Thursday, June 26, 2025

Menyebalkan

Sebetulnya tidak niat bicara tapi dalam pikiran seperti berkata, "Ya ga enaklah, masa ga nanya, kan kenal, walaupun ga deket, tapi kenal kan? Mentang-mentang jadi narsum, ga negur sapa, sombong amat." 
Pikiran kadang menawarkan sisi logika dan sisi kenormalan. Sayangnya pikiran tidak memberikan jaminan kesejahteraan dan kedamaian hati jika logika tersebut diikuti.
Ini yang saya alami:
Saya lihat dia duduk di bangku peserta. Pikiran saya langsung membeberkan informasi dia yang mukanya sedang menunduk pura-pura melihat ke kertas. Saya mengetahui kalau dia mengenali saya dan seolah sedang menguji apakah saya masih ingat padanya atau tidak.
Saya ingat dengan baik dan jernih mengenai dia walaupun hanya bertemu hanya satu kali. Benar-benar hanya satu kali saja  yaitu saat saya menjadi narasumber untuk peningkatan profesi di tahun 2024. Apa yang membuat saya bisa ingat dengan sangat baik? Saat itu dia meminta waktu khusus untuk curhat perasaan dirinya yang merasa didolimi oleh sistem sehingga dirinya memutuskan untuk kuliah jurusan hukum. Selain itu bergabung pada asosiasi tertentu yang memfasilitasi suaranya yang seolah tidak diberi ruang untuk berkarir. 

Setelah dibolak balik mikir, akhirnya saya dekati dia. Dia menyambut dengan senyum. 
Kami bertegur sapa. Obrolan didominasi dia dengan konten yang masih sama. Saya termangu, rupanya tahun berlalu,  dia masih menyangkutkan diri dengan isu yang sama. Pasti lelah menanggung masalah yang sama dalam waktu tahunan, pikir saya.

Entah bagaimana, saya tetiba menjelaskan bahwa saya sedang berpuasa. Dia langsung berkata, "Kok, lbu gemuk-gemuk aja ya, padahal lbu puasa."

Saya terhenyak. Apa hubungan puasa dengan gemuk. 
Pantaslah dia tidak memiliki banyak teman untuk curhat sampai-sampai waktu itu minta waktu kepada saya untuk curhat.

No comments:

Post a Comment