Sunday, March 31, 2019

Menulis Jurnal untuk Kesehatan Mental

Kesehatan memegang peranan penting bagi kebahagiaan dan keseimbangan hidup. Oleh karenanya, setiap orang harus menjaga kesehatan dirinya. Mengkonsumsi makanan sehat dan melakukan olah raga secara teratur, termasuk upaya yang dilakukan setiap orang untuk mendapatkan kesehatan secara fisik. Bagaimana dengan kesehatan non fisik yaitu mental?
Seperti halnya kesehatan tubuh, kesehatan mental sangat penting untuk dijaga. Tidak dipungkiri, bagi sebagian orang, kesehatan mental dipandang sebagai penyakit yang tidak nyata. Di Indonesia, secara umum, pembahasan mengenai penyakit mental belum mendapat perhatian. Badan kesehatan dunia (WHO) melaporkan bahwa di Indonesia bunuh diri akibat kesehatan mentalnya terganggu merupakan silent killer terbesar (The Jakarta Post, 2017).
WHO juga mencatat bahwa pada umumnya orang Indonesia memberikan respon kurang positif terhadap orang yang menyampaikan masalah pribadinya yang dirasa mengganggu kesehatan dan ketenangan jiwa serta mentalnya. Mereka bersikap tidak peduli, melecehkan, melakukan perundungan, dan hal-hal kurang simpati lainnya. Alih-alih dibantu, misalnya dengan cara mendengarkan masalahnya, malah dianggap lebay, tidak tahan banting, lemah, tidak semangat, kurang daya juang. Sikap ini mengisyaratkan bahwa masalah mental diperlakukan sebagai masalah kecil, bahkan dipandang tidak nyata.
Kesadaran pentingnya menjaga kesehatan mental dan membantu agar mental orang lain menjadi sehat merupakan upaya yang harus kita lakukan bersama. Masih banyak diantara kita yang belum menyadari bahwa depresi dan stress dapat mengakibatkan gangguan perilaku dan gangguan mental seperti paranoid, ketakutan yang tidak beralasan dan tidak berkesudahan. Gangguan pikiran yang tidak ditangani mengakibatkan tidak bisa tidur, berkurangnya nafsu makan, menurunkan semangat hidup. Kondisi mental mempengaruhi kinerja seluruh tubuh.
Depresi dan stress merupakan penyakit mental yang tanpa pandang bulu dapat menyerang siapa saja. Banyak laporan terkait depresi dan stress yang berakhir dengan menghentikan komunikasi dengan siapapun, mengurung diri, dan akhirnya bunuh diri. Di Jepang, sekitar setengah juta orang terkena depresi dan memilih Hikimori atau mengucilkan diri sebagai solusi.
Menjaga kondisi mental agar tetap waras memerlukan cara. Salah satu cara yang dapat dipilih oleh individu tanpa memerlukan bantuan orang lain adalah menulis jurnal pribadi.
Jurnal pribadi adalah tulisan yang memuat pengalaman, perasaan, emosi, masalah, refleksi, dan evaluasi. Bagi kebanyakan orang Indonesia, diari lebih populer. Berbeda dengan diari yang hanya berisi catatan apa yang dirasakan, dipikirkan setiap hari, dan tidak untuk dibaca oleh orang lain. Jurnal tidak saja menuliskan perasaan, tetapi menuliskan pula solusi terhadap perasaan yang sedang dihadapi. Jurnal memuat refleksi, analisis, tawaran jalan keluar terhadap masalah hidup yang sedang dirasakan. Sesuai dengan isinya, maka jurnal bisa dibaca orang lain, bisa berguna bagi orang lain, selain tentu saja sangat beguna bagi si penulisnya sendiri.
Menulis pada jurnal membantu menyehatkan mental dengan alasan seperti diuraikan secara simultan di bawah ini.
Pertama, jurnal adalah alat terapi sekaligus teman setia. Selama 24 jam jurnal selalu terbuka. Pada saat kita memerlukan teman yang bersedia menerima curahan isi hati, mendengarkan kegalauan, menyimak kesedihan, mengevaluasi kekonyolan, jurnal bisa ditemui. Ia bisa ditulisi apapun, ia menerima gerutuan, pun solusi apapun tanpa menghakimi, tanpa menolak.
Menuliskan kemarahan, kesedihan atau emosi lainnya kemudian merefleksikannya sendiri menjadi jalan untuk mengenali emosi diri sendiri. Jurnal sebagai alat untuk menampung semua emosi yang mungkin tidak berani dibicarakan kepada orang lain membantu penulisnya melepaskan emosi secara sehat. Pada saat ia menganalisis kenapa emosi itu muncul, bagaimana ia harus bersikap dan bertindak terhadap emosi tersebut agar tidak muncul masalah besar lainnya, maka jurnal memfasilitasi terjadinya dialog antara emosi dengan logika melalui dialog ego yang tertuang dalam bentuk tulisan. Emosi, misalnya kecewa yang sangat dalam, yang hanya digenggam, ditahan, disembunyikan, ditelan sendiri dan dibiarkan tanpa ada penanganan akan memicu hadirnya depresi. Seseorang yang depresi, jelas kesehatan mentalnya terusik.
Mengenali emosi sendiri, memahami kenapa itu terjadi, bagaimana mengatasinya membuat seseorang menjadi lebih hati-hati kelak. Menuliskan permasalahan yang dialami dan menganalisisnya membuat pikiran berkerja menyelesaikan masalah, bukan bergumul dengan masalah tanpa ada penyelesaian.
Menggunakan jurnal sebagai teman 24 jam sekaligus sebagai alat terapi penyalur emosi, bisa dilakukan dengan mudah dan murah. Sekarang ini tersedia berbagai alat tulis yang bisa dibawa kemana-mana. Bagi yang suka dengan pulpen-kertas, dapat menggunakan buku jurnal. Namun bagi yang memilih menulis tanpa pulpen-kertas, dapat memilih buku jurnal virtual misalnya blog. Jika menganggap menulis pada blog minim privasi, dapat menggunakan fasilitas note yang umumnya tersedia pada gawai.
Kedua, jurnal adalah alat pengurang stress. Mood manusia berubah dari waktu ke waktu. Menjaga agar mood tetap baik agar seluruh aktivitas yang dilakukan dengan senang hati, tidak semudah mengatakannya. Ada yang menyarankan bahwa jika kita stress, marah, sedih, kecewa, coba tarik nafas dalam-dalam dan hembuskan secara perlahan. Cara ini tentu sedikit meredakan karena ada jeda bagi tubuh untuk menjauh sejenak dari masalah kemudian mengambil tindakan. 
Menulis pada jurnal lebih dari sekadar memberikan jeda kepada tubuh, namun memberikan jeda pula pada pikiran. Pikiran dilibatkan untuk mengkaji hal yang sedang dihadapi dan dirasakan dengan cara diuraikan dalam bentuk tulisan. Mengubah hal yang dirasa menjadi kalimat bukanlah hal yang mudah. Mengalihkan emosi dan tekanan kedalam bentuk tulisan memerlukan ketenangan. Menenangkan diri dan menulis artinya melakukan tindak preventif agar tidak terjadi tekanan atau stress yang terlalu berat.
Menulis pada jurnal pribadi membantu menguraikan masalah secara logis. Sambil menulis, berjalan pula proses analisis. Proses inilah yang membatu penyembuhan dari dalam atau penyembuhan yang dilakukan oleh diri sendiri. Diri sendiri biasanya merupakan persona yang paling kenal dengan dirinya. Ketika stress muncul, dirinya pula yang seharusnya paling tahu apa yang harus dilakukan. Uraian pada jurnal membantu untuk mengetahui apa yang harus dilakukan. Dalam hal ini, analisis dan refleksi yang jujur, seksama sangat diperlukan. Sehingga hasilnya memberdayakan diri sendiri dan mendorong berpikir secara mendalam untuk masalah yang sedang dihadapi.   
Ketiga, jurnal adalah teman bicara. Tidak semua orang memiliki teman setia yang bisa diajak bicara kapan saja. Kadang-kadang orang yang dipandang mengerti perasaan kita, malah memberikan respon yang tidak diduga ketika menerima informasi yang tidak diharapkannya tentang kita.
Jurnal bisa menjadi teman bicara. Berbicara pada diri sendiri sama pentingnya dengan berbicara kepada orang lain. Berbicara kepada orang lain tujuannya untuk mendapatkan respon. Berbicara pada jurnal memberikan peluang untuk mendapatkan respon yang tidak kita duga. Berbicara dengan diri sendiri yang dituangkan pada jurnal mempertajam pikiran. Secara langsung kita terhubung dengan pikiran dan kita dituntut untuk melakukan komunikasi dengan pikiran sendiri.
Berbicara sendiri yang dituangkan pada jurnal memberikan kesempatan pada pelakunya untuk merasa aman. Jurnal tidak akan berkhianat, ia akan secara jujur menuliskan apa yang diperintahkan, tidak menyembunyikan prasangka, tidak memberikan perlawanan yang melahirkan kekisruhan baru. Jurnal temah bicara yang terbaik yang tidak pernah mengubah isi pembicaraan tanpa izin.
Terakhir, jurnal adalah membantu menguraikan masalah. Masalah yang terurai dan bisa diselesaikan membuat kondisi mental menjadi stabil. Masalah pekerjaan yang menumpuk dan tidak pernah selesai mengantarkan pada kegelisahan dan ketakutan yang tidak jelas. Artinya kesehatan secara mental terganggu.
Seorang guru, misalnya, memiliki setumpuk tugas yang harus dikerjakan. Begitu banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan sekaligus, akibatnya malah tidak dikerjakan sama sekali. Jurnal dapat diandalkan untuk membantu guru dengan masalah seperti ini (bisa juga untuk individu lain yang memiliki tugas yang saling tumpang tindih seolah tidak dapat diselesaikan).
Menuliskan semua tugas yang harus diselesaikan pada jurnal dalam bentuk daftar kemudian dievaluasi mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu, mana yang bisa diselesaikan kemudian, mempermudah mengatur kapan tugas itu harus selesai. Setelah menuliskan daftar urutan tugas yang harus dikerjakan pada jurnal, selanjutnya dapat melakukan analisis. Bisa dikaji skala prioritasnya, pertimbangan baik buruknya, efek langsung tak langsungnya pada pekerjaan, bisa ditentukan sendiri mana yang harus selesai esok, mana yang harus selesai lusa dan selanjutnya.
Dengan jujur melaksanakan apa yang telah dianalisis pada jurnal merupakan cara ampuh menyelesaikan tugas yang bertumpuk. Ketika rancangan yang dibuat tidak terlaksana. Menuliskan kembali apa penyebab tidak terlaksananya rencana tadi dan kemudian dianalisis. Sehingga muncul kajian terhadap kemampuan diri sendiri dalam aspek bersetia pada komitmen yang dibuat diri sendiri.
Keadaan mental mempengaruhi seluruh kerja manusia. Menjaganya untuk selalu sehat dan waras menjadi tanggung jawab personal yang sangat penting. Melihat banyaknya manfaat bagi kesehatan mental dari aktivitas menulis jurnal pribadi, sangat dianjurkan agar setiap orang mulai menulis jurnal pribadi. Menulislah dan lihat apa yang terjadi.

No comments:

Post a Comment