Saturday, January 21, 2017

Masalahnya: Membaca

Kebiasaan membaca bangsa Indonesia berada posisi ke 96 dari 100 negara (human development index, 2010). Padahal, di Indonesia sekolah dimana -mana, perpustakaan dimana-mana.

Kenapa literasi bangsa Indonesia tertinggal begitu jauh dari negara saudaranya seperti Malaysia, Singapur?

Salah satu faktor penyebabnya adalah budaya "berbicara dan menyimak' mendapat tempat lebih luas dari membaca.
Faktor kedua, diasumsikan manajemen perpustakaan kurang menarik pembaca dan (kurang dukungan finansial)
Ketiga, belum ikhlas menggunakan uang untuk membeli buku (dibandingkan memveli pulsa).
Terakhir, membludaknya hal-hal menggoda dari internet dan media elektronik lainnya.

Literasi
Literasi dimaknai sebagai kemampuan membaca dan menulis.
Tak heran di Indonesia, berbondong-bondong orang tua mengirimkan anaknya ke sekolah agar mereka segera literat (bisa baca tulis).
Cara ini pada akhirnya tidak berhasil membuat anak-anak menjadi literat.
Sebagai solusi, pengenalan literasi sebaiknya dimulai dari.rumah.
Bisa dimulai dengan literat bahasa lisan yang sesuai sesuai konteks diajarkan dalam.keluarga.
Kemudian, pengenalan ragam bahasa tulis dengan mengenalkan buku dan membangum.kecintaan pada buku.
Langkah selanjutnya,  izinkan anak-anak 'menyentuh' buku dan isinya diceritakan orang tua.
Cara diatas memberikan manfaat bagi anak-anak dalam bentuk kekayaan kosa kata, struktur kalimat yang berterima, dan pengetahuan tentang naratif.

Tidak ada kata terlambat untuk mulai menjadi literat. Menyediakan waktu beberapa menit setiap hari untuk membaca, menuliskan apa yang dibaca dapat menjadi aksi literasi personal, dan mengimplementasikan hal2 baik dari yang dibaca dapat menjadi literasi secara sikap.

No comments:

Post a Comment