Friday, October 26, 2018

@Buka Mata

Saya tidak menempati posisi apapun pada struktur pelaksanaan program sekolah rujukan. Hal ini tentu menjadi keuntungan yang besar. Salah satunya adalah dapat membantu kapan saja,  di mana saja, dan untuk siapa saja.

Sekolah sebagai lembaga tidak memiliki ruang yang cukup untuk menempatkan semua guru pada struktur kegiatan yang sifatnya insidental,  demikian juga pada kegiatan yang sifatnya tahunan. Misalnya tidak bisa semua guru menjadi panitia PPDB. Pada kegiatan insidental ini, sekolah harus patuh pada aturan minimum jumlah panitia yang bisa diwadahi.
Demikian pula pada kegiatan lainnya yang sifatnya tahunan, misalnya, tidak bisa semua guru jadi Wakasek.
Walaupun faktanya begitu, ada yang semua guru bisa lakukan, diantaranya ikut memberikan kontribusi terhadap semua kegiatan sekolah tanpa harus memegang SK.

Sedikit pengetahuan saya miliki yang terkait program literasi tahap pengembangan. Itupun sebetulnya tidak mencukupi untuk dapat membantu menyukseskan program. Alasan utamanya karena literasi sebagai sebuah gerakan yang melibatkan semua warga sekolah untuk move on menjadi warga pembaca dan penulis belum sepenuhnya berjalan. 

Move on bertajuk Gerakan Literasi Sekolah yang saya beri nama Reading to Learn sejatinya sudah memetik buah dalam bentuk mengalirnya karya proses kreatif dari warga sekolah. Buah itu tetap saja mentah. Atau mungkin bahkan tak ada buah sama sekali, namun baru bakal-bakal buah yang bisa rontok dengan ketika ada angin meniup.

No comments:

Post a Comment