Dari kiri ke kanan: Alpiyah, Jajun, Selvi, Haruman
Menikah di masa pandemi terikat aturan dilarang mengumpulkan orang dan dilarang berkumpul. Akibat dari aturan tersebut pengantin tidak dapat mengundang sebanyak yang mereka inginkan. Pada masa pandemi kemungkinan para tamu terbatas sekitar keluarga dekat saja. ataupun kalau mau ada kunjungan harus bergantian dan diatur sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan kerumunan.
Pada bulan-bulan sebelumnya memang pernikahan tidak dapat dihadiri bahkan lebih ekstrem lagi tidak dapat dilaksanakan dengan anggapan bahwa para naik tidak boleh menikahkan karena artinya mendatangkan orang ke tempat kerjanya. atau sebaliknya dia mengunjungi orang-orang di tempat pernikahan itu terjadi.
Beberapa pernikahan yang sudah dirancang untuk terjadi di sekitar bulan Maret 2000 20 sampai dengan sekitar Juni 2020 hampir tidak dilaksanakan.Tapi kini setelah ada kelonggaran dari pemerintah, pernikahan kembali dilaksanakan tetapi tanpa mengundang keramaian.
Hal menarik yang dapat saya lihat dari pergeserannya pernikahan antara untuk memberitahukan kepada umum tentang adanya ikatan sakral dengan pengumuman status sosial. Sebelum masa pandemi pernikahan dipandang sebagai alat untuk menunjukkan kemampuan sosial. Selain kemampuan ekonomi. kemampuan sosial ditandai dengan banyaknya tamu yang datang. kemampuan ekonomi ditandai dengan meriahnya pernikahan. untuk memenuhi keduanya sehingga terjadi hal-hal yang yang terasa dipaksakan. Tidak sedikit orang-orang yang memaksa meminjam uang hanya untuk mengadakan acara pernikahan yang meriah. Sehingga sangat menjadi prihatin ketika 3 bulan Kemudian pengantinnya sudah bercerai, hutang bekas pernikahannya masih menggantung selama 2 tahun.
Adanya pernikahan yang dilakukan di kalangan terbatas dan hanya dilaksanakan dengan cara yang tidak berlebihan membantu mengembalikan kesakralan pernikahan itu sendiri. pernikahan dihadiri oleh orang-orang dekat, dilaksanakan dengan secara hikmat dan tidak diimbangi dengan kegiatan-kegiatan yang tidak bermanfaat yang tujuannya hanya untuk menunjukkan status sosial dan status ekonomi.
Pada zaman sebelum pandemi ketika pernikahan terjadi orang-orang akan membicarakan berapa hantaran yang dibawa titik berapa mas kawin yang diberikan titik kemudian diikuti dengan pujian atau sebaliknya dengan cibiran. Apapun yang dilakukan menjadi serba salah kalau dilihat dari para komentator.
Semoga mereka yang menikah di masa pandemi dengan kondisi yang kembali hanya berpusat pada pelaksanaan pernikahan menjadikan pernikahan mereka pernikahan yang tidak melakukan hal-hal yang tidak berguna ke depan.
No comments:
Post a Comment