Saturday, November 4, 2017

Pendidikan, masih menjadi tumpuan harapan

Kring suara telepon berdering. Saya lihat nomornya tidak dikenal. Saya kadang enggan menerima telepon dari orang yang tidak dikenal mengingat tidak sedikit orang dil luar sana mencari teman ngobrol tanpa jelas arahnya mau apa dan kemana.

Suara telepon berhenti. Kemudian berbunyi lagi. Serius, pikirku, makanya dia menelepon ulang.  Kemudian teleponnya kuangkat. Ternyata telepon dari salah satu kakak siswa yang saya walikelasi.

"Maaf lbu, perkenalkan saya kakaknya Roby. Mau menanyakan bagaimana Roby di sekolah."

Pikiran saya mencari wajah yang sesuai dengan nama yang disebutkan tadi. Setelah beberapa detik, nama dan wajah klik. Saya menjawab, " Roby tidak ada masalah dengan kehadiran, selalu datang tepat waktu, saya mengetahuinya ketika ada Literasi kelas, pada pukul 6.30 dia sudah  di kelas."

Terdengar nafas lega dari headset. Kemudian si kakak berbicara lagi.
"Roby ingin melanjutkan ke Geologi UGM. Dia sepertinya sudah bulat tekadnya. Ditawari ke STPDN, katanya tidak ada hati untuk ke sana. Bagaimana ya Bu? Harus kemana dan pada siapa saya menanyakan masalah ini?"

Saya jawab bahwa untuk masalah minat melanjutkan ke perguruan tinggi dapat menghubungi guru BK.

Roby, Nanda, Hanif, Rahayu, atau siapapun nama anak yang dititipkan pada pendidikan formal pada dasarnya sama. Mereka disekolahkan karena para orangtua percaya bahwa melalui pendidikan formal mereka bisa menjadi seseorang, bisa meraih cita-citanya, bisa membahagiakan dirinya sendiri juga orang tua, bisa bekerja.

Para orangtua dengan segenap kesungguhan membiayai dan mengawasi bagaimana keberlangsungan pendidikan bagi anaknya. Harapan di masa datang, setelah anaknya mendapatkan pendidikan, mereka kembali pada orang tua dengan segudang kesuksesan dan dapat membahagiakan orang tua pada masa rua mereka.

Melalui pendidikan, para orang tua menitipkan harapan dan mimpi. Kepercayaan pada pendidikan begitu tinggi. Anak yang berpendidikan tinggi, diharapkan pula memilki  kesempatan dan peluang yang lebih besar di kemudian hari. Anak yang berhasil, tetap menjadi harapan. Anak yang berhasil paling tidak mereka dapat menghidupi  dirinya sendiri dan berhenti merepotkan orang tua.

No comments:

Post a Comment