Thursday, September 13, 2018

Mati yang kedua kalinya

Karena tidak tahu dimana Golden Boutique Hotel Melawai Blok M Jakarta, maka dengan sendirinya jempol mengakses hape. Belanja kuota 500 MB seharga 5k untuk 3 hari.

Sambil membeli kuota,  dibuka juga aplikasi lain yaitu WA, dalam benak mengatakan cek WA untuk memastikan bahwa para siswa mengerti tugas. Sebaliknya jika ada pertanyaan, dapat segera diantisipasi.

Tanpa perintah, jempol membuka LINE, seolah dia telah bekerja secara tanpa perlu protokol. Membagi layar menjadi 2 tampilan sekaligus. Otak mengatakan cek pendapat siswa mantan 12 MIPA 6 tentang cover buku Project 365.

Kembali ke mode awal. Saya mengecek apakah pembelian kuota telah sukses. Mungkin daerah tol miskin sinyal. Buktinya setelah masuk kota Jakarta, pemberitahuan muncul bahwa pembelian kuota youtube unlimited berhasil. Entahlah nama paketnya kenapa youtube unlimited.  Padahal kalau dipakai tanpa sela,  sehari saja beryoutube, maka secara sistem layanan internet akan berisik memberi tahu sisa kuota anda tonggal 25MB. Jadi sama sekali tidak ada layanan unlimited. You are limited.

Saya membuka google map, dan mematikan WA, juga LINE. Fokus pada map. Tiba2 klek, drop dead hapenya mati. Waduh, ini kali kedua hapenya mati. Untung sebelum mati saya telah menghafal alamat yang akan dituju. Golden Boutique Hotel Melawai Blok M Jakarta selatan, Jalan Melawai.  Supir travel tidak mengantarkan sampai hotel, hanya tunjuk2 bahwa saya tinggal jalan kaki sekian meter. Cara supir travel ini amat aneh. Pertama dia mengambil.uang 100k tanpa kembalikan,  seharusnya saya bayar 80k. Kedua, dia menurunkan saya dan satu penumpang lainnya di tempat yang sama, padahal tujuannya berbeda,  dan menyuruh kami berdua jalan kaki atau naik grab lagi untuk sampai tujuan. Beda sekali dengan supir yang sebelumnya.  Dia sangat baik. Pada saat ada barang penumpang yang tertinggal, dia putar balik, dan menyerahkannya sebelum di empunya barang ngeuh kalau barangnya ada yang tertinggal di mobil travel. Ini mah lain, penumpang di suruh jalan, ambil bayaran melebihi perjanjian.

Saya berjalan menuju hotel sambil bingung.  Bagaimana nanti saya pulang kalau hapenya mati, saya tidak bisa memesan travel jalur balik. Saya juga tidak bisa meminta bantuan suami untuk dijemput, hapenya mati, saya tidak hafal nomornya. Tidak bisa mengajak pulang bersama anak saya, hapenya mati, saya tidak hafal nomor dia juga.

Rencana menuliskan apa yang dilakukan setiap hari,  batal. Hapenya mati, layanan offline blog juga, mati.
Saya mecoba menghidupkan hape dengan memencet tombol start. Hapenya bergetar, tapi tidak berhasil. Pikiran langsung loncat. Blok M kan tempat orang2 berjualan, termasuk jual hape. Saya beli hape murah saja, itu yang terpikirkan. Tapi beli hape baru, artinya akan mengurangi uang untuk pengobatan mata. Belum lagi, nanti menambah beban untuk beli pulsa. Dua hape? Saya tidak mampu membiayainya.

Bayangan kesulitan yang akan muncul karena hape mati datang silih berganti. Semuanya membuat saya bingung. Keberfungsian hape menjadi keharusan agar hidup saya dimudahkan.

Sesampai di hotel,  hal pertama adalah menitip tas dan menuju mall blok M untuk mencari solusi buat hape. Mengarungi belantara blok M tidak mudah untuk non eksplorer. Sambil berjalan saya membuat peta dalam kepala agar tidak tersesat dan kebingungan mencari jalan arah pulang. Saya mendikte diri sendiri, jika berangkat naik lift belok kanan , maka pulangnya turun lift belok kiri. Saya mencoba mengenali tempat untuk penanda.

Hapenya hidup kembali, abort, rencana membeli hape baru dibatalkan. Selain uangnya tak ada, saya tak melihat ada anjungan tunai untuk mengambil uang. Hapenya hidup, sayapun bisa melangsungkan hidup dengan normal.

No comments:

Post a Comment