Pembelajaran daring terpaksa dilaksanakan di seluruh sekolah yang dapat mengakses internet. Kebijakan ini diambil sebagai alternatif untuk memberikan layanan pembelajaran kepada siswa. Tidak sedikit para siswa juga guru mengeluhkan mengenai pembelajaran daring. Selain dari kemampuan untuk mengakses internet yang kadang-kadang terkendala, masalah kemampuan finansial untuk menyokong keberlanjutan pembelajaran yang melalui internet juga terbatas.
Hal lain yang patut mendapat perhatian yang terkait dengan daring adalah daring tidak cocok untuk orang Indonesia. Mari kita bedah mengapa tidak cocok untuk anak-anak Indonesia.
Di dalam keluarga di Indonesia, anak-anak itu selalu bersosialisasi dengan ibu bapak dan anggota keluarga lainnya. Anak-anak Indonesia sudah sangat terbiasa dengan kondisi sosial yang begitu cair dan menjadi keseharian. Anak-anak terbiasa pergi kemanapun dengan tujuan untuk bersosial. Mereka keluar rumah untuk mengobrol dengan temannya, mereka meninggalkan rumah juga untuk sekadar berbasa-basi. Intinya kehidupan sosial di Indonesia amat sangat kental.
Kita tengok Bagaimana kehidupan anak-anak di negeri tirai bambu, Cina. Mereka adalah keluarga kecil. Dengan hanya satu anak saja di dalam satu keluarga. Ibu dan ayah mereka bekerja, anak biasa mengurusi segala sesuatunya sendri. dengan sendirinya anak tersebut sudah terbiasa individual dan dan tidak bersosialisasi seperti di Indonesia
ketika ada pembelajaran daring, anak-anak Cina ini tentu saja amat sangat senang
mereka yang biasa sendirian tiba-tiba ada yang menyapa menemani mereka walaupun secara daring. Kondisi ini disambut baik oleh anak-anak Cina yang memang biasa di rumah sendirian.
Berlawanan dengan kondisi anak-anak Cina yang biasa sendirian, anak-anak Indonesia amat sangat terbiasa dengan kehidupan sosial. Ketika mereka belajar dengan secara daring, menjadi kendala besar karena kehidupan sosial yang nyata tidak dapat diperoleh. yang ditemukan hanyalah tatap muka dengan layar kaca. tentu saja tatap muka di layar kaca tidak seperti tatap muka seperti biasa yang sebelumnya dapat dengan mudah diperoleh.
Perbedaan kehidupan sosial Indonesia dengan negara-negara lain mengakibatkan pembelajaran secara daring di Indonesia lebih banyak tidak masuk ke dalam hati para orang tua juga para siswa, termasuk para guru. Bagi orang Indonesia yang sangat terbiasa dengan kehidupan kehidupan sosial, dan hampir tidak pernah mengedepankan kehidupan individualis, belajar secara daring merampas kehidupan sosial yang selama ini menjadi milik dan sumber kegembiraannya.
Saat siswa harus belajar mandiri, menentukan jadwal sendiri, dan hanya mendapatkan tatap muka virtual dalam waktu hitungan menit, ini menjadi berat. Anak-anak Indonesia sangat terbiasa didampingi, ditemani, dan diawasi secara langsung baik oleh orang tua ataupun guru. Pengawasan secara tidak langsung melalui kegiatan virtual tentu belum bisa berterima.
No comments:
Post a Comment