Manfaat membaca telah banyak ditulis para ahli. Salah satu manfaat yang sangat akrab adalah "Membaca membuka pintu dunia." Makna implisit yang diajukan dari kalimat tersebut bahwa dengan membaca banyak hal baru yang dapat diperoleh. Sebagai contoh, membaca tentang Amerika, maka terbukalah pintu informasi semua hal tentang Amerika tanpa harus datang sendiri ke Amerika. Membaca kengerian pengalaman seseorang yang diserang buaya, terbukalah pintu pemahaman mengenai arti menghargai hidup, menghormati kekuatan alam, dan mengukur rasa nyeri.
Manfaat membaca begitu luas seolah tak terbatas. Melihat manfaatnya yang banyak, setiap orang dihimbau, dilatih, diajak, dibiasakan untuk membaca. Tujuannya tiada lain adalah untuk memperoleh manfaatnya.
Bagaimana dengan menulis? Menulis biasanya dikaitkan dengan membaca. Walaupun menulis tidak setenar membaca, tidak seseksi membaca dalam pemaparan keindahan manfaatnya. Sesungguhnya menulis sama besar manfaarnya dengan membaca. Seorang penulis, Wahyu Kris A W, pemenang Adi Acarya, yaitu penghargaan untuk kepiawaian menulis menyebutkan paling tidak empat manfaat besar menulis.
Pertama, menulis menebarkan kebaikan. Saat ini informasi ragam tulis seliweran dengan bebas di media sosial. Kebebasan mengunggah informasi mengakibatkan hadirnya informasi yang tidak memiliki nilai kebenaran. Sebaliknya, informasi yang mengarahkan kepada kemudaratan.
Membuat tulisan yang memuat hal-hal baik yang membukakan mata yang haus tauladan berkarakter positif adalah menulis untuk menebar kebaikan. Seorang guru yang menulis tentang sikap baik yang ditunjukkan siswanya, kemudian disebar, diviralkan, dibaca semua orang. Penulis dan penyebar tulisan menjadi penebar kebaikan.
Menulis hal baik dan inspiratif, kelak memotivasi pembaca untuk berbuat baik. Maka disarankan agar setiap orang menulis hal-hal baik untuk membuat kebaikan bagi dirinya sekaligus menebar kebaikan itu sendiri.
Kedua, menulis mengantarkan melihat berbagai belahan dunia. Produk karya kreatif dalam bentuk tulisan fiksi atau non fiksi memungkinkan pemilik tulisannya diundang pembacanya.
Seorang guru dari sebuah desa menulis tentang bagaimana dia membimbing siswanya sehingga menguasai hitung menghitung dengan cara menyenangkan. Tulisan tersebut dibaca seorang guru dari Jerman dan dipandang menjawab permasalahan hitung menghitung yang sedang dihadapinya. Maka diundangnyalah si pemilik tulisan untuk menginspirasi guru-guru lain. Tulisan itu menuntun penulisnya untuk menginjakkan kaki di Jerman.
Satu lagi, seorang siswa SMP menuliskan keindahan kampung halamannya yang asri. Dia juga menuliskan upayanya untuk melestarikan keindahan kampungnya sesuai kemampuannya sebagai anak-anak. Tanpa sepengetahuannya tulisannya dibaca anggota The Nature Conservancy, organisasi yang berfokus pada kampanye lingkungan dengan memanfaatkan media online, seperti melalui media sosial, blog, dan aplikasi digital yang bermarkas di Virginia, Amerika. Tulisan siswa ini dipandang sebagai upaya nyata dan orisinal, maka anak ini diundang ke Virginia.
Tulisan membawa penulisnya ke tempat-tempat yang mungkin tidak pernah dibayangkannya.
Ketiga, menulis membuka persahabatan dengan banyak orang. Tulisan tiada lain adalah tuturan yang disajikan dalam ragam tulis. Ibarat tuturan, tulisan merupakan pertukaran informasi. Tulisan yang dibaca orang, menjadi pintu pembuka silaturahmi.
Tulisan tentang pendidikan membuka teman-teman pendidik lain untuk bersua dalam bentuk komunikasi penulis-pembaca. Tulisan pendidikan, pun, membukan pintu untuk siapapun untuk berkomunikasi dalam komunikasi penulis-pembaca. Tidak sedikit pertalian seide muncul karena membaca tulisannya.
Keempat, menulis mengubah status. Semua orang adalah orang. Artinya statusnya sama. Namun dengan menulis, statusnya berubah. Seseorang yang menulis disebut penulis, bukan lagi orang biasa.
Seorang anak setiap hari bekerja sebagai loper koran. Tak seorangpun dari langganannya yang tertarik pada dirinya. Dia dipandang sebagai orang biasa. Setelah dia menjadi mahasiswa dia menulis, dan tulisannya dimuat pada koran yang dulu dikirimnya kepada langganannya. Setelah itu, statusnya berubah, namanya dicatat: penulis.
Seorang guru mengajar, biasa. Guru yang menuliskan bagaimana dia mengajar menjadi luar biasa. Statusnya guru penulis.
Masih banyak manfaat lain dari menulis yang bisa saja berbeda. Setiap orang mendapatkan manfaat personal, sosial, dan finansial yang berbeda darin menulis. Untuk itu, menulislah.
No comments:
Post a Comment