Thursday, May 24, 2018

Sunyi

Berhari-hari sakit tentulah tidak menyenangkan. Apalagi jika ketika pada saat tubuh berdenyut melawan penyakit, bagian dari keluargamu berteriak meminta pinjam uang jutaan untuk mengejar mimpinya. Bagian keluarga yang lain menghiba meminta tanggung jawabmu sebagai orangtua. 

Kamu akan mengerti komplikasi itu ketika kepalamu terasa menanggung ribuan kilo di ubun-ubunnya dan punggungmu terasa tertusuk pemecah es dari ujung satu ke ujung lainnya, tanganmu terasa nyeri tak terhingga melengkapi semua nyeri pada fisik lainnya.

Tentu kamu tidak akan mendengar aku berkata bahwa aku sakit ketika ditanya apa kabar atau kenapa. Aku akan berkata alhamdulilah baik, dan menuju sehat. Jawaban yang benar-benar mengisi void kesantunan sosial.

Aku menjadi merasa sunyi dengan hingar bingar dunia. Aku sendirian menyapa lukaku. Aku dalam diam berkomunikasi dengan semua nyeri. Sisi ringkihku membuat kamu tidak akan percaya bahwa aku ingin menangis setiap kali harus kuterima tawa tertahan ketika merek melihat mukaku.

Usia yang setengah  mungkin menyebabkan pemiliknya merasa sunyi. Aku mulai enggan banyak bicara untuk mewakili apapun. Rasanya sudah banyak yang telah dibicarakan,  malah jafi merasa khawatir salah ucap. Dalam beberapa hari terakhir ini, aku melihat kebodahan-kebodohan, salah-omong, hal memalukan, dan segala yang buruk yang telah kulakukan. Aku hanya bisa menyesalinya dan menanyai diri sendiri mengapa bisa sealpa itu. Tapi itu audah terjadi, dan tidak bisa diulang diperbaiki. Semakin banyak kesalahan masa lalu yang kembali membayang, semakin malu rasanya menanggung diri sendiri.

Sunyi rasanya di dalam diri. Senyap. Aku tidak merasa berbicara pada siapapun, tidak juga pada diriku sendiri. Secara fisik,  aku memang tidak membuka mulut. Mereka yang dekat dengankupun sepertinya enggan memulai percakapan, mungkin canggung dengan perbanku. Entahlah.

Apakah orang lain dalam usia setengah abad mengalami dan merasakan hal yang sama? Misalnya memikirkan kematian yang seolah telah dekat. Ataukah mereka bahagia-bahagia saja karena mereka telah mendapatkan apa yang dicarinya.

No comments:

Post a Comment