Monday, October 29, 2018

E-modul sebagai tawaran untuk model belajar asinkronus mandiri 

Moda atau cara belajar saat ini secara perlahan mulai bergeser. Sebelumnya, belajar ditandai dengan adanya waktu dan ruang belajar yang sama. Di kelas-kelas dimana pendidikan formal diberikan, guru dan siswa bertemu sesuai jadwal di ruang kelas, atau semuanya sinkron. 

Kini, perubahan mulai merambah dunia pendidikan. Seorang siswa dari Cianjur bisa mengikuti kelas virtual bahasa Inggris yang diberikan oleh Jhon Hopkins university. Kondisi belajar seperti ini, kelasnya sama, tapi tempatnya dan waktunya berbeda. Menurut Chaeruman (2018) kelas seperti ini disebut kelas sinkron maya.

Lain lagi dengan seorang siswa yang belajar dimana saja, kapan saja, dengan teman belajar bisa siapa saja yang ada pada milist. Belajar seperti ini tentu sangat menyenangkan, karena belajar bisa kapan saja sesuai mood di pembelajar. Selama provider untuk sesi itu terbuka, selama itu pula belajar bisa berlangsung. Belajar seperti ini disebut asinkronus kolaboratif (Chaeruman, 2018).

Belajar pada masa kini tidak lagi terbatas kepada mereka yang dulu disebut pelajar. Kini semua orang menjadi pelajar, tapi tidak memiliki kelas. Mereka memiliki keinginan untuk menguasai sesuatu. Mereka belajar sendiri, mencoba hasil belajarnya sendiri. Misalnya seorang ibu rumah tangga ingin membuka usaha rumahan. Dia membaca semua hal terkait bagaimana cara  buka usaha rumahan. Selanjutnya untuk membuka usaha, dia memutuskan berkiprah di bidang memasak sesuai hobinya. Maka dia, tanpa ada guru langsung, belajar memasak berbagai macam makanan dari laman yabg menyediakan itu. Dia belajar sendiri, berpraktik sendiri, dan menguji hasil belajarnya sendiri. Inilah moda belajar asinkronus mandiri atau bahasa kerennya  Self-Paced Asynchronous. 
Pendidikan diharapkan mengantarkan pada pembelajar asinkronus mandiri dimana para siswa belajar karena merasa butuh. Mereka menggali sendiri, mempraktikan sendiri hasil belajarnya dan merasakan manfaat hasil belajarnya. 

Menciptakan pembelajar asinkronus mandiri tentu tidak akan pernah terjadi jika tidak ada sarana untuk itu. e-modul merupakan salah satu alternatif untuk memfasilitasi siswa belajar asinkronus mandiri. Para siswa bisa memilih materi ajar apa yang ingin didalaminya. Mereka bisa mengulang materi berapa kali, sesuai dengan keinginannya. Mereka bisa berpindah ke pelajaran lain sesuai rasa ingin tahunya.

Para guru masa kini dituntut untuk mampu memberikan pilihan dalam belajar. Belajar secara sinkron tentu sangat ideal karena siswa dapat mengomunikasikan dan menanyakan langsung jika ada hal yang belum dipahaminya. Keidealan ini terkurangi dengan kondisi bahwa pada belajar moda sinkron, materi ajar diberikan secara paket, terjadwal, sehingga siswa tidak bisa memiliki kebebasan memilih mau belajar apa pada jam berapa, tapi harus belajar sesuai jadwal. 

Belajar moda sinkron tentu memiliki kelebihan. Salah satunya adalah membangun dan membentuk 'rutin' atau kebiasaan belajar. Para siswa yang tidak termasuk pada kelompok pembelajar mandiri, sangat diuntungkan dengan moda belajar sinkron. Keberadaan guru dan teman belajar untuk berkolaborasi memberinya peluang untuk mendapatkan keterampilan sosial dan kognitif sekaligus sesuai masa belajar.

Namun seiring lahirnya dunia maya yang menawarkan hampir semua hal. Maka bahan belajar pun sejatinya dapat diperoleh semudah berkata "OK Google..." dan muncullah semua yang diminta.

E-modul yang memungkinkan para siswa dapat menggali lebih dalam tentang hal yang ingin dipelajarinya sudah saatnya disiapkan oleh para guru. Keraguan apakah para guru mampu menyiapkan e-modul yang memenuhi kebutuhan siswa, tidak perlu diajukan. Selama guru memiliki kemauan untuk belajar, maka selama itu pula e-modul bisa hadir (Langgeng, 2018).

Membuat e-modul  cenderung lebih mudah jika dimulai dengan membuat modul terlebih dahulu. Beda modul dengan e-modul terletak pada fasilitas. Jika modul hanya menyediakan teks, dan gambar saja. Maka e-modul menyediakan teks, gambar (image), suara (sound, mp3), gambar bergerak (video, mp4), dan aktivitas interaktif yang hanya bisa diberikan oleh aplikasi tertentu.
Sebagai contoh, pada pelajaran bahasa Inggris materi News Item. Jika pada modul, ketika mengenalkan berita dari radio. Pada modul muncul teks yang mewakili suara penyiar radio dan para siswa membacanya. 

Pada e-modul, untuk hal ini dapat menjadi lebih menarik. Para siswa dapat mengklik bagian MP3 dan menyimak siaran radio. Jika yang didengarkan tidak dapat dipahami, klik teks penyerta, maka siswa dapat melihat naskah yang dibacakan penyiar radio tadi. Pada saat para siswa diuji apakah mereka paham atau tidak terhadap isi berita radio tadi, mereka dapat menjawab pertanyaan, dengan cara mengetikkan jawaban pada bagian yang telah disediakan. Untuk mengetahui jawabannya benar atau tidak, mereka dapat mengklik bagian yang menyediakan jawaban. 

Itu gambaran sederhana e-modul yang pada praktik pembuatannya tentu saja memerlukan kesabaran dan sekaligus keahlian. 

Tersedianya e-modul yang membantu siswa memiliki banyak pilihan untuk belajar menjadi penting mengingat para siswa harus dilayani sesuai karakteristiknya. Para siswa adalah warga negara yang karakteriknya sangat akrab dengan layar dan tombol. Maka tepat jika para guru move on dalam urusan menyediakan bahan ajar.








No comments:

Post a Comment