06 April 2019
Berdasarkan catatan ijazah yang dijadikan patokan umur, saya berusia 50 + 1 tahun hari ini.
Bagi mereka yang belum mengalami usia 51, mungkin bertanya-tanya, seperti apa rasanya berusia 51 dan apa yang diharapkan pada saat usia menginjak 51 tahun.
Saya pribadi pun tidak menyangka bahwa saya akan berusia sepanjang ini. 51 tahun. Pada saat ini, katanya akibat salah makan, terlalu banyak makan bahan buatan, memakan makanan tidak sehat, sangat biasa ditemukan seseorang wafat pada usia muda. Berusia 51 menjadi usia yang sangat rentan secara kesehatan, produksi kerja, emosi, finansial dan hal-hal lain yang tidak dialami mereka yang berusia di bawah 51.
Secara kesehatan, pada hari ulang tahun, saya terbangun dengan bagian belakang kepala sakit, berdenyut. Mungkin akibat kekurangan tidur. Tidur menjadi masalah bagi saya setelah berusia 50. Gelombang tidur berubah. Pada pukul 19.00 sangat ngantuk, terus ketika diikuti dengan tidur, pukul 2.00 pagi terbangun dan tidak bisa tidur lagi. Nanti sekitar pukul 8.00 atau 9.00 siang, kembali mengantuk. Perubahan gelombang tidur ini, membuat kepala sakit. Mungkin ini tidak bisa digeneralisir. Bisa saja orang lain yang berusia 51 tetapi terbangun dengan sumringah, badan segar bugar. Itu anugerah.
Selain kepala sakit, tulang-tulang agak ngilu dan mata agak perih. Itu keadaan yang menyambut ulang tahun ke-51.
Produksi kerja secara intelektual, lebih baik. Saya bisa mengatakan lebih baik karena saya memiliki lebih banyak halaman buku yang dibaca ketimbang tahun lalu. Hal itu membuat pekerjaan menjadi lebih baik karena ada dukungan pengetahuan dari hasil membaca. Namun secara fisik, tidaklah sekeras sebelumnya. Badan tidak mendukung untuk melakukan hal-hal melebihi takaran usia 51 yang dimiliki orang yang tidak pernah berolahraga.
Secara emosi, saya merasa lebih baik. Saya lebih mudah mengendalikan kemarahan dengan melihat masalah terlebih dahulu, baru mengambil sikap. Secara alamiah, emosi menurun. Apakah pengaruh meditasi? Entahlah.
Financially, berat karena pasangan hidup race for legislative member in Cianjur regency.
Yuval Noah Harari: Spirituality is about question
Religion is about answer (you must believe it, if not you go to hell)
No comments:
Post a Comment