Prof ACE
Pendidikan dipandang
sebagai alat yang paling powerful untuk mensejahterakan masyarakat. Saat ini
terjadi pergeseran struktur jabatan di era learning society (from credentialism
toward proffesionalism).
Sebelumnya kita
menganut pandangan kredensialisme: Tamatan pendidikan/ijazah (kredensial: status
berdasarkan ijazah) menentukan nasib. Sekarang profesionalisme: harus belajar untuk
mendapatkan posisi tertentu. Dimulai dari kredensial dilanjutkan dengan first
grade profesional, pendidikan dapat diperoleh dengan cara kursus, pelatihan,
belajar sendiri, diuji, naik ke second grade profesional, profesional worker,
terakhir chief profesional.
Bisa saja yang
tidak sekolah pun menjadi tenaga profesional. Tidak sedikit yang tidak mendukung
sekolah formal. Berikut contoh yang dapat diajukan: 1) Menteri Susi (2016)
menyatakan muak dengan sistem sekolah yang terus menyuapi saya. 2) Muhamad Yunus
(2006): sekolah saat ini cenderung membentuk profesor mini, 3) Muhamad Yunus
(2008) pelatihan telah gagal sebagai alat pemberdayaan untuk membentuk
kreativitas, pelatihan mungkin hanya penting untuk persiapan pelaksanaan
pekerjaan khusus untuk memberdayakan. Tidak perlu pelatihan, biarkan peserta
didik melakukan sendiri, 4) Muhamad Yunus (2008) job us the artificially imposed
concept (konsep dipaksakan) into human beings to become job seekers. The tru
concept is that each of the individuals is by himself or herself entrepreneur
to be a job giver, 5) Muhamad Yunus (2008) poverty is not inherent in the
person(kemiskinan tidak dilahirkan/diwariskan), it is imposed by the unjust system
that we have built, 6 Malala (2016) I’m thankful to my father for not clipping
my wing to let me play ....
Jalan untuk
menuju produktifitas dan welfare of mankind adalah dengan cara pembelajaran
sepanjang hayat dengan cara belajar mandiri, belajar dari pengajian, belajar di
tempat kerja, belajar dari pengalaman, belajar di sekolah. Dengan belajar sepanjang hayat maka akan melahirkan
manusia produktif. Teknisnya: seseorang kerja, dia ambil mata kuliah yang
sesuai dengan bidang kerjanya. Universitas harus membuka diri untuk mahasiswa
jenis ini.
Sekolah, tidak
menjanjikan pengentasan kemiskinan. Konsep pendekatan lifelong learning
memadukan semua jalur pendidikan (Ace Suryadi, 2014). Ciptakan orang-orang yang
bisa belajar sepanjang hayat.
Model ini
menawarkan lulusan Pendidikan menengah: 1) mengikuti pendidikan vokasi/profesi,
income generating education, ambil sertifikasi, terus kerja, 2) masuk ke
continuing education (kursus, pelatihan, pengalaman, belajar mandiri, dsb,
ambil sertifikasi, terus bisa kerja. Di Tempat kerja juga ada pembelajaran,
sehingga
Tingkat
pendidikan menengah tidak perlu SMK. Lulus SMP, ikut placement test, kalau
akademiknya bagus, masuk ke SMA, kalau tidak bagus, masuk ke PNF.
Memerangi kemiskinan melalui pengembangan kemampuan belajar sepanjang hayat: Kajian teori dan aplikasi pendidikan masyarakat
No comments:
Post a Comment