Sunday, November 5, 2017

Guru belajar dari guru

Para siswa memandang saya dengan sedikit alis berkerut.  Saya masuk kelas rekan sejawat yang harus diobservasi bagaimana proses pembelajarannya dilaksanakan.
Para siswa bertanya kenapa Ms B menilai guru lain. Mereka menyebutnya menilai, padahal sesungguhnya saya sama sekali tidak menilai rekan yang saya observasi tersebut. Para siswa tidak salah, mereka telah mendengar bahwa pada bulan Oktober para guru akan disupervisi. 

Bagi saya pribadi, ketika dimintai bantuan untuk mengobservasi bagaimana guru melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas. Semula permintaan ini terasa berat karena mengobservasi rekan sejawat, apalagi yang secara pengalaman belajar secara kuantitas waktu lebih lama, dikhawatirkan berdampak pada hubungan personal. Sudah diketahui bersama bahwa guru merasa tidak nyaman, tidak bebas, tidak leluasa ketika ada 'orang lain' di dalam kelas.

Belajar dari observasi
Guru mengobservasi guru merupakan hal yang sangat penting bagi peningkatan kompetensi mengajar guru. Karena percaya atas pentingnya manfaat observasi bagi guru oleh guru, pemerintah Jepang memasukkan Lesson Study sebagai aktivitas rutin dalam peningkatan kompetensi guru. Lesson study diadopsi didalam pendidikan Indonesia. Sayangnya belum berjalan karena sebagian guru merasa kagok, ribet, dan tidak percaya diri jika diobservasi. Observasi dalam pembelajaran tentulah tidak sama dengan penilaian yang dilakukan atasan atau supervisor.

Observasi dalam pembelajaran didefinisikan sebagai aktivitas yang melibatkan pengamatan dan pencatatan informasi mengenai apa yang terjadi selama proses pembelajaran. Melihat pada definisi ini, maka sama sekali guru tidak harus merasa ngeri. Observer melakukan pengamatan yang sangat saksama dan kemudian mencatat apa yang dilihat dan didengarnya. Observer tidak menuliskan 'apa yang seharusnya, apa yang sebaiknya, ini harusnya begini, itu harusnya begitu.'

Bagi saya yang berkesempatan mengobservasi guru, maka yang dilakukan sesuai dengan definisi di atas, yakni mengamati dan mencatat. Obserbasi selain melatih menjadi pengamat dan pencatat yang baik, observasi juga memberikan banyak manfaat kepada saya yang berperan sebagai observer.

Beberapa manfaat yang diperoleh diantaranya:
Pertama,  melatih kemampuan menyampaikan praktik pembelajaran secara tertulis.
Selama ini sulit sekali menuliskan langkah-langkah pembelajaran yang rinci yang dapat diimitasi orang lain berkat kerincian dan kejelasannya. Dengan menjadi observer, setiap aktivitas, tanpa terlewat dituliskan. Dengan cara ini, observer yang juga guru, terlatih menulis aktivitas pembelajaran yang dapat digunakan untuk kepentingan dirinya pada saat menuliskan langkah-langkah pembelajaran pada RPP.

Kedua, mendapatkan gambaran nyata bagaimana sebuah metode pembelajaran diimplementasikan.
Baginl guru, mengakses metode pembelajaran dengan mudah diperoleh melalui bacaan.  Bagaimana adaptasi, adaptasi,  atau bahkan modifikasi dari metode pembelajaran tersebut sehingga menjadi media penyampai teori pada tataran praktik tidak mudah dipahami jika hanya mengandalkan bacaan. Dengan melihat langsung, guru mendapatkan deskripsi yang nyata dari metode yang dimaksudkan pada buku tadi.

Ketiga, mendapatkan inspirasi bagaimana mengelola kelas.

Keempat, melihat respons siswa terhadap pembelajaran dari perspektif yang  berbeda.

Kelima, pengayaan dalam pengembangan profesi yang berkelanjutan.

Walaupun  kehadiran observer membuat guru yang diamati terasa canggung, namun sesungguhnya dengan mengizinkan kelasnya diobservasi, artinya dia telah menyumbangkan pengetahuan baru bagi kemajuan profesi mengajar dirinya juga guru lainnya.

No comments:

Post a Comment