Saturday, July 21, 2018

Mungkin tidak pernah sama

Bagi sebagian orang, sehari 24 jam mungkin terasa sangat kurang. Ini belum selesai, itu belum tuntas, belum lagi terasa mulai, tiba-tiba hari telah gelap dan merayap berganti nama tanpa mau menunggu. Bagi sebagian lainnya, sehari 24 jam mungkin terasa sangat terlalu lama. Dari detik ke detik, dari detik ke menit, dari menit ke menit, dari menit ke jam, dari jam ke jam, waktu seolah berjalan lebih lambat, lebih berat, setiap detiknya menyayat, setiap menitnya melukai, setiap jamnya menyakiti, dan hari nan panjang itu seolah tiada akhir memunculkan tanya, kapan ini berakhir.

Waktu, bagiku ibarat pedang. setiap detiknya melukai, berdarah, dan sakit. Seharusnya sebagai orang normal aku bisa lari dari sakit yang sudah tahu sumbernya, dan luka yang tahu penyebabnya. Kenormalanku telah aku hapus, aku enggan berbaik hati pada diriku sendiri. Aku terlalu tidak mau memberikan kasihan pada jiwaku yang sobek. Aku mengijinkan dadaku kosong, aku hantarkan pikirku mati. Aku telah mati dalam hidup.

Zombie

Bagiku aku adalah tubuh tanpa jiwa.
Bagi orang lain, aku adalah tubuh dan jiwa yang penuh semangat dan rasa percaya diri. Bahkan mungkin dipandang berani menempuhi hidup yang sesungguhnya memang berat.
Aku terlalu frustasi untuk mendefinisikan seperti apa hidup dan harus bagaimana hidup. Sejak awal aku tidak pernah menyukai hidup. Ketika hidup ditambah dengan beban yang seharusnya bukan tanggunganku, aku merasa dituntun untuk tidak meramahi hidup.
Aku hanya menanti kapan hidup itu selesai karena aku tidak diberi hak untuk menghentikan hidup oleh tanganku sendiri.

Kesunyian yang menjadi sahabat hidupku telah terlalu lama bosan bersama dan bersanding dengan jasmani rapuhku. Aku telah menua, dan sebentar lagi tubuhku dengan hukum alamnya akan kehilangan kekuatannya. Aku berdoa agar aku segera mendapatkan pembebasan dari ikatan nafas yang menandai aku hidup.
Tentu aku tidak akan mempertanyakan apakah aku sempat bahagia. Tugasku adalah menjalani hidup sampai selesai, bukan bahagia seperti iklan-iklan di tivi. Aku ada di dunia nyata, bukan di tivi.

No comments:

Post a Comment