Monday, February 6, 2017

(Menuju) Cina (January 20, 2017)

Group WA, dimulai dengan teks dari Admin
"Selamat pagi Bapak dan Ibu semua. Maaf baru sempat buka HP dan membalas sapaan maupun pertanyaan Bapak dan Ibu sekalian.
Pertama-tama... niat kami, Subdit Kesharlindung Dikmen itu tulus and genuine ingin memberangkatkan Bapak/Ibu sekalian ke luar negeri. Jikalau ada hal-hal yang menyebabkan program ini dibatalkan kembali, itu adalah di luar kuasa kami. Update terakhir sampai hari ini... kami sedang menyiapkan SOP yang mumpuni untuk dibawa ke hadapan Bapak Dirjen GTK yang terhormat. Jadi mohon bantuannya, selain doa dan dukungan, adakah Bapak/Ibu yang dapet memberikan ide, saran, dan masukan, agar TOR program ini bisa lolos dari meja Pak Dirjen. Demi kebaikan kita bersama. Monggo... yang bisa bantu kami. 🙏🙏🙏 Surat yang beredar di antara Bapak/Ibu itu memang sengaja belum bernomor dan ditandatangani. Karena selain waktu itu Pak Dir masih di LN, juga karena kami masih belum mendapatkan dukungan 100% dari eselon 1."

What's going on?
Ada apa ya? Kenapa terancam dibatalkan kembali,  kenapa perlu ide, saran untuk dimuat di TOR, kenapa surat telah beredar dan diminta ditindaklanjuti tapi belum ada izin?
Terlalu banyak kenapa, dan aku tidak paham dengan apa yang sesungguhnya sedang terjadi. Apakah benar kegiatan ini masih miskin saran sehingga perlu lagi urun ide dari kami, para calon peserta, yang sebagian besar tidak pernah hadir untuk membuat itinerary kemudian nanti jadi TOR.
Apakah kami, terlalu merepotkan sehingga para officer Kesharlindung harus painstakingly, susah payah, menjadikan kegiatan ini nyata. Bagaimana dengan officer Kesharlindung yang ngurusi SD, SMP, Pengawas, Kepala Sekolah yang telah berhasil mengirimkan peserta setiap tahun, misalnya yang terakhir ke Belanda.
Untuk tingkat SMA, tidak ada? Dan mengapa Cina? Apakah akan menunjukkan betapa Indonesia dan Cina serupa sesaknya ketika naik bis? Serupa joroknya ketika berurusan dengan toilet?

Aku tak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaanku sendiri.
Aku lihat, ada teks yang memberikan sumbangan ide dan doa agar Pak Dir dicerahkan Tuhan?
Ini teksnya:
"Hasil kunjungan sy thn 2015, point penting yg bs kita jadikan bahan uk berkunjung:
1. Penguatan Pendidikan Karbang.
2. Penguatan sistem rekruitmen peserta didik.
3. Penguatan ttng peningkatan SDM Guru.
4. Penguatan pendidikan uk Mapel Bahasa, Sejarah, Olahraga, dan Rumpun Humaniora.
5. Penguatan sistem pembelajaran.
6. Penguatan pengembangan ekosistem pendidikan.
Hal2 di atas perlu kita pelajari dan terapkan di tempat kita.
Semoga Pak Direktur diberikan pencerahan oleh Allah SWT uk memberikan kesempatan pada guru uk terus belajar".

Dalam hati aku berkomentar, untuk penguatan Pendidikan Karakter bangsa, untuk apa jauh-jauh ke Cina. Suku Sunda, misalnya, telah mendidik anak dalam asuhan keluarga dengan karakter yang sempurna: cageur, bageur, bener, pinter, rapekan, singer. Suku Jawa sudah punya karaktet belajar dengan niteni, niroake dan nambahake.

Hal kedua recruitment peserta didik, apalah daya seorang guru, rekrutmen peserta didik telah diatur PPDB yang menguntungkan sekolah negeri dan diam-diam PPDB tidak membantu menaikkan APK.

Aku tidak akan mengomentari nomor 3 dan selanjutnya, aku khawatir mengeluarkan pernyataan nyinyir . Dalam pandanganku , yang diberangkatkan adalah orang-orang terbaik dan pilihan, kenapa masih memikirkan penguatan untuk mereka?

Aku mencatat saja bahwa diantara calon peserta terdapat yang sudah berkunjung ke Cina. Kalau dia sudah pernah berkunjung, so what's the next visit for?

Aku lanjutkan membaca WA teks , terdapat teks yang mencoba netral berdasarkan kebanyaktahuanya soal officer Kesharlindung dan Cina:
"Kesharlindung tentu sudah mempunyai pengalaman yg cukup banyak menangani bench mark insan berprestasi di LN, namun tdk ada salah kita memberi dukungan dan saran:
1. Mari berdoa bersama semoga subdit harlindung diberi kelancaran urusannya dlm memuliakan guru2 berprestasi.
2. Menyiapkan program lengkap dengan skenarionya termasuk plann B jika ada hal2 yg membutuhkan kebijakan dg respon cepat
3. Bench mark fokus pd vocational school terbaik dan bs diadaptasi di Indonesia seperti Beijing No. 4 High School atau Xinhai Senior High School khan bagus bu atau ke Tsinghua University, Fudan University, atau Peking University
4. Kawan2 tetap fokus pd tupoksi dan kelengkapan dokumen yg dipersiapkan dlm bench mark
5. Apresiasi dan penghargaan
Terima kasih dan mhn maaf jk kurang berkenan."

Dua teks di atas sangat hebat. Admin sigap dan memberikan jawaban dengan teks berikut:
"Terimakasih  atas masukkannya Pak A. Memang ... bertahun-tahun kami mengadakan program ini tanpa mengalami kendala yang berarti. Tapi jaman berubah Pak... dan pemerintah makin ketat memberikan anggaran untuk kami. Maka dari itu... SOP yang sedang kami persiapkan juga tidak main-main, tidak hanya sekedar copy paste dari kegiatan sebelumnya. Kalau tahun-tahun yang lalu mungkin bisa seperti itu, tapi beda dengan keadaaan hari ini Pak. Jadi mohon maklum."

Copy paste?

Aku tidak paham lagi.
Dan kemudian, ada teks saran:
" Bu Admin, kalo boleh usul ini... mungkin selain sasaran ke sekolah2 kita juga bisa mengadakan semacam event pengenalan atau difusi budaya indonesia di china.. misalnya tari2an ato pertunjukan musik atau juga mengajari instant ttg budaya indonesia.. kerjasama dg kedutaan besar RI di china.."

Aku membayangkan "bagaimana mengajari instant tentang budaya Indonesia?"
Kata instant, berhasilkah untuk mengajari sebuah budaya?
Menanamkan budaya tidak membuang sampah sembarangan, sampai saat ini belum berhasil. Mungkin, karena mengajarkannya instant? Budaya Indonesia mana yang bisa diajarkan secara instant kepada Cina yang nota bene sudah punya budaya turun temurun sendiri, misalnya meludah (spitting) yang mungkin tidak berterima dalam budaya Indonesia.

No comments:

Post a Comment