Saturday, August 4, 2018

Permulaan selalu membingungkan

Sekarang hari Jumat. Kenapa kalau hari Jumat? Kan minggu kemarin ada Jumat, minggu depan ada Jumat juga.

Jumat sekarang, 03 Agustus 2018 tidak sama untuk warga SMAN 2 Cianjur. Pasalnya ini menjadi Jumat pertama pelaksanaan aktualisasi kepramukaan yang berbasis keunggulan sekolah rujukan, yakni sikap tanggung jawab, toleran, santun (untuk PPK), mengisi pot dengan media (untuk PKWU), dan mengolah sampah botol plastik menjadi barang ekonomis ( program sekolah tanpa plastik).

Setiap yang pertama, sama seperti yang pertama lainnya, yaitu bingung.  Bingung karena harus apa dulu,  bagaimana jika salah,  siapa yang bertanggungjawab,  kemana harus mengadu dan serentetan bingung lainnya yang memenuhi kepala para guru juga siswa.

Waktu yang telah ditetapkan telah tiba. Para guru semua, seolah tercekat, 'inilah waktunya.'  Waktu untuk memulai perubahan, waktu untuk menandai menjadi sekolah rujukan, waktu untuk berkinerja sebagai guru sekolah rujukan.

Semua terpaku, dan tiba-tiba semua mata memandang ke arah yang tak bertepi. Entaj siapa yang memulai,  muncul pertanyaan, "Bu Nira kemana ya?"

Kami baru tersadar bahwa Bu Nira tidak ada diantara kami. Bu Nira adalah penanggung jawab pengelola untuk PKWU dan mengajari para wali kelas X dan XI bagaimana mengolah sampah botol plastik menjadi pengurang sinar matahari.

Seorang guru berkata, "Untuk membuat pengurai sinar matahari, ada tutorialnya di WA, sudah dibuatkan videonya." Kami mencoba membuka video yang dimaksudkan, tapi mendadak lemot, karena wifi sekolah dipakai bersamaan oleh puluhan guru. Maka unduh videopun gagal.

Seorang guru berkata, "Tadi Bu Nira mengajarkan ke beberapa guru, mungkin bisa bantu."  Beberapa pasang mata saling pandang dan diakhiri senyum simpul mewakili gambaran bingung tentang bagaimana guru yang sedikit tadi mengajarkan cara mengubah sampah botol dalam waktu singkat kepada 30an wali kelas dan 600an siswa.

Seorang guru lainnya berkata, "Bu Nira sedang membeli pot untuk menyemai bibit sayuran."

Saya ikut bingung. Tagihan Silabus, RPP juga jatuh pada hari Jumat yang sama. Saya lihat beberapa guru masih depan laptop menyelesaikan Silabus dan RPP yang saya umumkan batas pengumpulan pada pukul 16.00 Jumat 03.08.2018.

Kebingungan semakin menjadi karena wali kelas X dan XI yang belum diajari mengolah botol plastik harus masuk kelas dan mengajari siswanya. Kerta ls berisi prosedur menjadi tidak berguna karena tidak ads petunjuk misalnya berapa ukuran lebar untuk bentuk uril, berapa lebar ukuran untuk bentuk hati.  Belum lagi laporan yang membuat buntu yakni siswa tidak  membawa seterikaan, dan alat lainnya yang telah dipesankan.

Wali kelas XII tidak bergerak, belum paham apa yang harus dilakukan. Para siswa berseliweran, ada yang  menggendong tas, ada yang mondar mandir saja, ada yang mulai menyetel suara musik dari kelasnya. Benar-benar hingar bingar dan penuh kebingungan.

Saya akhirnya menawarkan solusi. Pak Dadang diminta mengumumkan agar semua wali kelas X dan XI beserta siswanya berkumpul di lapangan untuk belajar mengolah sampah botol plastik secara kolosal dibimbing guru yang dilatih Bu Nira.

Saya tawarkan Bu Erie dan Pak Gian untuk memilih RPP mana yang bagus untuk dilanjutkan dibuatkan videonya. Bu Erie menyebutkan telah memiliki kandidat guru yang bagus untuk divideokan mengajarnya. Saya iyakan, lakukan yang mungkin dilakukan karena waktu berjalan tanpa menunggu ketertinggalan yang kita lakukan.

Saya minta Pak Ginanjar untuk mengumumkan nama-nama guru yang telah  mengirimkan Silabus  dan RPP.  Namun sampai tulisan ini dibuat,  pa Ginanjar tidak mengunggah data nama-nama guru tersebut, mungkin karena khawatir dan takut mempermalukan. Saya paham itu.

Sambil masih berbicara ini itu kepada  beberapa  guru,  saya lihat anak-anak dan guru telah berkumpul di lapangan. Saya lihat guru yang  telah menerima kursus kilat langsung ambil alih tugas menyebar teknik mengolah sampah botol plastik. Anak-anak duduk bersila di lapangan. Sebagian mengisi gerah siang dengan memukulkan botol satu sama lain, menambah suasana semakin membingungkan, mana yang harus diperhatikan.

Bu Nira akhirnya datang membawa pot. Langsung diserbu  wali kelas XII. Pot-pot  diisi media, dan disimpan di dekat  kelasnya masing-masing.

Waktu untuk mengolah sampah botol plastik dan mengisi media tanam di pot telah selesai. Anak-anak mengumpulkan semua hasil pekerjaannya. Botol plastik yang berubah menjadi bentuk uril, hati,  dan bunga dimasukkan pada kantung penyimpanan. Minggu depan dilanjutkan lagi pembuatannya. Pot bunga berisi media telah berjejer depan kelas.
Anak-anak masih ribut berebut cuci tangan ketika bel tanda bubar kegiatan berbunyi.

Sekarang Jumat yang dikhawatirkan dan membingungkan telah berakhir dengan pembelajaran hidup yang bisa dipetik berbeda-beda oleh setiap orang. Jumat  menjadi Jumat istimewa karena masing-masing dari kami warga SMAN 2 Cianjur mendapatkan pelajaran baru yang mengubah cara pandang kami terhadap diri kami sendiri.

No comments:

Post a Comment