Saturday, February 11, 2017

(Menuju) Cina (23January 2017)

Menuju Cina, sangat mendebarkan. Setiap hari informasi mengalir disela kebahagiaan kami yang katanya akan diberi apresiasi oleh negara.
Informasi hari ini, lebih mendebarkan dibanding hari-hari sebelumnya. Admin membuka hari dengan teks, "Selamat pagi, Bapak dan Ibu semua. Surat masih di ruangan Pak Direktur. Belum keluar. Tapi kalau mau jujur, kami di Subdit. Kesharlindung merasa sangat PESIMIS surat ini akan lolos dari meja Pak Dir. Tapi kita berdo'a saja, semoga Bapak Direktur bersedia mem-back-up kita ke ruangan Pak Dirjen."

Aura pesimis segera menyebar kepada semua anggota group. Setiap orang berdoa (pada WA) dan berharap agar suratnya lolos. Aku tidak berkomentar apapun di group. Aku juga tidak berdoa pada WA group.

Admin menambah teks yang menurutku makin mendebarkan, " Berkenaan dengan pertanyaan tentang, kenapa Dikdas dan PAUD Dikmas bisa berangkat ke LN tahun kemarin, kalau menurut pimpinan kami, itu karena mereka nekad. Karena larangan untuk ke LN itu sudah ada sejak dua tahun yang lalu. demikian harap maklum."

Aku terhenyak, adakah sejenis program bernama "nekad" di tingkat Kementrian? Mengapa mereka bisa melakukan nekad setiap tahun? Nekad jenis dan tipe apa yang bisa lolos setiap tahun? Andai kami (Dikmen) lolos berangkat, memakai nekad yang mana?

Kerunyaman berputar dalam kepalaku. Tak lama berselang, admin menggenapi penjelasan dengan ," Karena itu kami tidak memberi nomor surat dan tanda tangan Pak Direktur di surat tersebut, tapi pimpinan minggu kemarin itu ingin agar kegiatan ini segera ditindaklanjuti sebelum pemotongan anggaran. But then again... saya hanyalah staf yang diperintah pimpinan... niat pimpinan kami pun baik, karena sudah kadung janji dengan Bapak/Ibu terutama untuk Juara Gupres bisa melakukan kunjungan ke LN."

Aku bertanya-tanya, kenapa Admin berbagi kepesimisan, dan kenapa pula berbagi masalah nekad.
Kami, tidak punya akses untuk menyentuh kebijakan. Tidak ada power untuk membuat kondisi pemberian apresiasi ini menjadi ideal. Kami posisinya penerima keputusan.

Aku tidak sedang melakukan lepas tangan atas posisiku yang ada pada pihak terujung. Berbagi bisa jadi meringankan masalah yang sedang dihadapi walaupun masalahnya sendiri tetap ada. Berbagi kepesimisan kepada kami, bisa saja memberitahukan kesusahan di atas.

Semoga saja yang diamanati tanggung jawab untuk memberikan apresiasi untuk beberapa orang guru terpilih tidak melihatnya sebagai sebuah kesia-siaan dan merasa tidak perlu ada apresiasi, cukuplah guru mah diberi piala, lha wong dia pahlawan tanpa tanda jasa.

Aku tidak terlalu memikirkan urusan nekad, atau pesimis, atau hal lainnya. Aku mulai tenggelam dengan belajar on line untuk SEAMOLEC. Belajar bagaimana membuat video dari ScreenCastOMatic, kemudian menggunggah ke YouTube dan membuat linknya ke blog. Kegiatan ini menarik. Aku bersyukur bahwa pada saat Generasi Z lahir, gurunya berkesempatan belajar secara online sehingga tidak harus meninggalkan rumah dan bisa belajar kapan saja.
Thanks tehno. 

No comments:

Post a Comment