Terburu-buru saya berangkat sekolah. Dalam benak hari ini harus mendampingi siswa literasi. Saya berencana akan membacakan karya Pramoedya Ananta Toer: Arok Dedes. Ada hal menarik yang bisa dikaji bersama siswa. Bagaimana kisah Ken Arok dan Ken Dedes serta keris Mpu Gandring disajikan jauh berbeda dari sejarah yang selama ini kita kenal. Pada bagian akhir misalnya, bagaimana Dedes merasa sedih ketika nasibnya menentukan harus bersanding dengan Arok setelah lepas dari pelukan pria durjana yang menculiknya dan merendahkannya sebagai seorang turunan brahma.
Setiba di sekolah, pikiran saya masih tertinggal di jalan. Saya lihat di jalan-jalan masih terlihat sisa basah karena hujan. Saya telah lama menunggu hujan. Tanam-tanaman di seputar rumah yang ditanam pada pot sudah satu persatu mati. Kematiannya bukan tanpa sebab. Penyebab utamanya adalah ketidaktahuan.
Tanaman disiram dengan air dari selokan. Saya anggap, air selokan adalah air. Ternyata bukan. Yang saya sebut air selokan, bukan air, tapi limbah rumah tangga dalam bentuk cair. Ketika saya gunakan untuk menyiram tanaman, daun-daunnya mengering, rontok dan mati. Untungkah beberapa tanaman masih bertahan.
Pohon jeruk Nipis masih termasuk salah satu yang bertahan hidup. Saya mengucap sukur karena jeruk nipis telah banyak berjasa. Kini jeruk nipisnya dalam kondisi sakir. Seluruh bunganya gugur, daunnya kering. Saya mendoakan agar tidak mati. Sebagai upaya minta maaf, saya menyiramnya dengan air dari kran.
Hujan dinanti. Air hujan semoga mengobati salah siram terdahulu. Saya membayangkan sesaknya setiap urat dan akar menghisap air limbah.
Saya menuju meja kerja di ruang guru. Saya sedikit tertegun, ternyata saya tidak mengajar pada jam pertama, tapi mulai jam ke-3. Hari ini, Kamis? Tanggal? 29 Agustus? Bukan, 30 Agustus!
Artinya sebentar lagi tanggal 1 September. Saya diam sejenak, kalau Agustus 30 hari atau 31 hari? Benar-benar membingungkan.
Dulu, ketika SD, untuk menghitung hari, diajarkan dengan cara menggunakan tulang pada jari tangan yang sedang dikepalkan. Pertanyaanya: Januari jatuh pada bagian mana dari jari tangan? Satu-satunya jalan, lihat hape dan lihat hari ini hari apa, tanggal berapa.
Sambil membuka hapé, saya bergumam pada diri sendiri, "Hari ini hari apa? Kamis? Oh... Kamis. So? Tidak ada literasi di kelas, saya berliterasi sendiri. Saya duduk sambil bingung. Harus mengubah rencana. Saya memiliki 2 jam pertama yang jadi kosong karena saya memang tidak memiliki jadwal ngajar pada jam-jam itu.
Saya membaca Arok Dedes untuk mengisi literasi. Dilanjutkan mengecek jadwal dan RPP. Hari ini jam ke 3-4 mengajar kelas 12 Peminatan: Finite dan Non Finite Clause.
Pada RPP KD 3.3 dan 4.3 telah disiapkan materi pada lampiran, saya hanya tinggal melaksanakannya.
Sesorang bisa lupa hari. Kata orang, seseorang yang alpa pada waktu karena sangat betah menikmati hidup. Pertanyaanya: apakah saya sedang menikmati hidup hingga lupa pada tanggalan? Belum bisa saya sodorkan jawaban yang pasti untuk itu.
No comments:
Post a Comment