Semakin tua usia seseorang semakin sedikit lingkup pertemanan yang dia miliki. itu yang saya alami. Tentu saja tidak seperti yang saya alami dapat di generalisir bahwa orang yang usianya 55 tahun, Dia memiliki lingkup pertemanan yang kecil.
Lingkup pertemanan juga yang saya rasakan menjadi lebih mengecil, karena setiap hari saya hanya bertemu dengan lingkup yang hanya bisa dibilang dua saja yaitu keluarga dan tempat bekerja.
Perihal lingkup tempat bekerja, ketika Sebelum menjadi pengawas, saya hampir setiap hari mendapatkan undangan untuk berbuka bersama. Alasannya pada saat itu saya masih menjadi guru. Dan menjadi guru bagi anak SMA itu melakukan buka bersama bagi anak SMA menjadi bagian dari keseruan berbulan puasa. Sebagai guru, atau wali kelas, atau mungkin orang yang dipandang penting oleh murid, kadang saya diundang untuk turut berbuka bersama para murid.
Kegiatan berbuka bersama para murid tentu saja memiliki cerita masing-masing. Ada yang berbuka bersama itu tujuannya untuk mengeratkan pertemanan selama mereka masih SMA. Ada juga yang berbuka bersama untuk lebih mengenal setiap personal yang ada di kelas. Dan mungkin ada juga alasan-alasan lain yang tidak tertebak oleh orang yang berusia di atas 50 tahun.
Setelah menjadi pengawas, saya jarang mendapatkan undangan buka bersama titik pertama Karena saya tidak memiliki murid, kedua Saya tidak memiliki waktu yang cukup untuk melakukan hal tersebut.
Terkait dengan murid, murid-murid saya yang merupakan para guru SMA Baitul Ilmi, yang setiap hari saya dampingi, dalam arti paling tidak 2 atau 3 hari dalam seminggu, karena mereka adalah para guru pemula, saya diajak berbuka bersama.
Berbuka bersama para murid, rasanya seperti berbuka dengan para Murid SMA.
Saya tiba di tempat berbuka bersama sekitar pukul 05.30. saya dapati para guru sedang menonton film Korea. Sebagai informasi pada tahun 2023 segala hal berbau Korea sedang menginvasi Indonesia. Di kalangan penyuka film muncul istilah drakor, yaitu singkatan dari drama Korea. Yaitu kisah-kisah yang diangkat dari kehidupan Korea Seperti kerajaan, perbedaan kekayaan Mengejar Cinta, membalas dendam, serta tema-tema lain yang umum untuk dijadikan drama, menjadi pilihan bagi Beberapa orang. Bahkan menjadi pilihan yang seperti ekstasi, menjadi candu dan tidak mau berhenti menonton drama Korea. Saya sendiri tidak tertarik untuk menonton drama Korea, Alasannya karena harus membaca. ketika drama itu diputarkan, karena saya tidak paham bahasa Korea, saya berarti harus membaca terjemahnya. Dengan membaca terjemahnya artinya saya merasakan itu sebagai perampokan waktu. Saya lebih senang mendengarkan film yang berbahasa Inggris, sehingga saya bisa mendengarkan film tersebut. betul-betul mendengar, Karena pada saat yang sama saya mengerjakan hal yang lain. Jadi saya mengira-ngira filmnya Seperti apa adegan yang seperti apa dari suara musik yang didengar atau dari percakapan yang didengar. Saya harus mengerjakan banyak hal dalam satu waktu yang sama saat ini. Saya berperan sebagai pengawas berperan sebagai ibu, berperan sebagai istri, berperan sebagai fasilitator, berperan sebagai narasumber sekolah penggerak, dan peran-peran lainnya yang kadang-kadang menyita banyak waktu sehingga saya tidak dapat menonton film dengan cara menatap layarnya kemudian membaca tulisan terjemahnya.
Ada satu hal yang menantang bagi Saya bahkan mungkin menjadi Obsesi, yaitu ingin menonton film-film Jepang titik film-film kartun Jepang titik bagi saya film-film kartun Jepang itu sangat menarik, tetapi saya menjadi tidak tertarik karena tidak paham bahasanya. Kecuali jika film-film tersebut di dubbing ke dalam bahasa Inggris. Contoh film anime Jepang yang saya tonton berkali-kali seperti Avatar. misalnya Avatar Korra, Avatar yang mengisahkan tentang orang orang yang terpilih yang memiliki kemampuan untuk bending water, bending air, bending fire, and bending earth.
Kembali ke kegiatan buka bersama, untuk berbuka bersama saya membawa anak-anak saya. Tujuannya adalah untuk mengajak mereka makan di luar. Hampir setengah Ramadan berlalu, kami tidak pernah makan di luar bersama. Jadi sebagai sarana untuk mengikatkan satu sama lain, saya ajak mereka untuk makan dibuka bersama. tentu saja saya membawa anak-anak itu tanpa membebankan beban buka bersamanya kepada murid-murid saya. Saya mengajarkan kepada murid-murid saya bahwa setiap orang harus bertanggung jawab untuk membayar setiap yang mereka makan karena dalam pandangan saya, para guru-guru yang masih menjadi murid saya itu, mereka belum memiliki penghasilan yang cukup untuk dapat membayarkan gurunya dan anak gurunya. Dan juga menjadi membebani ketika harus membayar pula anak-anak yang dibawa oleh gurunya.
Maka jadilah saya dan anak-anak menikmati buka bersama dengan menu nasi liwet chicken katsu, dan beberapa minuman.
Menikmati buka bersama bersama murid dan anak-anak saya walaupun hanya satu kali, bagi saya sudah cukup sebagai ritual pelengkap Ramadan untuk di tahun ini. Saya tidak memerlukan banyak kegiatan buka bersama sehingga mengelompokkan bulan puasa ini sebagai bulan yang istimewa titik bagi saya setiap bulan Puasa merupakan bulan-bulan yang memiliki kenangannya masing-masing.
Ada yang berbeda pada bulan puasa ini, yaitu saya memandang bahwa mungkin Bulan puasa ini merupakan bulan puasa terakhir bagi saya dapat berkumpul bersama anak-anak saya. Mulai tahun depan mereka akan berkuliah yang artinya mereka memiliki kehidupan sendiri, yang belum tentu ingin berpuasa bersama orang tua. Mungkin mereka ingin menikmati puasa dengan cara dan zamannya sendiri. saya tidak terlalu berharap bahwa mereka harus berpuasa bersama di rumah, atau harus selalu berlebaran bersama saya di rumah. Mereka memiliki caranya, sesuai dengan zamannya. Pada masa saya mungkin orang tua berharap bahwa pada saat lebaran anak-anaknya berkumpul. tapi mungkin bagi saya, tidak terlalu berharap seperti itu. di manapun mereka berada, bagi saya merupakan momen yang sama menyenangkannya. sesuai dengan pilihan mereka mau menghabiskannya di mana.
Tahun ini anak pertama saya akan melanjutkan studinya ke S2, sedangkan anak saya yang bungsu akan melanjutkan studinya ke S1
Baitul Ilmi induction program teachers.
No comments:
Post a Comment