan di dalam kelas. misalnya untuk menyiapkan kondisi psikis para murid dilakukan dengan cara, guru mengucapkan salam, guru mengajak peserta didik berdoa. selanjutnya para guru mengajak para murid untuk menyiapkan kondisi psikis. Untuk penyiapan kondisi psikis ini, saya meminta para guru untuk mengubah teknik ketika saat mengabsen menjadi pengecekan kondisi psikis murid. biasanya kondisi psikis itu rasa bosan, lelah, ngantuk, semangat, atau hal-hal lain yang bersifat emosional. Maka saya meminta para guru untuk mengabsen sambil mengecek kondisi psikis ini misalnya dengan cara kepalkan tangan pada saat dipanggil namanya jika merasa semangat angkat jarinya 5 jika siap menerima pelajaran, simpan tangannya di bahu jika merasa lelah. itu merupakan cara-cara pengecekan kondisi psikis yang dicatat pada saat guru mengabsen murid satu persatu.
Tentu saja cara ini bukan hal yang biasa dilakukan oleh para guru. Tapi merupakan cara baru yang dianjurkan seiring dengan diimplementasikannya kurikulum Merdeka. sebagai guru yang baru mereka pasti telah memiliki acuan Bagaimana pada saat kegiatan pendahuluan pembelajaran. Mereka meniru kepada apa yang telah mereka peroleh selama mereka diperkuliahan atau pada saat mereka berada di sekolah baik SD SMP maupun SMA. Jika para guru mengulang apa yang dialami ketika mereka di SMA atau ketika mereka kuliah atau lebih parah lagi ketika mereka SMP atau SD artinya dia membawa zamannya kepada murid yang zamannya lebih baru. tentu saja hal ini sudah tidak relevan lagi. oleh karenanya, para guru harus mengubah cara mereka Membuka pelajaran jangan mengulang apa yang telah mereka peroleh ketika mereka dulu di SMA. mereka harus ingat bukan murid mereka itu murid zaman sekarang bukan murid yang dulu atau zaman dulu seperti dirinya pada saat di SMA.
Hal kedua yang harus dilakukan oleh guru adalah Memberikan motivasi kepada para peserta didik. motivasi ini sangat penting sehingga mereka memiliki semangat untuk belajar, untuk mengetahui materi yang akan diberikan. Cara memberikan motivasi adalah misalnya dengan mengaitkan manfaat yang akan dia peroleh dari mempelajari materi yang sedang diajarkan, mengaitkan manfaatnya dengan kehidupannya, dengan kehidupan di negaranya, di budayanya, atau mengaitkan dengan konteks konteks global.
Saya pesankan kepada para guru baru tersebut untuk menuliskan motivasi apa yang akan mereka berikan sesuai dengan konten pelajaran yang akan mereka berikan. Sebaiknya motivasi tersebut ditulis. Karena jangan sampai terjadi terlalu lama memberikan motivasi, akhirnya menjadi lupa untuk memberikan materi pelajaran, atau sebaliknya waktu untuk mengajarnya habis untuk digunakan memberikan motivasi.
No comments:
Post a Comment