Teacher Badriah
Learning English Makes Your Life Complete
Wednesday, April 9, 2025
Persiapan Rapat MGMP Bahasa Inggris
Tuesday, April 8, 2025
Puasa Selasa Kamis Minggu
Apel dan Rapat Koordinasi Setelah Lebaran
Penerapan Multi Factor Authentication (MFA) pada platform ASN digital badan kepegawaian negara.
Uji Kompetensi dari Golongan IV/c ke IV/d
Saya tidak mengikuti Uji Kompetensi panggilan ke-1 dan ke-2, alasannya takut lulus. LoH? Iya takut lulus. Kalau lulus ke golongan utama nanti pensiunnya usia 65 tahun. Bekerja sampai usia 65 tahun? Perlukah? Kalau tidak bekerja, apa yang akan dilakukan sudah ada rencanakah?
Jadwal Uji Kompetensi
Monday, April 7, 2025
Men-DO-kan diri sendiri
Bentrok Makan
Sunday, April 6, 2025
Usia (2025-1968=57)
Seperti hari biasa, saya bangun dengan badan pegal-pegal. Rasa yang sebelumnya tidak dimiliki. Bangun pagi dengan badan tidak segara, pertanda usia sudah di atas 55 atau memang saya saja yang kondisi badannya tidak sehat.
Kenyang dengan menikmati tubuh yang tidak nyaman, saya memulai hari pertama di usia saya yang ke-57. Tentu saja tidak ada satu orangpun yang mengucapkan selamat ulang tahun, mungkin karena usia 57 tidak lagi seksi dan nginginin untuk diucapin selamat ulang tahun.
Banyak yang sudah dilalui, banyak juga yang belum diketahui walaupun kini usia 57 tahun. Orang ngomong begini begitu, orang ngunggah status ini itu, orang ngabarin jalan ke sana ke sini, saya tidak mencicipi semuanya. Tidak ada manusia yang sempat mencicipi semuanya, tidak ada manusia yang mengalami semuanya, tidak ada yang bisa mendapatkan semuanya, itulah sunatullahnya kehidupan. Apakah saya mengumandangkan senandung kedukaan karena tidak sempat ini itu dalam usia 57, tidak seperti 57-nya orang lain, saya tidak merasa iri dengan apa yang dialami, dimiliki, diperoleh oleh orang lain. Setiap individu punya perjanjiannya sendiri-sendiri dengan nasibnya.
Apa yang saya miliki itulah raihan saya. Badan pegal, kaki sakit, pandangan berbayang, pendengaran yang tidak jernih, leher selalu pegal, kepala berdenyut, mata berair, punggung panas, itu sebagian dari rasa yang dimiliki di usia 57 tahun. Ada juga perasaan lain yang berkaitan dengan anak, khawatir anak tidak berhasil, khawatir anak tidak mampu mandiri, khawatir anak kebingungan dengan pertarungan hidup. Untuk urusan anak nanti punya anak, atau saya menyebutnya cucu, saya tidak terlalu berharap saya bisa menyaksikan anak saya punya anak. Kalau saya sempat dan Tuhan memberikan saya waktu untuk menyaksikan cucu, saya bersyukur sekali, kalau tidak sempat, itulah rezeki saya. Saya tidak terlalu memaksa pada nyawa untuk teruslah bertahan sampai saya menyaksikan anak-beranak-cucu. Saya tidak memiliki kuasa atas umur, nyawa yang dititipkan menjadi ruh pada jasmani saya, saya tidak menggenggamnya sebagai sesuatu yang bisa saya atur.
Bagaimana dengan suami? Saya tidak berharap yang tidak mungkin dicapai sesuai kemampuan manusia. Usia 57 saya tidak membayangkan hal-hal yang tidak mungkin. Sebagai individu, suami merdeka untuk mengingat saya berulang tahun atau tidak ingat sama sekali, tidak penting. Yang lebih penting, suami dapat mengingat dirinya adalah suami dan teturutan yang mengikutinya.
Happy birthday to myself, semoga tahun ini dan tahun-tahun mendatang dipenuhi dengan kecukupan, keberkahan, kebahagiaan, dan kemampuan untuk terus dapat mensyukuri hidup.