Bismillah,
Bapak dan lbu KS, sehubungan dengan mendesaknya harus segera dilakukan pengisian *Instrumen Komunitas Belajar di PMM*, kami mengundang Bapak dan Ibu KS untuk hadir pada pertemuan daring
Rabu, 13.00-14.00
23 Oktober 2024
Link: https://meet.google.com/oat-bqigncr
Link pengisian Instrumen di https://s.id/InfoInstrumenKombel
Apabila karena sesuatu dan lain hal tidak dapat hadir, mohon diwakilkan kepada WKS Bidang Kurikulum
Terima kasih.
Alhamdulillah hadir beberapa KS dan WKS, ada 16. Paling tidak 8 dari 18 sekolah, bisa mengisi hari ini.
Cukuplah untuk awal pendampingan mah.
Teknik yang saya sampaikan untuk pengisian instrumen komunitas belajar di PMM adalah sebagai berikut:
1. Kepala sekolah masuk ke Link yang diberikan, kemudian klik Link yang diberikan, klik Mulai Mengisi Instrumen
2. Setelah masuk ke link lanjutkan dengan masuk menggunakan akun belajar ID, klik continue, akan masuk ke laman instrumen pengisian komunitas belajar.
3. Jawab setiap pertanyaan yang diberikan sesuai dengan kondisi riil di komunitas belajarnya masing-masing titik misalnya jika belum ada komunitas belajar jawab belum ada titik kegiatan belum rutin, jawab sesuai dengan kondisi yang sesungguhnya. Kemudian pada bagian refleksi, jawab bahwa semua belum dilaksanakan karena sekolah memang belum memiliki komunitas belajar.
4. Setelah itu klik simpan, kemudian kembali ke bagian laman muka lagi, lihat hasil.
5. Pada bagian hasil tidak diketahui posisi sekolah berada di mana oleh karenanya saya meminta kepada para kepala sekolah untuk mencentang pada kolom-kolom yang merepresentasikan kondisi komunitas belajarnya. Saya meminta Pak Haris untuk mencontohkan cara menggunakan tools check Maid dan teks pada PDF untuk mengisi centang dan menamai nama sekolah. ternyata terdapat beberapa Kepala Sekolah yang belum bisa melakukan centang dan menulis di PDF.
6. Instrumen yang telah dicentang Saya minta dikumpulkan ke Google Drive. Maksudnya agar saya bisa mereka kondisi komunitas belajarnya pada posisi mana sehingga saya bisa melakukan pendampingan selanjutnya.
Alhamdulillah 10 sekolah sudah mengisi
------
Di grup WhatsApp komunitas pengawas sedang ramai membahas mengenai kritikan kepada Menteri Pendidikan yang terdahulu titik katanya menteri pendidikan yang sekarang Bapak Muti pernah mengkritik Bapak Nadim yang mengatakan bahwa Merdeka belajar itu tidak akan berhasil karena belum siap.
Isi kritikan tersebut tentu saja di forward dari satu Wa ke WA yang lain. Isinya seperti berikut ini:
SELAMAT TINGGAL MERDEKA BELAJAR???
______
Tidak banyak yang tahu. Tahun lalu, pada sebuah podcast di kanal Youtube, Bapak ini pernah mengkritik kebijakan Merdeka Belajar-nya Nadiem Makarim.
Pada intinya, beliau bilang "konsep merdeka belajar (dengan Kurikulum Merdekanya), meskipun memang bagus secara konseptual, tapi tak kunjung memberi dampak kemajuan pendidikan di negeri ini, itu disebabkan karena ketidaksiapan SDM kita untuk mengimplementasikannya. Ketidaksiapan para guru, ketidaksiapan pemerintah daerah, ketidaksiapan infrastruktur, dan ketidaksiapan dunia kerja".
Sepertinya pendapat itu benar. Lihat saja. Sampai detik ini. Setelah 5 tahun kebijakan Merdeka Belajar, dan 3 tahun lebih pemberlakuan Kurikulum Merdeka, masih sangat sangat banyak guru yang kebingungan menerjemahkan kurikulum itu di dalam kelas. Banyak guru yang sampai saat ini masih belum paham apa itu pembelajaran berdiferensiasi, bagaimana melakukan asesmen diagnostik, gelagapan melaksanakan Projek P5. Bahkan pada tingkat paling sederhana sekalipun, masih banyak yang tidak bisa merumuskan Tujuan Pembelajaran (TP)! . Ini namanya ketidaksiapan guru.
Di tengah kebingungan mengajar itu, para guru dijejali dengan transisi digital yang begitu cepat. Aplikasi ini, aplikasi itu. Online-kan ini, Online-kan itu. Tanpa diajari, belajarlah sendiri. Seakan-akan semua guru adalah Gen-Z. Atau lulusan perguruan tinggi luar negeri.
Padahal kalau dilihat-lihat, sinyal internet saja tidak merata di negeri ini. Bagaimana pula kita bergerak dengan serba digital. Ini namanya ketidaksiapan infrastruktur.
Sekolah Penggerak dan Guru Penggerak, digadang-gadang sebagai lokomotor kebijakan Merdeka Belajar. Mereka berdiri paling depan menjadi agensi perubahan dalam pembelajaran dan implementasi Kurikulum Merdeka itu sendiri. Mereka dibiayai, diberi privilege khusus. Dana BOS kinerja untuk sekolah Penggerak. Agar mereka lancar mengimbaskan IKM ke sekolah-sekolah lain. Karpet merah untuk Guru Penggerak menjadi kepala sekolah, agar mereka bisa menjadi pemimpin transformasi pembelajaran.
Tapi konsep itu nyangkut di kantor kementerian saja. Di lapangan, segala kebijakan tentang pemetaan mutu satuan pendidikan, memilih narasumber untuk bimtek-bimtek Kurikulum Merdeka, hingga pengangkatan kepala sekolah tetap jadi kewenangan politis kepala daerah. Mereka sungguh-sungguh gagal paham. Dan Ini yang namanya ketidaksiapan pemerintah daerah.
Jadi memang betul. *Semua kegagalan bertahun-tahun ini, adalah karena ketidaksiapan.*
Secara sederhana, seperti yang pernah dikatakan para pakar pendidikan; Menerapkan Konsep Merdeka Belajar di Indonesia itu, ibarat menginstal game PUBG di Hape spek kentang.
Mungkin bisa diinstal, tapi saat dimainkan, ngelag luar biasa. Bikin emosi, sampai ingin rasanya membanting hape itu.
Semoga Pak Menteri baru ini konsisten dengan opini yang ia sampaikan tahun lalu itu. Sehingga beliau pasti akan bergerak memperbaiki kondisi kacau yang terjadi saat ini. Tak perlu mengganti Kurikulum. Cukup perbaiki saja. Atau buat saja guru menjadi siap secara kompetensi.
Tapi itu hanya harapan. Kita tahu opini seorang politikus bisa berubah dalam hitungan jam, tergantung kepentingan apa yang ia usung. Apalagi opini satu tahun lalu.
Disadur dari beberapa media.
______
Saya salin ulang itu ke sini hanya untuk mengingat saja bahwa mengurus pendidikan tidak pernah mudah titik apapun yang dilakukan tidak pernah dapat dengan terasa cepat dampaknya.
Apakah menteri yang baru yang dipandang pernah mengkritik itu tahu persis bagaimana menata ke semrawutan pendidikan di Indonesia semoga saja harapan semua bisa terpenuhi.
-------
Kritikan terhadap menteri sebelumnya itu tidak mendapat tanggapan apa-apa dari para anggota komunitas pengawas. Saya sendiri pun tidak memberikan komentar karena memang saya termasuk orang yang paling tidak mau mengomentari yang muncul malah ajakan untuk membuat seragam baru yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan urusan digantinya menteri atau implementasi kurikulum merdeka.
No comments:
Post a Comment