Hati tersentak.
Hari ini tes Toefl. Saya menanggung beban malu. Saya kuliah S1 dan S2 bahasa Inggris, pada saat mengikuti tes dan hasilnya jelek, di bawah 500. Celakalah saya! Saya tidak dapat mengajukan alasan "sudah lama bahasa Inggrisnya ga dipakai, sudah lama ga ada kontak dengan grammar".
Kalau seeeorang telah menguasai seesuatu keahlian, sekalipun tidak dipakai dalam waktu lama, dia akan tetap dapat menunjukkan kepiawaian.
Ibarat seorang pembalap motor, mahir, kemudian berhenti bermotor selama 20 tahun. Saat seseorang berkata, "Tuh ada motor, coba pakai".
Maka pastilah sisa-sisa keahlianya akan muncul. Dan dia bisa mengendarai motor.
Seperti itulah beban yang muncul pada pikiran saya. Yaitu harus mampu menunjukkan keahlian atau bekas keahlian, sisa-sisa kemampuan saya dalam bahasa Inggris dengan mencapai angka 525 pada tes TOEFL.
Saya harus mengakui bahwa terakhir kali melakukan tes TOEFL itu pada tahun 2013 atau 10 tahun yang lalu. Dan Sejak saat itu saya sudah tidak menggunakan bahasa Inggris, tidak belajar bahasa Inggris juga tidak mengajar bahasa Inggris. sesekali membaca teks berbahasa Inggris masih dilakukan. Jadi saat menghadapi ujian TOEFL yang ditakutkan adalah hilangnya muka, bukan ketidakmampuan mencapai angka yang ditentukan.
Tiba di balai bahasa dan saya menemukan bahwa para kepala sekolah sedang sibuk mendaftarkan diri. hal yang membuat saya gugup adalah karena hari ini saya anggap hari tes, maka saya tidak membawa laptop. Sedangkan syarat pendaftaran adalah adanya kartu. kartu itu ada pada laptop. Tetapi saya berkeyakinan selama Laptop terkoneksi dengan HP maka apapun yang dibutuhkan dapat saya peroleh. Saya akhirnya mendapatkan Kartu Ujian yang dapat saya akses dari HP. Kemudian dicetak.
Setelah masuk ruangan, ujian dimulai.
Hal pertama yang masuk dalam pikiran saya adalah bagaimana cara mengisi jawaban titik pada bagian kanan hanya terdapat nomor-nomor yang menunjukkan angka jumlah soal. Sedangkan pilihan-pilihan atau di mana Di centangnya tidak terlihat. Saya sedikit gugup jangan-jangan saya akan gagal karena tidak paham Bagaimana menandai jawaban. Tapi kemudian setelah selesai contoh, muncul gambar speaker dan muncul suara setelah itu ada pilihan-pilihan jawabannya.
Ada soal listening yang tidak dapat saya sempat isi, karena waktu persoalan untuk menjawab itu hanya 12 detik saja. Saya terlalu bolak-balik memikirkan jawabannya sehingga keburu habis waktunya. Saya coba menengok ke depan, saya juga melihat ada orang lain yang tidak lengkap menjawab soal listeningnya. Saya menjadi tenang. hanya pikiran buruk saya semakin menebal. bahwa mungkin saya tidak mencapai angka skor minimum karena belum apa-apa soal listeningnya ada yang tidak dapat saya selesaikan sesuai dengan waktu yang ditetapkan.
Mungkin karena gugup, saya merasa bahwa suara pembicara pada narator listening suaranya menjadi lebih kecil dari yang sebelumnya. Kemudian pada soal selanjutnya saya mendengar bahwa suaranya ada noise, Kemudian pada soal berikutnya suaranya menjadi tidak begitu jelas.
Soal listening berlalu, maju ke soal TOEFL structure. Kemudian masuk juga ke soal struktur yang mencari kesalahan. pada bagian ini saya merasa mulai kebingungan karena layar yang begitu besar harus dilihat dengan sedikit menengadah membuat saya lelah melihat layar.
Saya lanjut ke bagian ketiga yaitu reading. pada bagian reading ada kata-kata yang tidak dapat saya pahami yaitu kata drudgery dan ada lagi satu kata yang baru pertama saya lihat.
Saya klik finish. Muncul angka 537. Syukur alhamdulillah, lewat dari skor minimum.
Usai tes, bersama Bu Eneng berangkat ke Bakso Mantep Gunung Putri @ Rp35.000
No comments:
Post a Comment