Menu mi ayam tambah air teh hangat dan kue pancong. Lupa mencicipi jamu beras kencur yang katanya nikmat kalau ditambah air jahe.
Perjalanan menuju rumah bersama supir yang ngantukan dan saya sekuat nyawa menahan untuk tidak tertidur di bangku belakang supir. Takut ketahuan ngorok besar yang meruntuhkan reputasi perempuan terhormat.
Berbicara soal konsituen sebuah partai yang mencekik gaji melebihi usia pensiun dan habis sabar hanyut dicuri rengek perempuan yang ngaku setia, asal dibayar biaya melahirkan yang mepet ingin mencoba kasur empuk Bidan Enok yang kesohor bertangan dingin menyambut tangis bayi.
Dan pengikut setia yang datang pagi buta untuk minta kopi, dan pulang merampas bata merah untuk alasan jahul tetangga. Sang pengikut datang lagi di soré hari minta dibayarkan bensin sekalian sekarung beras atau melunasi cicilan biaya sekolah anak SMK.
Siang hari makan pizza KW dengan harga selangit rasa bayam yang menggorok leher serasa memancurkan isi perut kembali terburai. Air teh yang terlalu penuh dengan bubuk pucuk teh kelas 2 yang palsunya terasa di mata.
Badan terasa remuk saat ditanya apakah ada sedikit uang untuk bayar biaya tes kesehatan jiwa. Semakin rusak isi kepala terhantam saat sadar besok ada pernikahan dari anak saudara yang melihatmu dengan tatap julid benci yang muncul dari urusan keberuntungan dan perawatan di kulit muka.
Ah saya tertawa ketika merasa punya banyak uang. Padahal leher saya terjepit hutang dan BRI dengan tanpa ragu akan menelepon menanyakan apakah sudah ada bunga segar di rekening.
Di mana uang berasa memenuhi kekayaan jiwa. Kemasygulan rasa yang asing.
No comments:
Post a Comment