Thursday, February 14, 2019

Transit

Saat sahabatnya mengatakan pesawat menuju Kamboja delay, dalam hatinya ada sedikit sorak gempita.  Baginya, delay satu jam menjadi berkah untuk bisa menikmati negeri jiran dengan sedikit lebih leluasa. Ada sebersit harap dia menemukan sesuatu yang membuatnya bisa mengenang waktu menunggu transit pesawat menjadi momen yang pantas dicatat pada blognya.

Dia setengah memaksa matanya sendiri untuk tabah menemukan pemandangan yang jauh dari pikirnya ketika nama Kualalumpur, dimana dia transit sekarang, disebut.

Kualalumpur,  bagi pikirannya Malaysia, adalah tempat yang tidak jauh seperti kampungnya sendiri. Namun pemandangan yang ditemukannya, membawanya jauh ke dunia modern. Dia harus menerima fakta bahwa kuasa teknologi, brand, dan gaya metropolis telah mengubah hampir semua orang menjadi sama. Termasuk di Malaysia yang dipikirnya kokoh mempertahankan orisinalitas buday Melayunya. Dia lihat pakaian yang dikenakan oranh yang  berlalu lalang didepannya adalah jins, makanan yang pertama menyambutnya adalah KFC, bahasa yang digumamkannya adalah Inggris. Semua jadi kloning budaya yang relatif menjadi sama, homogen. Kemanapun dia berjalan, terlihat sama.  Sedikit perbedaan yang kentara, hanyalah pada saat mereka saling berbicara dengan teman senegaranya. Mereka berbicara dengan bahasanya sendiri-sendiri.

"Mau makan apa?" Pertanyaan sahabatnya menyadarkan kembara pikirannya.
Matanya mencoba menangkap jenis makanan yang mungkin bisa menentramkan perutnya. Terllihat tulisan pada papan "medan selera" terpampang di depannya. Dia simpulkan sendiri papan itu hendak menunjukkan wilayah yang berisi macam makanan yang membangkitkan selera.

Seleranya bangkit ketika menemukan roti berbalut kacang. Pesanannya jatuh pada roti dan segelas susu coklat.  Keisengan menggelitik kepalanya. Dia mengambil hape dan mencoba menangkap roti, susu coklat, dan mejanya menjadi gambar yang bisa diunggah pada blognya.

Darahnya terkesiap. Pada layar hapenya tertangkap sosok ibu-ibu tua yang tadi dilihatya di bandara Suta Jakarta. Tiga jam lalu dia bertegur sapa dengannya dalam percakapan tergagap-gagap. Masih ingat

No comments:

Post a Comment