Wednesday, November 4, 2020

Assesmen Kompetensi Minimum sebagai Indikator Learning Process

Learning Progress diartikan sebagai kemajuan belajar.
AKM diharapkan dapat memotret pendidikan Indonesia sehingga diketahui sudah sejauh mana kemajuan belajar para siswa Indonesia. Selama ini,  potret kemajuan belajar siswa Indonesia yang dilakukan oleh pihak eksternal misalnya PISA, melaporkan bahwa pelajar Indonesia 'kemajuan belajarnya' tidak sesuai harapan.

Kemajuan belajar siswa bisa terhambat karena pengajar tidak mengajar sesuai zamannya. Bisa juga, lambatnya kemajuan belajar siswa akibat guru tidak bisa mengukur kemajuan belajar muridnya.  Peter Drucker mengatakan if you can't measure it, you can't improve it. Akibat tidak dapat mengukur kemajuan belajar siswa, maka tidak ada upaya memperbaiki mengajar. 

Secara ideal, kemajuan belajar diarahkan agar siswa dapat  mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia sehat berilmu cakap kreatif Mandiri.... (lihat UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003). Dalam kebijakan Mendikbud Nadiem Makarim,  siswa ideal seperti yang digambarkan pada UU Sisdiknas,  disebut siswa yang memiliki karakter sebagai profil pelajar Pancasila. 

Seiring ditetapkannya kebijakan Merdeka Belajar (SE Kemdikbud No 1 tahun 2020mengukur kemajuan belajar menggunakan Asesmen Nasional. Pengukuran ini mengevaluasi tiga hal: 1) kompetensi membaca dan bernalar atau Asesmen Kompetensi Minimum, 2) karakter atau Survey Karakter, dan 3) kualitas belajar dan dukungan pembelajaran atau Survey Lingkungan Belajar. 

AKM menggambarkan bagaimana kurikulum dalam pembelajaran telah dilaksanakan.  Hasil dari AKM bisa menjelaskan sejauh mana goal, penilaian,  teknik/strategi, dan konten/bahan ajar dilaksanakan secara standar ataukah sebaliknya. Berbeda dengan UN yang menggambarkan sejauh mana penguasaan konten/bahan ajar, AKM menggambarkan kompetensi membaca dan bernalar yang harus dikuasai para siswa dapat belajar dalam mata pelajaran apapun. 

Dengan adanya AKM guru ditantang untuk membumikan mengajar. Gotong royong, misalnya  sebagai keterampilan berkolaborasi, bukan sebagai sebuah teori, tetapi merupakan pengalaman belajar sehingga siswa terampil bekerja sama dan bisa mengerjakan sesuatu hal dengan suka rela.





Nara sumber: Prof. Dr. Dinn Wahyudin, MA


No comments:

Post a Comment