Monday, November 9, 2020

Pendampingan ke-0 Day 1

Subuh buta telah ban Ignis telah menggelinding di jalan menuju SMA Islam Cendekia tempat lbu Septi Nurhayati mengajar. Eh tidak terlalu subuh sih, pukul 5 itu sudah sedikit terang. Berangkat pagi untuk menghindari macet di pasar pagi Cipanas, menghindari macet di Puncak. Prediksi macet ternyata terbukti. Kabarnya ketika matahari nongol, jalanan penuh dengan para pendemo. Demo untuk apa, entahlah. Begitu banyak peristiwa yang didemokan, jadi sedikit bingung bagi saya untuk bisa mengenali sedang demo apa. Kabar demo terakhir adalah dari FPI yang membela agar imam besarnya diizinkan kembali ke tanah air. 


Pendampingan Calon Guru Penggerak  ke-0
Pendampingan  Guru Penggerak dilaksanakan selama 9 bulan. Mmm... 9 bulan? Kayak kehamilan ya. 
Well, tidak ada kaitan lama masa kehamilan dengan masa pendampingan.  Jumlah waktu 9 bulan berkaitan dengan kebutuhan penguasaan filosofi Ki Hajar Dewantara yang menjadi soko guru kebijakan Merdeka Belajar mulai dari pengenakan konsep, sampai implementasi di kelas dan sekolah. 

Dalam setiap bulan, pendamping guru penggerak (PGP) dan calon guru penggerak (CGP)  bertemu dalam kegiatan pendampingan. Kok CGP didampingi segala? 
Ibarat melakukan sebuah perjalanan CGP perlu teman seperjalanan yang menemani, mendengarkan keluh kesah, menyemangati, dan sesekali  menunjukkan arah. Nah itulah peran Pendamping: menjadi teman sampai perjalanan guru penggerak khatam.

Pendampingan ke-0 merupakan kali pertama PGP bertemu dengan CGP secara personal. Setelah melalui serangkaian tes, salah satunya adalah rapid tes dan kesiapan melaksanakan tatap muka sesuai protokol AKB, pertemuan dengan CGP 1, lbu Septi,  guru SMA Islam Cendekia Magnet School terlaksana. 

Pertemuan dengan lbu Septi sangat menarik. Google map sebagai imam dalam menunjukkan jalan dan seharusnya  mengantarkan saya kepada Ibu Septi, fail. Saya diarahkan ke SD Babakan Madang 04! Google map lagi puyeng kali, soalnya hari ini ada 600an PGP se-Indonesia sedang mencari-cari sekolah CGP dengan menggunakan google map. 

Akhirnya seorang pria yang berada di halaman sekolah Babakan Madang 04 memberikan petunjuk. Sayang sekali, petunjuknya lebih kacau dari Google map. Kok bilang gitu? Dia bilang gak tahu SMA IC Magnet School tapi  dia menyuruh agar saya jalan balik menuju ke Sentul. Bingung kan? Gak tahu tapi kasih petunjuk. Mungkin itu bagian dari keramahan bangsa Indonesia: memberikan jalan, memberikan solusi walaupun bisa saja malah mendatangkan masalah baru. 

Daripada semakin runyam, saya meminta Bu Septi untuk share location.  Hakkul yakin, informasi dari lbu Septi 100% benar. Tidak meleset sejengkal pun karena lbu Septi datang menjemput! Alasannya, jalan ke SMA IC Magnet School tidak ada petunjuknya, dan tidak terdeteksi google map. Pantesaaan google map sok tahu, ia mengarahkan saya ke sembarang sekolah. Anyway, saya memaafkan google map. Ia boleh memberikan saya petunjuk yang salah, tapi ia pasti menyelamatkan 599an PGP lain yang sedang mencari CGP dan ia tidak disesatkannya. Jadi, no hard feelings kepada Google map.

Setelah mengenalkan diri, akhirnya kegiatan dimulai. Ibu Septi juga mengenalkan diri. Dari perkenalan itu saya mengetahui bahwa ibu Septi mengajar SMP dan SMA. Di SMP Ibu Septi mengajar PPKN, dan di SMA Ibu Septi mengajar sosiologi.
Ibu Septi memiliki 6 orang siswa yang diwalikelasi. Masing-masing Siswa memiliki karakteristik yang unik. Salah satu yang paling unik adalah siswa yang selalu merasa tidak bisa mengerjakan tugas Masa Lalu Tertinggal tugas, selalu terlambat, dan menyerah. siswa tersebut berkata diberi nilai berapa pun tidak apa-apa. Siswa ini membuat Ibu Septi bingung. Ibu Septi berharap siswa ini dapat menjadi siswa yang optimal dalam melaksanakan semua tugas. memiliki kemandirian.

No comments:

Post a Comment