Ketupat lebaran istimewa memerlukan proses pembuatan yang istimewa pula.
Proses pembuatannya diawali dengan membeli kulit ketupat. Di kota kecil tempat saya tinggal, kulit ketupat dihargai Rp1.000 per buah. Pada saat menjelang lebaran, untuk mendapatkan kulit ketupat tidaklah sulit. di sepanjang jalan jalan raya maksudnya terdapat banyak sekali penjual ketupat dadakan. mereka sambil Mengisi waktu berbuka puasa menjual kulit ketupat memamerkan keahlian mereka dalam menganyam daun kelapa sehingga menjadi kulit ketupat.
Saya pun membeli kulit ketupat 10 buah titik tapi karena tidak ada kembalian jadi saya membelinya menjadi 15 buah. Sehingga yang 5.000 lagi tidak harus dijadikan kembalian.
Sebelum memulai membuat ketupat saya membuka YouTube. Karena saya sendiri tidak memiliki pengalaman membuat ketupat sebelumnya. Menurut YouTube menggodok ketupat itu cukup dalam waktu 30 menit titik yaitu diawali dengan merebus setelah airnya mendidih selama 15 menit. Kemudian didiamkan selama 30 menit. Selanjutnya direbus lagi selama 15 menit. Jadi hanya 30 menit proses merebusnya. Teknik ini memiliki kelebihan yaitu irit penggunaan gas titik karena saat ini untuk diketahui, oleh generasi yang lahir nanti 100 tahun yang akan datang, harga gas itu untuk 12 kg Rp180.000.
Saya dan keluarga pun sudah menggunakan gas sejak sekitar 20 tahunan yang lalu tetapi makin ke sini harga gasnya makin mahal. oleh karenanya saya akan merebus ketupat ini menggunakan cara tradisional. yaitu dengan menggunakan kayu bakar. kayu bakarnya gratis karena diperoleh dari tiang-tiang atau bekas bahan-bahan bangunan yang sudah tidak dipakai.
Kisah ketupat lebaran pun dimulai. Saya mencuci beras sekitar satu setengah liter, kemudian beras tersebut ditiriskan titik Setelah ditiriskan saya beri sedikit garam agar nanti ketupatnya berasa. Kemudian beras tersebut saya masukkan ke dalam ketupat. Jadinya Saya punya 15 ketupat yang akan direbus.
Selanjutnya proses perebusan titik dimulai dengan menyalakan api tungku yang saya simpan di belakang rumah titik kemudian dengan sedikit susah payah akhirnya api dapat menyala.
Air yang saya gunakan untuk merebus sebanyak 3/4 panci. Air tersebut saya beri tabur garam juga, supaya garamnya juga meresap dari dalam dan juga dari luar.
Proses perebusan seperti ini mengingatkan saya pada almarhum ibu saya yang memasak menggunakan Hawu.
Ibu saya selalu berpesan agar jangan menggunakan kayu-kayu kecil semua, gunakan Kayu Besar 1 namanya Tihul.
Jadi, sesuai pesan Ibu saya saya memasukkan satu kayu yang agak besar sebagai Tihul.
Saya mengatur besarnya api, tetapi terasa sekali api itu menyengat ke wajah. Sehingga saya memutuskan untuk menggunakan masker untuk melindungi wajah. Jadi sekarang saya mendapatkan fungsi lain dari masker. Selain mencegah covid juga mencegah wajah terbakar akibat panasnya api yang keluar dari pembakaran.
No comments:
Post a Comment